Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN


(Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Jiwa)
Dosen : Omay Rohmana S.Kep, Ns, M .Kep

Disusun oleh :
Silpia Pratiwi (P2.06.20.2.18.073)

3B KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
WILAYAH CIREBON
2020
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
(Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,
disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol
(Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan
kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah
(Depkes, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan
yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana
individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

A. PENYEBAB

Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada


pasien gangguan jiwa antara lain
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi
biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya
juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif,
dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
1) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
2) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
3) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

B. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

C. AKIBAT

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai


diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan

D. PENATALAKSANAAN

Yang diberikan pada klien yang mengalami resiko gangguan kekerasan ada 2 yaitu:
1. Medis

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.

b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.

c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan


hiperaktivitas.

d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah


pada keadaan amuk.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Psikoterapeutik

b. Lingkungan terapieutik

c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

d. Pendidikan kesehatan
E. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan


(Pada diri sendiri, atau kepada orang lain, lingkungan dan verbal)
Effect

Perilaku Kekerasan
Core

Harga Diri Rendah Kronis


Causa

(Sumber: Damaiyanti, 2014)

F. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui
observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muk amerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda /orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.
2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Nama Klien : …………………… DX Medis : …………………..


No CM : …………………… Ruangan : …………………..

Dx Perencanaan
No
Tgl Kepera Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
watan
Perilaku TUM: Setelah 3x 1. Bina hubungan saling percaya Kepercayaan dari klien
dengan:
Kekeras klien dapat intervensi: merupakan hal
 Beri salam setiap
an mengontrol 1. Klien menunjukkan berinteraksi. yang mutlak serta
tanda-tanda percaya  Perkenalkan nama, nama
atau akan
kepada perawat: panggilan perawat dan
mengendalikan o Wajah cerah, tujuan perawat memudahkan
tersenyum berkenalan
perilaku dalam melakukan
o Mau berkenalan  Tanyakan dan panggil
kekerasan o Ada kontak mata nama kesukaan klien pendekatan
o Bersedia  Tunjukkan sikap empati,
keperawatan
menceritakan jujur dan menepati janji
TUK: perasaan setiap kali berinteraksi terhadap klien
 Tanyakan perasaan klien
1. Klien
dan masalah yang
dapat
dihadapi klien
membina
 Buat kontrak interaksi
hubungan
saling yang jelas
percaya  Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan klien
2. Klien dapat Setelah 3x intervensi 2. Bantu klien mengungkapkan Menentukan
perasaan marahnya:
mengidentifika 2. Klien menceritakan mekanisme koping
 Motivasi klien untuk
si penyebab penyebab perilaku menceritakan penyebab yang dimiliki klien
rasa kesal atau
perilaku kekerasan yang dalam
jengkelnya
kekerasan dilakukannya:  Dengarkan tanpa menghadapi
menyela atau memberi
yang o Menceritakan masalah serta
penilaian setiap ungkapan
dilakukannya penyebab perasaan klien sebagai langkah
perasaan
jengkel/kesal baik awal dalam
dari diri sendiri menyusun strategi
maupun
lingkungannya berikutnya
3. Klien dapat Setelah 3x intervensi 3. Bantu klien mengungkapkan Deteksi dini sehingga
mengidentifika 3. Klien menceritakan tanda-tanda perilaku dapat mencegah
si tanda-tanda keadaan kekerasan yang dialaminya: tindakan yang
perilaku o Fisik : mata merah,  Motivasi klien dapat
tangan mengepal, menceritakan kondisi fisik
kekerasan membahayakan
ekspresi tegang, saat perilaku kekerasan
dan lain-lain. terjadi klien dan
o Emosional :  Motivasi klien
lingkungan sekitar
perasaan marah, menceritakan kondisi
jengkel, bicara emosinya saat terjadi
kasar. perilaku kekerasan
o Sosial :  Motivasi klien
bermusuhan menceritakan kondisi
o yang dialami saat psikologis saat terjadi
terjadi perilaku perilaku kekerasan
kekerasan.  Motivasi klien
menceritakan kondisi
hubungan dengan orang
lainh saat terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien dapat Setelah 3x 4. Diskusikan dengan klien Melihat mekanisme
mengidentifika intervensi perilaku kekerasan yang koping klien dalam
si jenis 4. Klien dilakukannya selama ini: menyelesaikan
perilaku menjelaskan:  Motivasi klien masalah yang
menceritakan jenis-jenis
kekerasan o Jenis-jenis dihadapi
tindak kekerasan yang
yang pernah ekspresi selama ini permah
kemarahan yang dilakukannya.
dilakukannya selama ini telah  Motivasi klien
dilakukannya menceritakan perasaan
o Perasaannya klien setelah tindak
saat melakukan kekerasan tersebut terjadi
kekerasan  Diskusikan apakah
o Efektivitas cara dengan tindak kekerasan
yang dipakai yang dilakukannya
dalam masalah yang dialami
menyelesaikan teratasi.
masalah
5. Klien dapat Setelah 3x intervensi 5. Diskusikan dengan klien akibat Membantu klien
mengidentifika 5. Klien menjelaskan negatif (kerugian) cara yang melihat dampak
si akibat akibat tindak dilakukan pada: yang ditimbulkan
perilaku kekerasan yang  Diri sendiri akibat perilaku
 Orang lain/keluarga
kekerasan dilakukannya kekerasan yang
 Lingkungan
o Diri sendiri : dilakukan klien
luka, dijauhi
teman, dll
o Orang
lain/keluarga :
luka,
tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak dll
6. Klien dapat Setelah 3x 6. Diskusikan dengan Menurunkan perilaku
mengidentifika intervensi klien: yang destruktif
si cara 6. Klien :  Apakah klien mau yang akan
mempelajari cara baru
konstruktif o Menjelaskan menciderai klien
mengungkapkan marah
dalam cara-cara sehat yang sehat dan lingkungan
mengungkapkan  Jelaskan berbagai
mengungkapk marah sekitar
alternatif pilihan untuk
an kemarahan mengungkapkan marah
selain perilaku kekerasan
yang diketahui klien.
 Jelaskan cara-cara sehat
untuk mengungkapkan
marah:
 Cara fisik: nafas
dalam, pukul bantal
atau kasur, olah raga.
 Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya sedang
kesal kepada orang
lain.
 Sosial: latihan asertif
dengan orang lain.
 Spiritual:
sembahyang/doa,
zikir, meditasi, dsb
sesuai keyakinan
agamanya masing-
masing
7. Klien dapat Setelah 3x intervensi 7. 1. Diskusikan cara yang - keinginan untuk marah
tidak tahu kapan
mendemonstra 7. Klien memperagakan mungkin dipilih dan anjurkan
munculnya, serta siapa
sikan cara cara mengontrol klien memilih cara yang yang akan memicunya
- meningkatkan
mengontrol perilaku kekerasan: mungkin untuk
kepercayaan diri klien
perilaku mengungkapkan serta asertifitas klien saat
kekerasan o Fisik: tarik nafas kemarahan. marah/jengkel
dalam, memukul 7.2. Latih klien memperagakan
bantal/kasur
o Verbal: cara yang dipilih:
mengungkapkan  Peragakan cara
perasaan melaksanakan cara yang
kesal/jengkel dipilih.
pada orang lain  Jelaskan manfaat cara
tanpa menyakiti tersebut
o Spiritual:  Anjurkan klien menirukan
zikir/doa, peragaan yang sudah
meditasi sesuai dilakukan.
agamanya  Beri penguatan pada
klien, perbaiki cara yang
masih belum sempurna
7.3. Anjurkan klien menggunakan
cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien mendapat Setelah 3x 8.1. Diskusikan pentingnya peran Keluarga merupakan
dukungan intervensi serta keluarga sebagai sistem pendukung
keluarga untuk 8. Keluarga: pendukung klien untuk utama bagi klien
mengontrol o Menjelaskan cara mengatasi perilaku
perilaku merawat klien kekerasan.
dengan perilaku
kekerasan kekerasan 8.2. Diskusikan potensi keluarga
o Mengungkapkan untuk membantu klien
rasa puas dalam
merawat klien mengatasi perilaku
kekerasan
8.3. Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan cara
merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
8.4. Peragakan cara merawat
klien (menangani PK )
8.5.Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan ulang
8.6. Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan
8.7. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan
9. Klien Setelah 3x 9.1. Jelaskan manfaat Menyukseskan
menggunakan intervensi menggunakan obat secara program
obat sesuai 9. Klien teratur dan kerugian jika pengobatan klien
program yang menjelaskan: tidak menggunakan obat
telah o Manfaat minum 9.2. Jelaskan kepada
ditetapkan obat klien:
o Kerugian tidak
minum obat  Jenis obat (nama, wanrna
o Nama obat dan bentuk obat)
o Bentuk dan  Dosis yang tepat untuk
warna obat klien
o Dosis yang  Waktu pemakaian
diberikan  Cara pemakaian
kepadanya  Efek yang akan dirasakan
o Waktu klien
9.3. Anjurkan klien:
pemakaian
o Cara pemakaian  Minta dan menggunakan
o Efek yang obat tepat waktu
dirasakan  Lapor ke perawat/dokter
10. Klien menggunakan jika mengalami efek yang
tidak biasa
obat sesuai program  Beri pujian terhadap
kedisplinan klien
menggunakan obat.
4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dengan
diagnosa keperawatan perilaku kekerasan
a. SP I Pasien
Membina hubungan saling percaya, pengkajian perilaku kekerasan dan
mengajarkan cara menyalurkan rasa marah.
a. SP 2 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
b. SP 3 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
c. SP 4 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
d. SP 5 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
e. SP 1 Keluarga
Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku
kekerasan di rumah
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatanyang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai pola pikir.
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan perilaku
kekerasan antara lain
a. Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku keekrasan.
b. Klien dapat membina hubungan saling pecaya.
c. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukakannya.
d. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
e. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukan.
f. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
i. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan.
j. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan.

STRATEGI PELAKSANAAN I RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Subyektif :
1) Klien mengatakan ia mempunyai pikiran bahwa orang lain
merendahkannya/selalu negative thinking
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
b. Obyektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang – barang.

B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien terhindar dari mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien
dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
f. Klien dapat melatih mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik
nafas dalam.

D. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Identifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3. Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
4. Diskusikan perilaku kekerasan yang biasanya dilakukan.
5. Diskusikan akibat dari perilaku kekerasan.
6. Latih cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam,
dan anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

E. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat : “Selamat pagi bu. Perkenalkan saya perawat Aulia Septiani ibu
bisa panggil saya perawat Aulia, saya perawat yang akan
merawat ibu hari ini dari pukul 07.30 – 14.00 WIB.”
Pasien : “........”
Perawat : “Nama ibu siapa?”
Pasien : “........”
Perawat : “Oh ibu []. Ibu senang dipanggil siapa?”
Pasien : “........”
Perawat : “Oh ibu ya?”
Pasien : “........”

b. Evaluasi/Validasi
Perawat : “Baik ibu, bagaimana perasaan ibu hari ini?”
Pasien : “........”

c. Kontrak
1) Topik
Perawat : “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang
sebentar tentang hal – hal yang membuat ibu marah dan
bagaimana cara mengontrolnya?”
Pasien : “........”
Perawat : “Tujuannya agar saya bisa mengenal ibu lebih dalam. Setelah
ibu mau berbagi cerita tentang kemarahan ibu dengan saya,
saya akan memberi cara agar ibu bisa mengontrol
kemarahan ibu..”
Pasien : “........”

2) Waktu
Perawat : “Ibu ingin kita berbincang – bincang jam berapa?”
Pasien : “........”
Perawat : “Berapa lama ibu ingin kita berbincang – bincang?”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagaimana jika kita berbincang – bincangnya 15 menit bu?”
Pasien : “........”

3) Tempat
Perawat : “Dimana ibu ingin kita berbincang – bincang?”
Pasien : “........”
Perawat : “Oh, disini saja bu?’
Pasien : “........”
Perawat : “Baiklah bu.”

2. Fase Kerja
Perawat : “Nah, sekarang coba ibu ceritakan apa yang membuat ibu merasa
marah?”
Pasien : “........”
Perawat : “Lalu saat ibu sedang marah, apa yang ibu rasakan?
Pasien : “........”
Perawat : “Setelah itu apa yang ibu lakukan?”
Pasien : “........”
Perawat : “Nah itu sudah termasuk tanda dan gejala perilaku kekerasan bu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Apakah dengan cara itu kemarahan ibu dapat terselesaikan? Tentu
tidak bukan, apa kerugian yang ibu alami?”
Pasien : “........”
Perawat : “Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik?
Pasien : “........”
Perawat : “Maukah ibu belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
tanpa menimbulkan kerugian?”
Pasien : “........”
Perawat : “Jadi ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, salah satunya
adalah dengan teknik relaksasi nafas dalam.”
Pasien : “........”
Perawat : “Kalau tanda – tanda kemarahan tadi sudah ibu rasakan, maka ibu
berdiri atau duduk dengan rileks, lalu tarik nafas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan secara perlahan – lahan melalui mulut.”
Pasien : “........”
Perawat : “Coba ibu lakukan, tarik nafas dari hidung, tahan sebentar pak, lalu
hembuskan melalui mulut. Nah lakukan sebanyak lima kali.”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagus sekali, ibu sudah bisa melakukannya.”
Pasien : “........”
Perawat : “Nah, ibu tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam,
sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu – waktu rasa marah itu muncul ibu sudah terbiasa
melakukannya.”
Pasien : “........”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif
Perawat : “Baik bu, tadi kan kita sudah berbincang – bincang tentang
perilaku kekerasan dan cara mengatasinya. Nah bagaimana
perasaan ibu sekarang? Apakah ibu sudah memahami
kondisi yang terjadi pada ibu?”
Pasien : “........”
2) Obyektif
Perawat : “Kalau begitu, kalau ibu merasa marah ibu harus melakukan
apa bu?”
Pasien : “........”
Perawat : “Coba ibu peraktekan teknik relaksasi nafas dalamnya.”
Pasien : “........”

b. Rencana Tindak Lanjut


Perawat : “Iya, bagus sekali bu. Nah, saya harap setiap kali ibu merasa
marah, ibu dapat melakukan teknik relaksasi tersebut.”
Pasien : “........”
Perawat : “Ibu saya punya buku untuk kegiatan ibu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Jangan lupa masukkan teknik relaksasi nafas dalam ke dalam
buku kegiatan ya bu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.
Pasien : “........”
Perawat : “Jadi cara mengisi buku kegiatan ini, jika ibu melakukannya
tanpa dibantu oleh orang lain ibu bisa memberi tanda “M”
disini, jika ibu dibantu oleh orang lain ibu beri tanda “B” dan
jika ibu tidak melakukannya ibu beri tanda “T”. Apakah ibu
mengerti?
Pasien : “........”
Perawat : “Lalu kapan waktu yang ibu inginkan untuk melakukan latihan
ini?”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagaimana kalau setiap jam 10 pagi?”
Pasien : “........”
c. Kontrak Yang Akan Datang
Perawat : “Nah bu, cara yang kita praktikkan tadi adalah salah satu cara
untuk mengendalikan kemarahan ibu. Masih ada cara lain
yang bisa digunakan yaitu dengan memukul bantal atau
kasur.”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok?”
Pasien : “........”
Perawat : “Ibu maunya besok kita bertemu jam berapa?”
Pasien : “........”
Perawat : “Kita latihannya dimana bu? Apakah disini lagi saja?”
Pasien : “........”
Perawat : “Baik bu, kalau begitu sekarang saya pamit dulu ya, bu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Selamat pagi.”
Pasien : “........”
STRATEGI PELAKSANAAN II RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a) Klien tampak tenang.
b) Klien kooperatif saat dilakukan tindakan.
c) Ada kontak mata saat berbicara.

B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien terhindar dari mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a) Melatih cara mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
kedua.
b) Mengevaluasi latihan nafas dalam.
c) Melatih cara fisik kedua : pukul kasur dan bantal.
d) Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua.

D. Tindakan Keperawatan
1. Evaluasi latihan nafas dalam.
2. Latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua: pukul
kasur dan bantal.
3. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua.

E. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat : “Selamat pagi bu. Apakah ibu masih ingat dengan saya?”
Pasien : “........”
Perawat : “Iya betul saya perawat Aulia. Sesuai dengan janji saya kemarin,
sekarang saya datang lagi.”
Pasien : “........”

b. Evaluasi/Validasi
Perawat : “Baik ibu Alma, bagaimana perasaan ibu hari ini? Adakah hal
yang menyebabkan ibu marah?”
Pasien : “........”

c. Kontrak
1) Topik
Perawat : “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan
perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang
kedua.”
Pasien : “........”
Perawat : “Tujuannya agar ibu bisa melampiaskan atau mengalihkan
kemarahan ibu dengan kegiatan fisik yaitu memukul bantal
dan kasur.”
Pasien : “........”

2) Waktu
Perawat : “Ibu ingin kita berbincang – bincang jam berapa?”
Pasien : “........”
Perawat : “Berapa lama ibu ingin kita berbincang – bincang?”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagaimana jika kita berbincang – bincangnya 15 menit bu?”
Pasien : “........”

3) Tempat
Perawat : “Dimana ibu ingin kita berbincang – bincang?”
Pasien : “........”
Perawat : “Oh, disini saja bu?’
Pasien : “........”
Perawat : “Baiklah bu.”
2. Fase Kerja
Perawat : “Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan
kesal, selain nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”
Pasien : “........”
Perawat : “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal, mari ke
kamar ibu?”
Pasien : “........”
Perawat : “Jadi kalau nanti ibu kesal atau marah, ibu langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahn ibu tersebut dengan memukul kasur dan
bantal.”
Pasien : “........”
Perawat : “Nah coba ibu lakukan memukul kasur dan bantal.”
Pasien : “........”
Perawat : “Ya bagus sekali ibu melakukannya.”
Pasien : “........”
Perawat : “Nah cara inipun bisa dilakukan secara rutin jika ibu merasa marah.”
Pasien : “.........”
Perawat : “Kemudian jangan lupa rapikan tempat tidurnya kembali ya bu.”
Pasien : “........”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif
Perawat : “Baik bu, tadi kan kita sudah latihan melampiaskan
kemarahan dengan memukul kasur dan bantal. Nah
bagaimana perasaan ibu sekarang?”
Pasien : “........”
Perawat : “Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih atau
lakukan?”
Pasien : “........”

2) Obyektif
Perawat : “Kalau begitu, kalau ibu merasa marah ibu harus melakukan
apa bu?”
Pasien : “........”
Perawat : “Coba ibu peraktekan teknik memukul kasur dan bantalnya.”
Pasien : “........”

b. Rencana Tindak Lanjut


Perawat : “Iya, bagus sekali bu. Nah, saya harap setiap kali ibu merasa
marah, ibu dapat melakukan dua cara yang sudah saya ajarkan
atau yang sudah kita pelajari yaitu nafas dalam dan memukul
kasur dan bantal ya bu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Jangan lupa masukkan latihan memukul kasur dan bantal ke
dalam buku kegiatan ya bu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.
Pasien : “........”
Perawat : “Ibu masih ingat kan bagaimana cara mengisi bukunya?”
Pasien : “.........”
Perawat : “Jika ibu melakukannya tanpa dibantu oleh orang lain ibu bisa
memberi tanda “M” disini, jika ibu dibantu oleh orang lain ibu
beri tanda “B” dan jika ibu tidak melakukannya ibu beri tanda
“T”, ibu sudah mengerti?”
Pasien : “........”
Perawat : “Lalu kapan waktu yang ibu inginkan untuk melakukan latihan
ini?”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik jam 5 pagi dan jam
3 sore?”
Pasien : “........”

c. Kontrak Yang Akan Datang


Perawat : “Nah bu, kita sudah belajar dua cara untuk mengendalikan
kemarahan ibu. Masih ada cara lain yang bisa digunakan yaitu
dengan belajar bicara yang baik.”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga ini besok?”
Pasien : “........”
Perawat : “Ibu maunya besok kita bertemu jam berapa?”
Pasien : “........”
Perawat : “Kita latihannya dimana bu? Apakah disini lagi saja?”
Pasien : “........”
Perawat : “Baik bu, kalau begitu sekarang saya pamit dulu ya, bu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Selamat pagi.”
Pasien : “........”

STRATEGI PELAKSANAAN III RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien kooperatif,tenang,ada kontak mata saat bicara, sesekali nada bicara agak
tinggi
2. Tujuan Khusus
a. Melatih cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
3. Tindakan keperawatan
SP 3 Klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara verbal
(evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku
kekerasan,latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal, susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal.)

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat : “Selamat pagi ibu alma, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi. Ibu alma masih ingat dengan nama saya?”
Pasien : “....”
Perawat : “ Iya betul ibu, saya aulia”
b. Evaluasi/ validasi
Perawat : “ Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal dan
minum obatnya secara teratur? “
Pasien : “....”
Perawat : “Apa yang ibu alma rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
Pasien : “....”
Perawat : “ Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya bu”
Pasien : “....”
Perawat : “bagus bu alma”
c. Kontrak
1) Topik
Perawat : “ kalau begitu, bagaimana kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk
mencegah marah bu? “
Pasien : “....”
Perawat : “ Tujuannya agar ibu bisa mengungkapkan kata-kata dengan baik ketika
marah bu”
Pasien : “....”
2) Waktu
Perawat : “Berapa lama ibu ingin kita berbincang – bincang?”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagaimana jika kita berbincang – bincangnya 15 menit bu?”
Pasien : “........”
3) Tempat
Perawat : “Dimana ibu ingin kita berbincang – bincang?”
Pasien : “........”
Perawat : “Oh, disini saja bu?’
Pasien : “........”
Perawat : “Baiklah bu.”
1. Fase kerja
Perawat : “ nah sekarang kita latihan cara bicara ibu dengan baik untuk
mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam
atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega. Maka, ibu perlu bicara dengan
orang yang membuat ibu marah. Latihan ini ada tiga caranya bu. Baik kalau
begitu, apakah ibu siap buat latihannya bu? “
Pasien : “ ....”
Perawat : “ Baik bu alma, cara yang pertama yaitu meminta dengan baik tanpa
marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar.
Contohnya ketika ibu meminta disediakan makan dengan baik. “ bu atau
pak tolong sediakan makan”. nah nanti biasakan dicoba disini untuk
meminta baju, minta obat dan lain-lain. Apakah ibu mengerti?
Pasien : “....”
Perawat : “coba ibu praktekkan “
Pasien : “....”
Perawat : “ bagus bu, nah sekarang yang kedua yaitu menolak dengan baik, jika
ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin melakukannya, katakan “ maaf saya
tidak bisa melakukannya karena ada kerjaan atau alesan lain”. coba ibu
praktekkan”
Pasien : “....”
Perawat : “bagus bu. Nah sekarang cara yang terakhir yaitu mengungkapkan
perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal. Ibu
dapat mengatakan “ saya jadi ingin marah karena perkataan mu itu”. nah
coba ibu praktekkan
Pasien : “....”
Perawat : “ bagus ibu alma”
2. Fase terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tentang
cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
Pasien : “....”
2) Evaluasi objektif
Perawat : “Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari”
Pasien : “....”
Perawat : “ Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian
bu”
3) Rencana Tindak Lanjut
Perawat : “Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik?” Pasien :
“....”
Perawat : “bisa kita buat jadwalnya bu?”
Pasien : “....”
4) Kontrak yang akan datang
Perawat : “Bagaimana kalau besok kita latihan untuk mengatasi rasa marah
ibu dengan cara ibadah bu?
Pasien : “....”
Perawat : “Ibu maunya besok kita bertemu jam berapa?”
Pasien : “........”
Perawat : “Kita latihannya dimana bu? Apakah disini lagi saja?”
Pasien : “........”
Perawat : “Baik bu, kalau begitu sekarang saya pamit dulu ya, bu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Selamat pagi.”
Pasien : “........”
STRATEGI PELAKSANAAN IV RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A.Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif
 Klien mengatakan dia jarang sholat
 Klien mengatakan perasaannya senang
 Klien mengatakan masih ingat dengan yang di ajarkan sebelumnya

Data Objektif
 Klien dapat melakukan sholat namun melakukan dengan cepat.
 Klien nampak tegang saat berinteraksi
 Mata klien tampak melotot dan kesal
 Klien menjawab pertanyaan dengan singkat
 Klien tampak bermusuhan

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

B. Strategi Komunikasi

1. Orientasi
Perawat : Selamat pagi bu, bagaimana perasaan ibu hari ini ?
Pasien : ...
Perawat : Kemarin sudah kita pelajari bahwa jika bapak akan marah dan
muncul perasaan kesal, berdebar debar, mata melotot, selain nafas
dalam maka ibu juga dapat memukul bantal atau kasur. kemudian
setelah amarahnya reda, ibu bisa bicara baik baik kepada orang yang
membuat ibu marah, nah bagaimana sudah di latih semuanya bu ?
Pasien :...
Perawat : bagus ! bagaimana perasaan marahnya ?
Pasien : ....
Perawat : Hari ini kita akan bicara mengernai cara mencegah amarah dengan
cara ibadah
Pasien : ....
Perawat : Dimana enaknya kita berbincang bincang ?
Pasien : ....
Perawat : Berapa lama ? bagai mana jika 15 menit ?
Pasien : ....

2. Kerja
Perawat : Coba ceritakan kegiatan ibadah yang ibu lakukan ?
Pasien : ....

Perawat : Bagus ... wah banyak sekali, yang mana yang mau kita coba ?
Pasien : ....

Perawat : Nah, jika ibu sedang marah, coba ibu langsung duduk dan tarik
nafas dalam, jika tidak reda juga segera rebahan bandan agar rileks.
Bila masih tidak reda juga, segera berdoa lagi.
Pasien : ....

Perawat : Ibu bisa berdoa secara teratur untuk mencegah kemarahan jangan
lupa memohon ampunan kepada tuhan dan memohon agar
terlindung dari sifat pemarah
Pasien : ....

3. Terminasi
Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakap tentang cara
mengontrol amarag dengan beribadah tadi ?
Pasien : ....

Perawat : Mari kita masukan jadwal berdoa dan beribadah lainnya kedalam
jadwal serhari hari ibu.
Pasien : ....
STRATEGI PELAKSANAAN V RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat : Assalamualaikum Wr. Wb ibu, selamat pagi, dengan ibu Alma ya ?
Pasien : “........”
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya ?
Pasien : “........”
Perawat : Iya, benar sekali ibu.
b. Evaluasi/Validasi
Perawat : Bagaimana perasaan ibu hari ini ? adakah yang membuat ibu marah ?
Pasien : “........”
Perawat : Wahh, Alhamdulillah yaa ibu.
c. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)

Perawat : Baik, ibu dipertemuan kali ini saya akan mengevaluasi kembali apa yang
sudah di ajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Bagaimana bu ?
Pasien : “........”
Perawat : Baik bu, tujuannya itu untuk mengetahui apakah ibu sudah bisa
mengendalikan kemarahan ibu dengan baik tanpa melakukan kekerasan dan untuk
mengetahui apakah ibu sudah dapat melakukan teknik mengontrol kemarahan
dengan baik.
Pasien : “........”
Perawat : Sesuai dengan perjanjian kontrak waktu sebelumnya, hari ini saya datang
kembali di jam 09.00 di sini untuk menemui ibu kembalinya buu.
Pasien : “........”
Perawat : “Berapa lama ibu ingin kita berbincang – bincang?”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagaimana jika kita berbincang – bincangnya 20 menit bu?”
Pasien : “........”
Perawat : Baik ibu sebelum kita mulai apakah ada yang ingin ibu tanyakan ?
Pasien : “........”
Perawat : Baik kita mulai ya ibuu.
B. Fase Kerja
Perawat : Baik ibu, sekarang saya ingin bertanya terlebih dahulu. Apakah ciri-ciri jika ibu
sedang marah ?
Pasien : “........”
Perawat : Benar sekali ibu. Sesuai yang telah di ajarkan apakah yang ibu lakukan untuk
mengendalikan kemarahan ibu dan tidak melakukan prilaku kekerasan terhadap diri
sendiri dan orang lain.
Pasien : “........”
Perawat : Baik ibu benar sekali. Jadi ada 4 cara ya ibu yaitu dengan teknik nafas dalam,
lalu dengan cara memukul bantal, dengan cara mengungkapkan kemarahan dengan
kata-kata atau berbicara dengan baik, lalu yang terakhir dengan cara istigfar,
mengingat Allah, sholat dan mengaji. Benar bu ?
Pasien : “........”
Perawat : Ibu dari ke 4 cara tadi apakah ibu masih ingat, bagaimana cara melakukannya ?
Pasien : “........”
Perawat : Baik ibu, untuk mengingat kembali apakah ibu masih ingat bagaimana cara
mengontrol kemarahan dengan teknik nafas dalam ? Bisa ibu praktikan ?
Pasien : “........”
Perawat : Baik, benar sekali ibu caranya ternyata ibu masih ingat.
Pasien : “........”
Perawat : Bagaimana dengan cara mengontrol kemarahan dengan teknik memukul
bantal ? Bisa ibu praktikan ?
Pasien : “........”
Perawat : Baik ibu benar sekali, ibu bisa melakukan itu ketika ibu marah ya bu yaa agar
tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain.
Pasien : “........”
Perawat : Baik ibu selanjutnya dengan cara mengungkapkan kemarahan dengan kata-kata
atau berbicara, apakah ibu masih ingat bagaimana cara melakukannya ?
Pasien : “........”
Perawat : Wahhh benar ibu Alma hebat sekali.
Pasien : “........”
Perawat : Baik ibu selanjutnya dengan cara mengontrol kemarahan dengan teknik
spiritual apakah ibu masih ingat bagaimana cara melakukannya ?
Pasien : “........”
Perawat : Wahh sangat hebat ibu Alma dapat mengingat nya dengan baik.
Pasien : “........”
Perawat : Baik ibu jika ibu ingin marah maka ibu dapat mempraktekkan ke 4 cara tadi yaa
ibuu.
Pasien : “........”
Perawat : Baik ibu selain itu ibu juga harus minum obat yaaa, ini obatnya. Obatnya di
minum 1 tablet 3 kali sehari setelah makan yaa bu yaaah.
Pasien : “........”
Perawat : Bagaimana ibu apakah sudah paham bagaimana cara meminum obatnya ?
Pasien : “........”

C. Fase Terminasi
d. Evaluasi
3) Subyektif
Perawat : “Baik bu, tadi kan kita sudah berbincang – bincang tentang
teknik mengontrol kemarahan dan prilaku kekerasan serta
cara meminum obat. Nah bagaimana perasaan ibu
sekarang? Apakah ibu sudah memahami kondisi dan cara
menanganinya ?”
Pasien : “........”
4) Obyektif
Perawat : “Kalau begitu, kalau ibu merasa marah ibu harus melakukan
apa bu. Coba ibu sebutkan ?”
Pasien : “........”
Perawat : “Coba ibu perakteka ke 4 cara tersebut.”
Pasien : “........”

e. Rencana Tindak Lanjut


Perawat : “Ibu hari ini adalah pertemuan yang terakhir dengan saya. Saya
harap ketika ibu marah ibu dapat melakukan teknik yang telah
diajarkan dan teratur dalam meminum obat.”
Pasien : “........”
Perawat : “Ibu saya punya buku untuk kegiatan ibu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Jangan lupa masukkan teknik mengontrol kemarahan yang ibu
lakukan baik nafas dalam, memukul bantal, dengan kata-kata
dan dengan mengingat Allah ke dalam buku kegiatan ya bu.”
Pasien : “........”
Perawat : “Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.
Pasien : “........”
Perawat : “Jadi cara mengisi buku kegiatan ini, jika ibu melakukannya
tanpa dibantu oleh orang lain ibu bisa memberi tanda “M”
disini, jika ibu dibantu oleh orang lain ibu beri tanda “B” dan
jika ibu tidak melakukannya ibu beri tanda “T”. Apakah ibu
mengerti?
Pasien : “........”
Perawat : “Lalu kapan waktu yang ibu inginkan untuk melakukan latihan
ini?”
Pasien : “........”
Perawat : “Bagaimana kalau setiap jam 10 pagi?”
Pasien : “........
Perawat : “Baik ibu saya pamit dulu yaa buu. Semoga lekas sembuh ”
Pasien : “........”
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.
Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , 138-
139.
Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai