Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN


PERGERAKAN FISIK : FRAKTUR ERTEMITAS BAWAH
DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

DISUSUN OLEH :

DWI RISKI ALVIRA

P1337420119041

PRODI D III KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

2020-2021
A. Konsep dasar
1. Definisi fraktur

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang


dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2000). Penyebab
fraktur meliputi pukulan langsung , gaya meremuh, gerakan puntir mendadak,
dan kontraksi otot ekstrim. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih
besar daripada yang diabsorbsinya. Fraktur pada tulang dapat menyebabkan
edema jaringan lemak, persarafan otot dan sendi tergangu, dislokasi sendi,
fruktur tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah (Suratum, SKM
dkk 2008). Menurut (Brunner & Suddarth, 2005) fraktur dapat disebabkan oleh
pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstermitas, organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya
yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang. (Wijaya & Putri,
2013).

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari sati retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks;
biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya
masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana) kalau kulit
atau salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka
(atau compound) yang cendrung untuk mengalami kontamiasi dan infeksi
(A,Graham,A & Louis, S, 2000). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
(Sjamsuhidajat, 2005). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner &
Suddarth, 2005). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tesebut, kedaan tulang itu
sendiri da jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price, A dan L.Wilson, 2006).

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma.


Fraktur dapat digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur (Tambayong, J,
2000). Fraktur adalh terputunya hubungan normal suatu tulang atau tulang
rawan yang disebabkan oleh kekerasan (Oswardi, 2000). (Wijaya & Putri,
2013).

2. Etiologi

Menurut Oswari E, (2000), penyebab fraktur adalah :

a. Kekerasan langsung; kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada


titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.

b. Kekersan tidak langsung: kekerasan tidak langsung menyebabkan patah


tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paing lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.

c. Kekerasan akibat tarikan otot : patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berpa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis atau tanda dan gejala yang terjadi akibat fraktur menurut
(Nurarif & Kusuma 2015) adalah

a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak


b. Nyeri pembengkakan
c. Terdapt trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dikamar
mandi pada orang tua, penganiyayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja,
trauma olahraga)
d. Gangguan fungsio gerak
e. Deformitas
f. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain. (Nurarif & kusuma, 2015).
B. Pathways
Pathway Fraktur Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015)
C. Pengkajian
a) Data Fokus
Data subjektif
1. Klien mengatakan nyeri ekstermitas bawah disebelah kanan

2. Nyeri skla 9

3. Klien mengatakan aktivitasnya terbatas

4. Klien mengatakan lemas

5. Klien mengatakan cemas

Data Objektif
1. Klien terlihat memegangi kakinya
2. Klien mengerutkan dahi
3. Klien terlihat aktivitasnya dibantu keluarga
4. Klien terlihat lemas tidak bersemangat.
b) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Tingkat kesadaran
c. TTV
c) Pemeriksaan diagnostik

Laboratorium (kimia klinik)

D. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi.

b. Ketidak efektifan perfusi jaringan b.d penurunan suplai darah kejaringan.

c. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi


restriktif ( imobilisasi). (Nurarif & kusuma, 2015).
E. Perencana keperawatan
 Rumusan prioritas masalah
Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri,
terapi restriktif ( imobilisasi). (Nurarif & kusuma, 2015).
Batasan karakteristik :
1. Penurunan waktu reaksi

2. Kesulitan membolak balik posisi

3. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (mis.,

meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan


perilaku, focus pada ketundayaan/aktivitas sebelum sakit)
4. Dispnea setelah beraktivitas

5. Perubahan cara berjalan

6. Gerakan bergetar

7. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus

8. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

9. Keterbatasan rentang pergerakan sendi

10. Tremor akibat pergerakan

11. Ketidakstabilan postur

12. Pergerakan lambat

13. Prgerakan tidak terkoordinasi

 Tujuan dan hasil yang diharapkan


1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
4. Mempergerakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)
F. Intervensi
NIC Exerice therapy : ambulation
o Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan
o Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
o Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
o Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
o Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
o Latihan pasien dalam memobilisasi
o Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan sesuai kemampuan
o Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
o Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
o Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.

G. Daftar pustaka
Anelia. 2013. Relaps Pada pasien Fraktur Fremur. Jurnal Ilmiahpsikologi
terapan,01, 2301-8267.
Brunner & Sudarth 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.
Depkes RI 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Dalam
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2008.pdf
Potter & Pery 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,. Proses,
Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC
Wijaya & Putri 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai