PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan zaman adalah hal yang tidak dapat terelakan dalam kehidupan.
Perkembangan zaman kian hari kian pesat. Mempunyai dampak secara menyeluruh
dalam kehidupan. Banyak orang berpikir perkembangan yang sangat pesat ini membawa
banyak hal positif kepada umat manusia. Tetapi tidak menutup kemungkinan hal yang
positif ini berjajar dengan hal yang negatif juga. Fenomena ini bisa kita tilik dengan
sudut pandang dunia kesehatan.
Dengan semakin berkembangnya kehidupan dan mordenisasi disemua bidang
kehidupan menimbulkan gejolak sosial yang cukup terasa dalam kehidupan manusia.
Terjadinya perang, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan salah satu pemicu
yang memunculkan stress, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa, salah satu
contohnya yaitu perilaku kekerasan.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat
rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai
sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan
tentang cara merawat klien
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan risiko perilaku kekerasan (RPK)
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien dengan Risiko Perilaku Kekerasan
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada klien Risiko Perilaku Kekerasan
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Risiko Perilaku Kekerasan
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan risiko perilaku
kekerasan
e. Mengevaluasi klien risiko perilaku kekerasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah
dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol (Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat
menimbulkan kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya
dapat dicegah (Depkes, 2007). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa perilaku kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan
hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan
suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
B. PENYEBAB
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
D. AKIBAT
E. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
d. Pendidikan kesehatan
F. POHON MASALAH
Regimen Terapeutik
Inefektif
Koping Keluarga
Berduka Disfungsional
Tidak Efektif
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui
observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muk amerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda /orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.
2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Tn. U
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Semarang
Pendidikan : SLTA
Rekam Medik :-
Alamat : Semarang
Hubungan : Istri
Telpon/Hp : 085xxxxxxxx
c. Alasan Masuk
Klien dibawa ke RSJS Magelang pada tanggal 3 april 2022. Klien mengamuk
dikarenakan pembagian warisan tanah dan memperjuangkan atau membela ibunya
dalam konflik intern/keluarga
d. Factor presipitasi
1. Klien mengatakan khawatir terhadap ibunya dikarenakan masalah / konflik
inter dalam keluarga
e. Faktor Predisposisi
1. Riwayat Gangguan Jiwa
Klien mengatakan baru masuk Rumah Sakit Jiwa baru pertama kali ini.
2. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Riwayat pengobatanya sebelumnya belum pernah dikarenakan baru masuk
Rumah sakit jiwa pertama kali ini.
3. Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4. Pengalaman aniaya fisik
Klien mengatakan tidak mempunyai Riwayat aniaya fisik, trauma, dll
5. Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit jiwa.
f. Pengkajian Fisik
Vital Sign
TD : 110/80 mmHg
N : 85x/menit
S : 36,5 C
Pemeriksaan Fisik :
g. Pengkajian Psikososial
Genogram
Keterangan :
: laki-laki : meninggal
1) Konsep Diri
a. Gambaran diri : klien merasa mampu memenuhi harapan menjadi seorang ayah
dan suami.
b. Identitas diri : klien berjenis kelamin laki laki, berusia 55 tahun klien sudah
menikah,Pendidikan terakhir klien adalah SMA, sehari hari klien bekerja
sebagai burh pabrik.
c. Peran : klien merupakan anak tunggal. Dan berperan sebagai anak,
ayah dan suami.
d. Ideal diri :. klien mengatakan ingin sembuh dari sakit yang dialaminya
karena ingin segera bertemu keluarga dan bekerja lagi.
e. Harga diri : klien merasa puas menjadi seorang anak, suami, dan ayah.
2) Hubungan Sosial
a. Klien dekat dengan pengasuh panti
b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat kurang baik, mengikuti kegiatan
pada masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak ada hambatan
bersosialisasi dan kesulitan dalam berkomunikasi.
3) Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
klien mengakui beragama islam
b. Kegiatan Ibadah
Sebelum sakit klien beribadah di masjid dan merayakan hari raya
agamanya Bersama keluarganya di masjid. Saat sakit Klien sholat dan
berdoa supaya bisa sembuh agar bisa Kembali kumpul Bersama keluarga
dan bekerja.
h. Status Mental
1. Penampilan : klien tampak berpakaian rapi, dengan rambut pendek.
2. Pembicaraan :
Klien kooperatif berbicara dengan tempo cepat.
3. Aktifitas motorik
Ketika ditanya, klien tampak dapat menjawab pertanyaan dari lawan bicara,
Afek dan emosi
1) Afek
Hasil observasi afek klien datar klien menjawab pertanyaan seperlunya
2) Alam perasaan
Klien merasa khawatir terhadap ibunya sehingga klien tampak gelisah dan
sering murung.
( Akibat )
( Etiologi )
4. Diagnose Prioritas
Resiko Perilaku Kekerasan
5. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi TT
. Diagnosa hasil D
22
peras perasaan dan Lakukan SP 2 :
aann respon saat
1. Validasi
ya.
rasa marah masalah dan
2.Pasien timbul latihan
mengenali sebelumnya
3. .Pasien
resiko perilaku 2. Latih pasien
dapat
kekerasan yang cara kontrol
menyebutkan
dialami, perilaku
kegiatan yang
mengontrol kekerasan
sudah
marah, dan dengan minum
dilakukan
mengikuti obat (prinsip 5
yaitu cara
program benar minum
nafas dalam
pengobatan obat)
dan pasien
secara optimal. Lakukan SP 3 :
dapat
menyebutkan 1. Validasi
5 benar obat masalah dan
latihan
4.pasien dapat
sebelumnya
menyebutkan
2. Latih pasien
keinginannya
cara kontrol
secara verbal
perilaku
dengan baik-
kekerasan
baik
secara verbal
(meminta,
menolak, dan
mengungkapka
n marah secara
baik)
3. Membimbing
pasien
23
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian.
4. Melibatkan
terapi aktivitas
kelompok
Lakukan SP 4 :
1. validasi
masalah dan
latihan
sebelumnya
2. Latih pasien
cara kontrol
perilaku
kekerasan
secara spiritual
(berdoa,
berwudhu,
sholat)
24
6. Implementasi dan Evaluasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
/ Jam
1. 13 April Resiko SP 1 S:
2022 Perilaku - Klien mengatakan paham
- Mengidentifikasi
pukul Kekerasan tanda gejala dari perilaku
penyebab, tanda
16.00 kekerasan
dan gejala, perilaku
wib - Klien mengatakan akan
kekerasan yang
mengontrol marah dengan
dilakukan, akibat
nafas dalam
perilaku kekerasan
- Klien mengatakan merasa
- Mendemonstrasikan
lebih tenang
cara mengontrol
O:
perilaku kekerasan
- Klien dapat mengontrol
- Melatih pasien cara
perilaku kekerasan dengan
kontrol perilaku
nafas dalam
kekerasan fisik I
- Klien melakukan nafas
(nafas dalam)
dalam pada waktu luang
- Klien lebih tenang dan tidak
mengepalkan tangan
A:
- Risiko perilaku kekerasan SP
1 tercapai
P:
25
2 14 April SP 2 S:
2022
1. Memvalidasi - Klien mengatakan akan
16.00
masalah dari minum obat sesuai dengan
WIB
latihan sebelumnya anjuran dari dokter dan
2. Melatih pasien cara perawat
kontrol perilaku - Klien mengatakan paham
kekerasan dengan manfaat, tujuan, dan
minum obat pentingnya minum obat
O:
A:
P:
26
perilaku kekerasan TAK
secara verbal
O:
(meminta,
menolak, dan Klien kooperatif, kontak mata
mengungkapkan (+), klien tenang, klien bisa
marah secara menddeontrasikan meminta,
baik) menolak, mengungkapkan dengan
Membimbing cara baik
pasien
A:
memasukkan
dalam jadwal resiko perilaku kekerasan SP 3
kegiatan harian. teratasi
3. Melibatkan terapi
Klien mampu mendemontrasikan
aktivitas
verbal asertif (meminta, menolak,
kelompok
mengungkapkan dengan cara
baik)
P:
Lanjutkan sp 4.
4 16 April
2022
10.00 1. Memvalidasi
S:
masalah dari
Latihan - Klien mengatakan selalum
sebelumnya sholat 5 waktu dan sering
2. Latih pasien cara berdo`a
kontrol perilaku - Klien mengatakan paham
kekerasan secara manfaat berdo`a
spiritual (berdoa,
O:
berwudhu, sholat)
- Klien selalu sholat tepat
27
waktu.
A:
P:
Ulangi SP 1, SP 2, SP 2, SP3, SP
4.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesesuaian Kasus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa kepada Tn. U denga
Risiko
perilaku kekerasan di RSJ DR. RM . Soedjarwadi Klaten, maka
penulis pada BAB ini akan membahas kesesuaian antara kasus dan
teori baik data focus, masalah keperawatan yang muncul maupun
implementasi yang dilakukan. Pembahasan dimulai dari tahapan proses
keperawatan yaitu : pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi ,
implementasi, dan evaluasi
1. Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa
sumber yaitu dari pasien dan pengawas RSJ. Mahasiswa mendapat
sedikit kesulitan dalam mmenyimpulkan data karena keluarga
pasien jarang mengunjungi pasien di RSJ. Maka mahasiwa
melakukan pendekatan pada pasien melalui komunikasi terapeutik
yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan
perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien. Adapun
upaya tersebut yaitu
a) Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya
diri pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya
dengan
menggunakan perasaan.
b) Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara
bahwasanya Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif
dari kemarahan, hasil dari kemarahan yang ekstrim ataupun
panik. Perilaku kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia
29
diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut,dan
ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir
dari hubungan interpersonal dengan oran lain (Pardede, Keliat
& Yulia, 2015).
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan ialah identifikasi atau penilaian terhadap
pola respons klien baik actual maupun potensial dan merupakan
dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih di kenal dengan
asuhan keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah
pengkajian dan penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap
perencanaan mahasiswa hanya menyusun rencan tindakan
keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan dan Perilaku Kekerasan.
Pada tahap ini antara tinjauan teroritis dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan sehingga mahasiswa dapat melaksanakan Tindakan
seobtimal mungkin di dukung dengan seringnya bimbingan dengan
pembimbing. Secara teoritis digunakan secara strategi pertemua
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian.
Adapun upaya yang di gunakan mahasiswa ialah:
a) Risiko Perilaku Kekerasan
i. Mengidentifikasi isi Risiko perilaku kekerasan
ii. Mengidentifikasi waktu terjadi Risiko Perilaku Kekerasan
iii. Mengidentifikasi situasi pencetus Risiko Perilaku
Kekerasan
iv. Mengidentifikasi respon terhadap Risiko Perilaku
Kekerasan
v. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol
Risiko
Perilaku Kekerasan dengan tarik napas dalam dan pukul
30
kasur
bantal
vi. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
minum
obat
vii. Melatih pasien mengontrol Risiko Perilaku
Kekerasandengan
berbicara baik-baik dengan orang lain dan spiritual
viii. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
4. Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi, mahasiswa hanya mengurangi 1 masalah
keperawatan yakni: diagnosa keperawatan Risiko Perilaku
Kekerasan di karenakan masalah utama yang dialami klien. Pada
diagnose keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan dilakukan
strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi Perilaku Kekerasan,
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik napas dan pukul
kasur bantal. Strategi pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum
obar secara teratur, strategi pertemuan ketiga yaitu latihan dengan
carakomunikasi secara verbal atau bicara baik-baik strategi
pertemuan ke empat yaitu Spritual
5. Tahap Evaluasi
Tinjauan kasus yang dihasilkan adalah
1) Klien dapat mengurangi resiko perilaku kekerasan
2) Klien dapat mengontrol emosinya
3) Klien dapat bergaul dengan temannya di ruangan RSJ
4) Klien dapat melakukan aktivitas kelompok
5) Klien mampu memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri
6) Klien dapat mengerti orientasi waktu
B. Kekuatan Atau Kemudahan
Dalam menjalankan asuhan keperawatan jiwa pada Tn B yang di
lakukan mahasiswa memiliki kemudahan dalam sarana dan prasarana
31
yang mendung dalam pengkajian asuhan keperawatan jiwa. Selain itu
perawat RSJ DR RM. Soedjarwadi dalam memberikan informasi
mengenai klien cukup jelas untuk mendukung dalam melaksanakan
asuhan keperawatan penulis
32
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai
suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif
dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana
agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3. Memberontak (acting out)
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan
B. SARAN
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga
dalam mengatasi masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani klien dengan masalah
perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose,
perencanaan, intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi
33
keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku
kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul
kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo
http://nswahyunc.blogspot.com/2012/04/askep-perilaku-kekerasan.html
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi I. Jakarta :
EGC
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri Edisi I. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta : EGC
Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC
34