Disusun Oleh :
Zulfa Alwi Iq'tafa
(P1337420119096)
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh nyeri pada abdomen menjalar ke dada dan
mengeluh ketika pasien duduk mengeluh sakit serta mengeluh
nyeri kepala bagian belakang bawah.
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada dada dan ketika duduk pasien
mengeluh nyeri pada punggung belakang bawah dan mengeluh
nyeri kepala pada kepala bagian belakang. Pasien mengeluh
pertama kali pada tanggal 18 Mei 2021. Pasien mengatakan
meminta konsultasi dengan dokter via daring. Pasien
mengatakan bahwa nyerinya sempat hilang tapi setelah
beberapa waktu muncul kembali. Pasien mengatakan
berkonsultasi dengan dokter kemudian diinstruksikan dokter
untuk opname di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang
pada 20 Mei 2021, dilakukan tindakan di UGD pemeriksaan
kesadaran, didapatkan hasil komposmentis monitor tanda-tanda
vital
TD : 184/101 mmHg
Sp O2 : 100%
Nadi : 84.
RR : 24x/menit.
Kemudian pasien mengatakan dilakukan pemindahan ke
ruang Sadewa 2.
2. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat keperawatan akibat
penyakit Diabetus Melitus, Hipertensi, bronkitis (sejak kecil
tapi sudah sembuh). Pasien mengatakan memiliki riwayat
keperawatan akibat dari Diabetus mellitus sejak lama
(menahun). Klien mengatakan mengonsumsi obat sesuai
anjuran dokter (obat anti hipertensi).
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan ibunya memiliki riwayat Diabetus
Mellitus serta ayahnya memiliki riwayat penyakit paru TB.
: Laki-laki : Perempuan : pasien
Hematocrit 38,60
Trombosit 363 uL
Leukosit 5,8 uL
HbA1 60 mg/dL
GDS 60
SGOT 27 u/L
SGPT 19 u/L
Albumin/globulin
7. PROGRAM TERAPI
- Infus ringer laktat 20 tpm
- Injeksi IV ketorolac 30 mg/8 jam
- Injeksi IV Hyoscine 10 mg/8 jam
- Injeksi IV Ranitidine 50 mg/12 jam
- Peroral metmorfin 2x500 mg
8. Analisis Data
IV. Implementasi
VI. Pembahasan
1. Pengkajian
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. I ditemukan
keluhan klien yaitu nyeri kepala bagian belakang dan nyeri dada
dengan kualitas seperti dicubit-cubit intensitas waktu terus
menerus dengan skala 5. Setelah dikaji pada riwayat keperawatan
terdahulu klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi, diabetes
mellitus dan bronchitis (sejak kecil sudah sembuh). Pengkajian
kesehatan keluarga mengatakan ibunya memeliki riwayat diabetes
mellitus dan ayahnya memiliki riwayat penyakit paru.
Saat dilakukan pengkajian pola fungsional Gordon
didapatkan hasil sebagai berikut
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Kesehatan bagi klien sangat penting dank lien berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan jika mengalami keluhan sakit
b. Pola nutrisi dan metabolism
Sebelum di rumah sakit klien makan 3x/hari dan
menghabiskan porsi makanan ketika di rumah sakit klien tidak
nafsu makan merasa mual dan muntah.
c. Pola eleminasi
Klien mengatakan bahwa pola buang air besarnya adalah 1-3x
sehari dan konsistensi feses lembek, sedangkan untuk pola
BAK nya lancar dengan frekuensi 6x sehari dan volumenya
sekitar 250 ml setiap BAK untuk warna urin kuning dan tidak
ada perubahan ketika sebelum dan sesudah masuk rumah
sakit.
d. Pola istirahat & tidur
Klien memiliki pola tidur 7 jam per hari dan ketika
di rumah sakit apabila tidak nyeri bisa tidur nyenyak. Jika
nyeri, mual dan muntah muncul, pasien mengeluh pola
tidurnya terganggu dan ketika malam hari hanya bisa tidur
3-4 jam saja.
e. Pola aktifitas dan latihan
Klien beraktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah
tangga mengurus pekerjaan rumah, pasien ketika di rumah
sakit banyak bed rest karena masih mengeluh nyeri pada
punggung belakang serta nyeri kepala. Ketika di rumah
sakit untuk BAB dan BAK perlu bantuan orang lain, dan
ketika beraktivitas lainnya pasien mengeluh nyeri kepala
bagian belakang sehingga aktivitas di luar bed pasien
membutuhkan bantuan orang lain.
f. Pola mekanisme koping
Pasien mengatakan untuk mengurangi stress pasien
akan pergi bemain ke rumah teman-temannya
Hipertensi adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal sehingga menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas, tekanan darah sistolik 140
mmHg menunjukkan fase darah dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah kembali ke jantung
(Triyanto, 2014). penyebab hipertensi diakibatkan oleh berat badan
yang berlebih, merokok, kurang akitvitas olahraga, konsumsi garam
berlebih dan sering konsumsi makanan yang mengandung lemak,
alkohol, serta stress. Saat dilakukan pengkajian tanda-tanda vital
didapatkan hasil sebagai berikut (RR : 24 x/menit, Sp O2 : 98%,
TD : 184/110 mmHg, Suhu : 36,5 ℃, Nadi : 92x/menit) dan
pengkajian nyeri (Pencetusnya adalah Hipertensi, kualitas nyeri
seperti dicubit-cubit, lokasi nyeri: kepala bagian belakang, dada,
skala nyeri : 5, waktu nyeri: terus-menerus. Dari hasil pengkajian
yang didapatkan dapat disimpulkan klien memiliki keluhan nyeri
kepala, mual dan muntah, aktivitas klien dibantu keluarga serta
perubahan pola tidur, klien memiliki riwayat hipertensi, TD 184/110
mmHg.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI nyeri akut adalah pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial yang digambarkan sebagai
kerusakan, awitan yang tiba-tiba lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi.
Hal tersebut ditandai dengan adanya bukti nyeri dengan
menggunakan standar daftar periksa, ekspresi wajah nyeri, keluhan
tentang nyeri, laporan tentang prilaku nyeri dan perubahan pada
parameter fisiologis. Menurut analisa peneliti, berdasarkan
pengkajian yang dilakukan pada Ny. I didapatkan hasil seperti
berikut merasakan pusing dan nyeri pada kepala, disertai mual dan
muntah bukti nyeri dengan menggunakan standar MRC, ekspresi
wajah nyeri, keluhan tentang nyeri, laporan tentang prilaku nyeri
dan perubahan pada tekanan darah, Sehingga diagnosa nyeri akut
dapat ditegakkan.
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi
psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas keidupan sehari hari yang harus atau yang
ingin dilakukan. Hal tersebut ditandai dengan keletihan,
ketidaknyamanan setelah beraktifitas, respon tekanan darah
abnormal terhadap aktivitas. Menurut analisa peneliti, berdasarkan
pengkajian yang dilakukan pada Ny. I didapatkan hasil pengkajian
yaitu Ny. I merasakan pusing setelah banyak beraktivitas, badan
terasa lemah, aktivitas membutuhkan bantuan. Akibat adanya
ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas secara efektif, maka
diagnosa intoleransi aktivitas dapat ditegakkan.
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal seperti hambatan
lingkungan, kuang control tidur, kurang privasi, restraint fisik,
ketiadaan teman tidur, tidak familiar dengan peralatan tidur.
Menurut analisa peneliti, berdasarkan pengkajian yang dilakukan
pada Ny. I adalah klien mengeluh pola tidurnya berubah akibat dari
nyeri dan mual muntah yang dialaminya.
3. Rencana Keperawatan
Sesuai dengan SLKI dan SIKI pada diagnosa keperawatan
nyeri akut diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan
tingkat nyeri berkurang dengan tindakan manajemen nyeri dan
pemberian analgesic, terapi non farmakologis (teknik relaksasi
napas dalam).
Sesuai dengan SLKI dan SIKI pada diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas diharapkan setelah diberikan asuhan
keperawatan toleransi aktivitas meningkat dengan intervensi
dukungan aktivitas dan edukasi aktivitas
Sesuai dengan SLKI dan SIKI pada diagnosa keperawatan
gangguan pola tidur diharapkan setelah diberikan asuhan
keperawatan pola tidur klien membaik dengan intervensi dukungan
tidur dan edukasi istirahat.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa nyeri akut
adalah pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, dan faktor pencetus nyeri,
melakukan observasi petunjuk non verbal mengenai
ketidaknyamanan, menggunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri, mengkaji pengetahuan
responden megenai nyeri, memberikan informasi pada responden
mengenai penyebab nyeri, mengajarkan prisip-prinsip manajemen
nyeri, yaitu meng ajarkan teknik relaksasi, terapi mengalihkan
perhatian dengan mendengarkan musik dan menonton TV,
menganjurkan kompres hangat pada bagian nyeri, menganjurkan
responden untuk istirahat yang cukup, menganjurkan untuk
istirahat dengan berbaring ke sebelah kiri, dan melakukan
pengukuran TTV. Menurut Atoilah & Kusnadi (2013), beberapa
implementasi yang dapat dilakukan untuk menghilangkan nyeri
yaitu tehnik distraksi dan relaksasi. Teknik distraksi diantaranya
adalah Bernafas lambat dan berirama, menyanyi berirama, aktif
mendengarkan musik, mendorong untuk menghayal, menonton
televise. Teknik relaksasi yaitu tehnik pelemasan otot sehingga
akan mengurangi ketegangan pada otot yang akan mengurangi rasa
nyeri. Teknik yang dilakukan berupa nafas dalam secara teratur
dengan cara menghirup udara sebanyak mungkin melalui hidung
dan dikeluarkan secara perlahan – lahan melalui mulut. Radjamuda
(2014), mengatakan dalam penelitiannya untuk menurunkan
tekanan darah pada ibu hamil adalah dengan terapi non
farmakologi salah satunya adalah dengan terapi musik. Pemberian
terapi musik efektif dalam menurunkan tekanan darah pada ibu
hamil yang mengalami hipertensi. Menurut analisa peneliti,
berdasarkan teori dan hasil penelitian implementasi keperawatan
untuk mengurangi nyeri, dan berdasarkan kasus yang diteliti pada
Ny. I dapat disimpulkan implementasi keperawatan yang dilakukan
sesuai dengan teori, diantaranya dengan teknik relaksasi, yaitu
teknik nafas dalam dan teknik mengalihkan perhatian dengan
melakukan beberapa kegiatan seperti menonton tv, dan
mendengarkan musik.
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa intoleransi
aktivitas adalah berdiskusi dengan responden mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan, membantu responden atau
keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas,
membantu responden untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan, menganjurkan responden untuk istirahat yang cukup,
menganjurkan keluarga membantu kebutuhan responden Menurut.
Menurut analisa peneliti, pelaksanaan intervensi yang dilakukan
sudah baik, karena Ny. I mengalami intoleransi dalam beraktivitas,
maka ibu dengan hipertensi sangat dianjurkan untuk istirahat yang
cukup, menganjurkan responden untuk melakukan aktivitas yang
mampu dilakukan, dan menganjurkan keluarga membantu
kebutuhan responden.
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa gangguan pola
tidur adalah Dukungan Tidur, Identifikasi pola tidur, pengganggu
tidur, makanan dan minuman, dan obat tidur, Modifikasi
lingkungan, Fasilitasi pasien untuk tidur untuk meningkatkan
kenyamanan, Jelaskan pentingnya tidur cukup, Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur, Anjurkan menghindari makanan/minuman
yang mengganggu tidur, Anjurkan teknik relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri. Edukasi istirahat, Identifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima informasi, Sediakan media dan materi ,
Jelaskan pentingnya istirahat cukup, Anjurkan pasien menyusun
jadwal aktivitas dan istirahat. Menurut analisa peniliti, karena Ny. I
mengalami gangguan pola tidur ibu dianjurkan istirahat yang
cukup.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada Ny. I dengan diagnosa
keperawatan nyeri akut setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari masalah teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi
manajemen nyeri dan pemberian analgesic, monitor tanda-tanda
vital serta terapi non farmakologis teknik relaksasi napas dalam.
Evaluasi keperawatan pada Ny. I dengan diagnosa
keperawatan toleransi aktivitas setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 hari hasil evaluasinya adalah masalah
teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi dukungan aktivitas.
Evaluasi keperawatan pada Ny. I dengan diagnosa
keperawatan gangguan pola tidur. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 hari hasil evaluasinya adalah masalah
teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi dukungan tidur.
b. Saran
1. Bagi Pimpinan RSUD KRMT Wongsonegoro
Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan
motivasi kepada semua staf agar memberikan pelayanan
kepada pasien secara optimal dan meningkatkan mutu
dalam pelayanan di rumah sakit.
2. Bagi Ruang Sadewa
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi perawat di ruang Sadewa 2
dalam melakukan asuhan keperawatan secara profesional
bagi ibu dengan hipertensi.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga
terciptanya lulusan perawat yang profesional, terampil,
dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik
keperawatan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara
tepat dan mengambil diagnosa secara tepat menurut
pengkajian yang didapatkan dan dalam melaksanakan
tindakan keperawatan, harus terlebih dahulu memahami
masalah dengan baik, serta mendokumentasikan hasil
tindakan yang telah dilakukan dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Bachrudin, M. Dkk.2016. Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga
Hinkle, Janice L. dkk.2018. (Brunner & Suddarth's) Buku Teks Medical Surgical
Nursing Ed.14th. Cina: Wolters Kluwer.
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2010. Nursing Diagnosis : Definitions and Clasification. Philadelphia :
AS
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.