Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan zaman adalah hal yang tidak dapat terelakan dalam kehidupan.
Perkembangan zaman kian hari kian pesat. Mempunyai dampak secara menyeluruh
dalam kehidupan. Banyak orang berpikir perkembangan yang sangat pesat ini membawa
banyak hal positif kepada umat manusia. Tetapi tidak menutup kemungkinan hal yang
positif ini berjajar dengan hal yang negatif juga. Fenomena ini bisa kita tilik dengan
sudut pandang dunia kesehatan.
Dengan semakin berkembangnya kehidupan dan mordenisasi disemua bidang
kehidupan menimbulkan gejolak sosial yang cukup terasa dalam kehidupan manusia.
Terjadinya perang, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan salah satu pemicu
yang memunculkan stress, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa, salah satu
contohnya yaitu perilaku kekerasan.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat
rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai
sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan
tentang cara merawat klien
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan risiko perilaku kekerasan (RPK)
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien dengan Risiko Perilaku Kekerasan
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada klien Risiko Perilaku Kekerasan
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Risiko Perilaku Kekerasan
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan risiko perilaku
kekerasan
e. Mengevaluasi klien risiko perilaku kekerasan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida &
Yudi, 2011).

Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah
dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol (Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat
menimbulkan kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya
dapat dicegah (Depkes, 2007). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan
hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan
suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

B. PENYEBAB

Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada


pasien gangguan jiwa antara lain
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi
biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya
juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif,
dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.

Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

D. AKIBAT

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai


diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan

E. PENATALAKSANAAN

Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:

1. Medis

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.

b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.

c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan


hiperaktivitas.

d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah


pada keadaan amuk.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Psikoterapeutik

b. Lingkungan terapieutik

c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

d. Pendidikan kesehatan
F. POHON MASALAH

Resiko Tinggi Mencederai, Orang Lain, dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan PPS : Halusinasi

Regimen Terapeutik
Inefektif

Harga Diri Rendah Isolasi Sosial :


Kronis Menarik Diri

Koping Keluarga
Berduka Disfungsional
Tidak Efektif

Gambar 2.2 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

Sumber : (Fitria, 2010)

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui
observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muk amerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda /orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.

2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Menurut Fitria (2010) rencana tindakan keperawatan yang digunakan untuk
diagnosa perilaku kekerasan yaitu :
a. Tindakan keperawatan untuk klien
1) Tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan terapi psikofarmaka.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan Saudara.
Tindakan yang harus Saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan salig percaya adalah mengucapkan salam terapeutik,
berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak
topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di
masa lalu dan saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku
kekersan, baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, sosial, spiritual
maupun intelektual.
d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan
pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku
marahnya. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku
kekerasan baik secara fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik napas
dalam), obat-obat-obatan, sosial atau verbal (dengan mengungkapkan
kemarahannya secara asertif), ataupun spiritual (salat atau berdoa
sesuai keyakinan klien).
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi
penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari
perilaku tersebut.
b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku
kekerasan.
(1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
(2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila
anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
(3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain.

4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Menurut Fitria (2010) strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dengan
diagnosa keperawatan perilaku kekerasan
a. SP I Pasien
Membina hubungan saling percaya, pengkajian perilaku kekerasan dan
mengajarkan cara menyalurkan rasa marah.
b. SP 2 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
c. SP 3 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
d. SP 4 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
e. SP 5 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
f. SP 1 Keluarga
Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku
kekerasan di rumah
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatanyang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai pola pikir.
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan perilaku
kekerasan antara lain
a. Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku keekrasan.
b. Klien dapat membina hubungan saling pecaya.
c. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukakannya.
d. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
e. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukan.
f. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
i. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan.
j. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan.
(Fitria, 2010).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Tn. U

Jenis kelamin : laki laki

Umur : 55 tahun

Agama : Islam

Alamat : Semarang

Suku /bangsa : Jawa / Indonesia

Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Buruh Pabrik

Pendidikan : SLTA

Ruang rawat : Dewandaru

Rekam Medik :-

Tanggal masuk : 3 April 2022

Tanggal pengkajian : 13 April 2022

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. S

Alamat : Semarang

Hubungan : Istri

Telpon/Hp : 085xxxxxxxx
c. Alasan Masuk
Klien dibawa ke RSJS Magelang pada tanggal 3 april 2022. Klien mengamuk
dikarenakan pembagian warisan tanah dan memperjuangkan atau membela ibunya
dalam konflik intern/keluarga
d. Factor presipitasi
1. Klien mengatakan khawatir terhadap ibunya dikarenakan masalah / konflik
inter dalam keluarga
e. Faktor Predisposisi
1. Riwayat Gangguan Jiwa
Klien mengatakan baru masuk Rumah Sakit Jiwa baru pertama kali ini.
2. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Riwayat pengobatanya sebelumnya belum pernah dikarenakan baru masuk
Rumah sakit jiwa pertama kali ini.
3. Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4. Pengalaman aniaya fisik
Klien mengatakan tidak mempunyai Riwayat aniaya fisik, trauma, dll
5. Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit jiwa.

f. Pengkajian Fisik
Vital Sign

TD : 110/80 mmHg

N : 85x/menit

S : 36,5 C

Pemeriksaan Fisik :

1) Rambut : rambut tekstur kasar, warna rambut putih


beruban, rambut tipis
2) Wajah : berbentuk oval, bentuk hidung simetris, gigi
kurang bersih, bibir agak pucat, tidak ada stomatitis
3) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
4) Dada : bentuk dada simetris, tidak ada benjolan suara
nafas vesikuler
5) Abdomen : bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan
6) Ekstremitas Atas : tidak ada kelainan
7) Ekstremitas Bawah : tidak ada kelainan
8) Integument : pasien mengatakan mandi 1x sehari
menggunakan sabun, shampoo dan sikat gigi setiap mandi, turgor kulit
elastis.

g. Pengkajian Psikososial
Genogram

Keterangan :

: laki-laki : meninggal

: perempuan : tinggal serumah


: klien

1) Konsep Diri
a. Gambaran diri : klien merasa mampu memenuhi harapan menjadi seorang ayah
dan suami.
b. Identitas diri : klien berjenis kelamin laki laki, berusia 55 tahun klien sudah
menikah,Pendidikan terakhir klien adalah SMA, sehari hari klien bekerja
sebagai burh pabrik.
c. Peran : klien merupakan anak tunggal. Dan berperan sebagai anak,
ayah dan suami.
d. Ideal diri :. klien mengatakan ingin sembuh dari sakit yang dialaminya
karena ingin segera bertemu keluarga dan bekerja lagi.
e. Harga diri : klien merasa puas menjadi seorang anak, suami, dan ayah.
2) Hubungan Sosial
a. Klien dekat dengan pengasuh panti
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat kurang baik, mengikuti kegiatan
pada masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak ada hambatan
bersosialisasi dan kesulitan dalam berkomunikasi.
3) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
klien mengakui beragama islam

b. Kegiatan Ibadah
Sebelum sakit klien beribadah di masjid dan merayakan hari raya
agamanya Bersama keluarganya di masjid. Saat sakit Klien sholat dan
berdoa supaya bisa sembuh agar bisa Kembali kumpul Bersama keluarga
dan bekerja.

h. Status Mental
1. Penampilan : klien tampak berpakaian rapi, dengan rambut pendek.
2. Pembicaraan :
Klien kooperatif berbicara dengan tempo cepat.
3. Aktifitas motorik
Ketika ditanya, klien tampak dapat menjawab pertanyaan dari lawan bicara,
Afek dan emosi
1) Afek
Hasil observasi afek klien datar klien menjawab pertanyaan seperlunya

2) Alam perasaan
Klien merasa khawatir terhadap ibunya sehingga klien tampak gelisah dan
sering murung.

4. Interaksi selama wawancara


Selama dilakukan pengkajian dengan wawancara klien cukup kooperatif
dalam menjawab pertanyaan, selama wawancara kontak mata klien baik.
5. Persepsi sensori
Klien mempunyai Riwayat gangguan persepsi sensori auditorik.
Jenis : halusinasi
Isi : pasien mengatakan pernah mendengar bisikan-bisikan.
6. Proses pikir
Klien memiliki gangguan proses pikir sirkumstansial berbicara berbelit belit
tetapi sampai tujuan pembicaraan
7. Isi Pikir
Klien tidak mempunyai gangguan isi pikir.
8. Tingkat kesadaran
Klien tidak mengalami disorientasi waktu dan orang, klien tidak mudah lupa
pada orang yang baru saja dikenalkan.
9. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang dan pendek
sehingga klien tidak lupa akan semua yang telah terjadi bahkan yang baru
saja terjadi.
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu mempertahankan focus ketika diajak berbincang dengan
perawat namun klien dapat menghitung angka dari 1 sampai 50 secara jelas.
11. Kemampuan penilaian
Klien kurang mampu mengambil keputusan yang baik secara mandiri seperti
setelah makan ingin membantu nyapu atau membereskan kursi
12. Daya tilik diri
Klien mengakui penyakit yang diderita Klien mengetahui bahwa sekarang
dia berada dalam RSJ untuk perawatan dan pengobatan dirinya yang sedang
mengalami gangguan jiwa.
i. Kebutuhan Klien Memenuhi Kebutuhan
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mampu makan, berpakain, mandi dan menyisir rambut sendiri.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Klien mampu mandi, menjaga kebersihan, makan, BAB dan BAK serta
ganti pakian secara mandiri.
b. Nutrisi
Klien suka dengan makanan dari rumah sakit, klien makan bersama
klien lain, klien makan 3x dalam sehari, nafsu makan baik.
3. Tidur
Klien tidak mengalami gangguan tidur, klien juga sering tidur siang
4. Kemampuan klien dalam hal berikut
 Tidak bisa mengantisipasi kehidupan sehari hari, memutuskan sesuatu
dibantu orang lain.
 Klien mampu menemukan hal kesukaan atau aktivitas yang disukai.
j. Mekanisme Koping
Untuk saat ini pasien sudah bisa mengontrol kemarahannya dengan beberapa
teknik yang diajarkan sehingga klien merasa tenang.
k. Pengetahuan
Klien mengatakan tidak mengetahui fungsi obat yang dikonsumsi klien sadar
bahwa dirinya sakit, dan berharap klien bisa sembuh dan bisa pulang.
l. Aspek Medis
Diagnosa Medis :Skizoafektif
1. Terapi yang diberikan
Terapi medik : 
a. Risperidone 2 mg 
(membantu menangani gangguan mental dengan gejala psikosis, seperti
skizofrenia)
b. Tahexyphenidyl 2 mg
c. Lorazepam
(digunakan untuk mengatasi skizofrenia berat)
2. Analisa Data

Tgl /jam Data Fokus Masalah TTD

13 April Ds : Klien mengatakan suka Risiko perilaku


marah-marah
2022/ 16.00 kekerasan

Do : Klien terkadang menaikkan


nada suaranya, wajah klien
tampak tegang

13 April Ds : Harga Diri


2021/ 16.10  Klien mengatakan mendengar Rendah
suara keluarganya
Isi : mendenngar suara keluarganya
seperti akan menjenguk
Do :
Klien tampak tersenyum dan
Bahagia karena mengira
keluarganya akan datang.

3. Daftar Masalah Keperawatan


a. Resiko perilaku kekerasan
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
pohon Masalah

( Akibat )

Resiko Perilaku Kekerasan (Core Problem)

( Etiologi )
4. Diagnose Prioritas
Resiko Perilaku Kekerasan
5. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi TT
. Diagnosa hasil D

Tujuan Kriteria hasil

1 RESIKO 1.Klien dapat 1.Pasien Lakukan SP 1 :


PERILAKU membina dapat
1. Identifikasi
KEKERASA hubungan menerima
penyebab
N saling percaya kehadiran
perilaku
perawat
Dengan kriteria kekerasan
secara verbal
hasil: 2. Identifikasi
dan non
tanda dan
Waja verbal :
gejala perilaku
h menjawab
kekerasan
cerah salam, mau
3. Identifikasi
terse berjabat
perilaku
nyu tangan,
kekerasan yang
m, duduk
dilakukan
mau berdampinga
4. Identifikasi
berk n dengan
akibat perilaku
enala perawat.
kekerasan
n,
2. Pasien 5. Ajarkan cara
kont
mampu mengontrol
ak
mengenali perilaku
mata
marah dengan kekerasan
ada,
menyebutkan 6. Latih pasien
berse
cara kontrol
dia isi, waktu,
perilaku
menc frekuensi,
kekerasan fisik
erita faktor
I (nafas dalam)
kan pencetus,

22
peras perasaan dan Lakukan SP 2 :
aann respon saat
1. Validasi
ya.
rasa marah masalah dan
2.Pasien timbul latihan
mengenali sebelumnya
3. .Pasien
resiko perilaku 2. Latih pasien
dapat
kekerasan yang cara kontrol
menyebutkan
dialami, perilaku
kegiatan yang
mengontrol kekerasan
sudah
marah, dan dengan minum
dilakukan
mengikuti obat (prinsip 5
yaitu cara
program benar minum
nafas dalam
pengobatan obat)
dan pasien
secara optimal. Lakukan SP 3 :
dapat
menyebutkan 1. Validasi
5 benar obat masalah dan
latihan
4.pasien dapat
sebelumnya
menyebutkan
2. Latih pasien
keinginannya
cara kontrol
secara verbal
perilaku
dengan baik-
kekerasan
baik
secara verbal
(meminta,
menolak, dan
mengungkapka
n marah secara
baik)
3. Membimbing
pasien

23
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian.

4. Melibatkan
terapi aktivitas
kelompok

Lakukan SP 4 :

1. validasi
masalah dan
latihan
sebelumnya
2. Latih pasien
cara kontrol
perilaku
kekerasan
secara spiritual
(berdoa,
berwudhu,
sholat)

24
6. Implementasi dan Evaluasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
/ Jam

1. 13 April Resiko SP 1 S:
2022 Perilaku - Klien mengatakan paham
- Mengidentifikasi
pukul Kekerasan tanda gejala dari perilaku
penyebab, tanda
16.00 kekerasan
dan gejala, perilaku
wib - Klien mengatakan akan
kekerasan yang
mengontrol marah dengan
dilakukan, akibat
nafas dalam
perilaku kekerasan
- Klien mengatakan merasa
- Mendemonstrasikan
lebih tenang
cara mengontrol
O:
perilaku kekerasan
- Klien dapat mengontrol
- Melatih pasien cara
perilaku kekerasan dengan
kontrol perilaku
nafas dalam
kekerasan fisik I
- Klien melakukan nafas
(nafas dalam)
dalam pada waktu luang
- Klien lebih tenang dan tidak
mengepalkan tangan
A:
- Risiko perilaku kekerasan SP
1 tercapai
P:

Latih kontrol marah dengan obat,

25
2 14 April SP 2 S:
2022
1. Memvalidasi - Klien mengatakan akan
16.00
masalah dari minum obat sesuai dengan
WIB
latihan sebelumnya anjuran dari dokter dan
2. Melatih pasien cara perawat
kontrol perilaku - Klien mengatakan paham
kekerasan dengan manfaat, tujuan, dan
minum obat pentingnya minum obat

O:

- Klien selalu ingat untuk


minum obat sesuai waktunya.

A:

- Risiko perilaku kekerasan


SP2 tercapai

P:

Lanjut ke SP 3 dengan cara


melatih control marah dengan
cara Teknik verbal asertif
3 15 April
2022 SP 3 : S:
09.00
1. Memvalidasi Klien mengatakan merasa tenang
WIB
masalah dari ketika dapat mengungkapkan
Latihan dengan baik
sebelumnya
Klien mengatakan senang bisa
2. Melatih pasien
berkumpul dengan teman saat
cara kontrol

26
perilaku kekerasan TAK
secara verbal
O:
(meminta,
menolak, dan Klien kooperatif, kontak mata
mengungkapkan (+), klien tenang, klien bisa
marah secara menddeontrasikan meminta,
baik) menolak, mengungkapkan dengan
Membimbing cara baik
pasien
A:
memasukkan
dalam jadwal resiko perilaku kekerasan SP 3
kegiatan harian. teratasi
3. Melibatkan terapi
Klien mampu mendemontrasikan
aktivitas
verbal asertif (meminta, menolak,
kelompok
mengungkapkan dengan cara
baik)

P:

Lanjutkan sp 4.
4 16 April
2022
10.00 1. Memvalidasi
S:
masalah dari
Latihan - Klien mengatakan selalum
sebelumnya sholat 5 waktu dan sering
2. Latih pasien cara berdo`a
kontrol perilaku - Klien mengatakan paham
kekerasan secara manfaat berdo`a
spiritual (berdoa,
O:
berwudhu, sholat)
- Klien selalu sholat tepat

27
waktu.

A:

- Risiko perilaku kekerasan


SP4 tercapai

P:

Ulangi SP 1, SP 2, SP 2, SP3, SP
4.

28
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Kasus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa kepada Tn. U denga
Risiko
perilaku kekerasan di RSJ DR. RM . Soedjarwadi Klaten, maka
penulis pada BAB ini akan membahas kesesuaian antara kasus dan
teori baik data focus, masalah keperawatan yang muncul maupun
implementasi yang dilakukan. Pembahasan dimulai dari tahapan proses
keperawatan yaitu : pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi ,
implementasi, dan evaluasi
1. Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa
sumber yaitu dari pasien dan pengawas RSJ. Mahasiswa mendapat
sedikit kesulitan dalam mmenyimpulkan data karena keluarga
pasien jarang mengunjungi pasien di RSJ. Maka mahasiwa
melakukan pendekatan pada pasien melalui komunikasi terapeutik
yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan
perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien. Adapun
upaya tersebut yaitu
a) Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya
diri pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya
dengan
menggunakan perasaan.
b) Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara
bahwasanya Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif
dari kemarahan, hasil dari kemarahan yang ekstrim ataupun
panik. Perilaku kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia

29
diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut,dan
ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir
dari hubungan interpersonal dengan oran lain (Pardede, Keliat
& Yulia, 2015).
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan ialah identifikasi atau penilaian terhadap
pola respons klien baik actual maupun potensial dan merupakan
dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih di kenal dengan
asuhan keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah
pengkajian dan penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap
perencanaan mahasiswa hanya menyusun rencan tindakan
keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan dan Perilaku Kekerasan.
Pada tahap ini antara tinjauan teroritis dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan sehingga mahasiswa dapat melaksanakan Tindakan
seobtimal mungkin di dukung dengan seringnya bimbingan dengan
pembimbing. Secara teoritis digunakan secara strategi pertemua
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian.
Adapun upaya yang di gunakan mahasiswa ialah:
a) Risiko Perilaku Kekerasan
i. Mengidentifikasi isi Risiko perilaku kekerasan
ii. Mengidentifikasi waktu terjadi Risiko Perilaku Kekerasan
iii. Mengidentifikasi situasi pencetus Risiko Perilaku
Kekerasan
iv. Mengidentifikasi respon terhadap Risiko Perilaku
Kekerasan
v. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol
Risiko
Perilaku Kekerasan dengan tarik napas dalam dan pukul

30
kasur
bantal
vi. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
minum
obat
vii. Melatih pasien mengontrol Risiko Perilaku
Kekerasandengan
berbicara baik-baik dengan orang lain dan spiritual
viii. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
4. Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi, mahasiswa hanya mengurangi 1 masalah
keperawatan yakni: diagnosa keperawatan Risiko Perilaku
Kekerasan di karenakan masalah utama yang dialami klien. Pada
diagnose keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan dilakukan
strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi Perilaku Kekerasan,
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik napas dan pukul
kasur bantal. Strategi pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum
obar secara teratur, strategi pertemuan ketiga yaitu latihan dengan
carakomunikasi secara verbal atau bicara baik-baik strategi
pertemuan ke empat yaitu Spritual
5. Tahap Evaluasi
Tinjauan kasus yang dihasilkan adalah
1) Klien dapat mengurangi resiko perilaku kekerasan
2) Klien dapat mengontrol emosinya
3) Klien dapat bergaul dengan temannya di ruangan RSJ
4) Klien dapat melakukan aktivitas kelompok
5) Klien mampu memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri
6) Klien dapat mengerti orientasi waktu
B. Kekuatan Atau Kemudahan
Dalam menjalankan asuhan keperawatan jiwa pada Tn B yang di
lakukan mahasiswa memiliki kemudahan dalam sarana dan prasarana

31
yang mendung dalam pengkajian asuhan keperawatan jiwa. Selain itu
perawat RSJ DR RM. Soedjarwadi dalam memberikan informasi
mengenai klien cukup jelas untuk mendukung dalam melaksanakan
asuhan keperawatan penulis

C. Kelemahan atau Kesulitan


Kesulitan yang di dapat penulis saat melakukan asuhan keperawatan
jiwa pada Tn U dalam mengatasi diagnosa keperawatan yaitu klien
sering tidak kooperatif untuk di jalankannya implementasi penulis.
Dalam hal ini penulis mempunyai keterbatasan dalam menjalankan
implementasi, dengan ini penulis harus berlaku lebih sabar dalam
menghadapi klien untuk menjalankan segala intervensi di susun

32
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai
suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif
dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana
agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3. Memberontak (acting out)
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan

B. SARAN
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga
dalam mengatasi masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani  klien dengan masalah
perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose,
perencanaan, intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi

33
keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku
kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul
kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo
http://nswahyunc.blogspot.com/2012/04/askep-perilaku-kekerasan.html

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi I. Jakarta :
EGC
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri Edisi I. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta : EGC
Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama

34

Anda mungkin juga menyukai