Anda di halaman 1dari 10

ANALISA JURNAL

Pengaruh Exercise Range Of Motion (Rom) Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Ekstremitas Terhadap Intensitas Nyeri Di RSUD Dr. Soedarso Pontianak

DISUSUN OLEH:
Kelompok 6
Yulita Dawa (PN200876)
Febri Trisaputra (PN2008r )

PROGRAM PROFESI NERS


PRODI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS
STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA JURNAL
Pengaruh Exercise Range Of Motion (Rom) Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Ekstremitas Terhadap Intensitas Nyeri Di RSUD Dr. Soedarso Pontianak

Analisa jurnal ini telah dibaca dan diperiksa pada


Hari/Tanggal...........................................

Mahasiswa Praktikan Mengetahui


Pembimbing Akademik

Febri Trisaputra (PN200843 )


(Anida,S.Kep.,M.Sc)

Yulita Dawa (PN200876)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur atau sering dikenal dengan patah tulang adalah hilangnya kontinuitas tulang,
retak atau patahnya tulang yang semulanya utuh, baik bersifat lokal maupun sebagian
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik, kecelakaan,
baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya yang ditentukan jenis dan
luasnya fraktur. (Muttaqin, 2008; Lukman & Ningsih, 2013; Depkes RI dalam Noorisa,
Apriliwati, Aziz, & Bayusentono, 2017).
World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa tahun 2011-2012 terdapat 5,6
juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu
lintas (Noorisa, Apriliwati, Aziz, & Bayusentono, 2017).
Nyeri post operasi fraktur adalah nyeri somatik dan terjadi deep somatic pain yang
berasal dari otot tulang, persendian, dan jaringan ikat lainnya yang terjadi karena
penumpukan zat kimia. Nyeri post operasi fraktur dapat dikurangi dengan exercise range
of motion (ROM). ROM dapat menurunkan intensitas nyeri karena memperlancar
sirkulasi darah, dan memelihara mobilitas persendian, mengurangi ketegangan, serta
meningkatkan relaksasi.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh exercise range of motion (ROM)
pada pasien post operasi fraktur ekstremitas terhadap intensitas nyeri di RSUD DR.
Soedarso Pontianak.

C. Analisa Jurnal Menggunakan PICO


1. Pearson/Problem
Dampak yang ditimbulkan pada fraktur antara lain keterbatasan aktivitas, adanya
rasa nyeri akibat aktivitas saraf motorik dan sensorik pada jaringan fraktur. Nyeri
adalah sesuatu hal yang bersifat subjektif, tidak ada dua orang sekalipun yang
mengalami kesamaan rasa nyeri dan tidak ada dua kejadian menyakitkan yang
mengakibatkan respon atau perasaan yang sama pada individu. Nyeri dapat
mengakibatkan masalah pada sistem muskuloskeletal seperti keram otot,
berkurangnya fungsi tulang, fatigue, dan keterbatasan gerak (Hinkle &Cheveer, 2014)
2. Intervention
Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan latihan ROM
(Range Of Motion). Intervensi ini dilakukan selama 3 hari dengan waktu 20 menit dan
5 kali pengulangan dalam setiap gerakan. Responden diberikan analgesik ketorolak
pada hari pertama/keluar dari ruang operasi atau ketika responden mengatakan nyeri.
Pengukuran intensitas nyeri pada responden menggunakan Non Verbal Pain Scale
(NVPS). Hasil uji Wilcoxon pre-test dan post-test dilakukan exercise range of motion
di RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
3. Comparison
Penelitian yang dilakukan sebelumnya terkait yang dilakukan oleh Permana,
Nurchayati, dan Herlina (2015) berjudul Pengaruh Range Of Motion (ROM)
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah
didapatkan hasil bahwa ada rata-rata intensitas nyeri sebelum dilakukan ROM yaitu
4,71 sedangkan rata-rata intensitas nyeri setelah dilakukan ROM yaitu 3,27. Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh range of motion (ROM) terhadap intensitas nyeri
pada pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah.
4. Outcome
Hasil analisis univariate didapatkan bahwa:
a. Jumlah responden dewasa awal dan dewasa akhir lebih banyak dibandingkan
dengan usia lainnya yaitu sebanyak 26,7%.
b. Rentang jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan sebanyak 53% dibandingkan
lakilaki.
c. Rentang pendidikan tertinggi adalah SMA yaitu sebanyak 46% dibandingan
pendidikan lainnya.
d. Untuk rentang suku yang mengalamai nyeri post operasi fraktur di RSUD Dr.
Soedarso Pontianak adalah suku Melayu sebanyak 46,7%.
e. Median skala nyeri dengan menggunakan Non Verbal Pain Scale (NVPS) sebelum
intervensi (pre-test) yaitu 5,00, dan setelah intervensi (post-test) yaitu 3,00. Hasil
pre-test terdapat skala nyeri tertinggi adalah nyeri sedang sebanyak 100%. Hasil
post-test terdapat skala nyer tertinggi adalah nyeri ringan sebanyak 66,7%.
Penelitian ini tidak ditemukan responden dengan skala nyeri berat.
f. Terdapat perubahan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi exercise
range of motion selama 3 hari pada responden.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Imobilisasi
Gangguan Mobilitas atau Imobilitas merupakan keadaan di mana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya (Widuri, 2010). Imobilitas atau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik
tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan
Kusuma. H, 2015).
B. Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan
luasnya. Faktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
putir, mendadak bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan
sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke
otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh
darah.(Mansjoer, 2014).
C. Penatalaksanaan
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi
tersebut, yaitu :
a) Posisi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2) Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur,
bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan
fungsi kardiovaskular.
4) Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot
dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik
(dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif,
sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan
curah jantung dan denyut nadi.
5) Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
Latihan-latihan itu, yaitu :
(1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
(2) Fleksi dan ekstensi siku
(3) Pronasi dan supinasi lengan bawah
(4) Pronasi fleksi bahu
(5) Abduksi dan adduksi
(6) Rotasi bahu
(7) Fleksi dan ekstensi jari-jari
(8) Infersi dan efersi  kaki
(9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
(10)Fleksi dan ekstensi lutut
(11) Rotasi pangkal paha
(12)Abduksi dan adduksi pangkal paha
(13)Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak
terjadinya imobilitas.
6) Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara
berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.
BAB III
ANALISA JURNAL

A. Isi Jurnal
1. Judul Jurnal Penelitian
Pengaruh Exercise Range Of Motion (Rom) Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Ekstremitas Terhadap Intensitas Nyeri Di RSUD Dr. Soedarso Pontianak
2. Penulis Jurnal Penelitian
Baiturrahman1, Ichsan Budiharto2, Yoga Pramana 3
Mahasiswa Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tanjungpura
3. Latar Belakang Jurnal Penelitian
Nyeri post operasi fraktur adalah nyeri somatik dan terjadi deep somatic pain yang
berasal dari otot tulang, persendian, dan jaringan ikat lainnya yang terjadi karena
penumpukan zat kimia. Nyeri post operasi fraktur dapat dikurangi dengan exercise
range of motion (ROM). ROM dapat menurunkan intensitas nyeri karena
memperlancar sirkulasi darah, dan memelihara mobilitas persendian, mengurangi
ketegangan, serta meningkatkan relaksasi.
4. Tujuan Jurnal Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh exercise range of motion
(ROM) pada pasien post operasi fraktur ekstremitas terhadap intensitas nyeri di
RSUD DR. Soedarso Pontianak.
5. Metode dalam Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain quasy eksperiment,
menggunakan metode pendekatan pre and post test without control. Penelitian ini
menggunakan consecutive sampling dengan sampel 15 responden yang mengalami
nyeri post operasi fraktur ekstremitas. Instrumen yang digunakan skala pegukuran
nyeri nonverbal pain scale (NVPS) dan prosedur exercise range of motion (ROM).
Setiap responden diberikan exercise range of motion (ROM).
6. Hasil Penelitian
Sebagian besar responden berusia dewasa awal dan akhir dengan presentase
26,7%. Perempuan merupakan jenis kelamin tertinggi 53,3%, Pendidikan terbanyak
adalah SMA 46,7%, dan Suku terbanyak adalah Melayu 46,7%. Analisis bivariat
intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi didaptkan nilai median (min-max)
sebelum intervensi 5,00 (4-6) dan sesudah intervensi nilai median (min-max) 3,00
(2-5) dan nilai p = 0,000 (< 0,05).

B. Pembahasan
1. Latar belakang
Dari latar belakang yang ditemukan peneliti yang kami analisa yaitu, Rasa nyeri
yang dialami pasien, membuat pasien takut untuk menggerakkan ekstremitas yang
cedera, sehingga pasien cenderung untuk tetap terbaring lama, membiarkan tubuh
tetap kaku. Oleh karena itu seorang perawat perlu memberikan informasi kepada
pasien dan keluarga pasien tentang terapi nonfarmakologi yang bisa membantu
pasien dalam menghilangkan atau mengurangi nyeri yaitu mobilisasi atau rentang
gerak. (Smeltzer & Bare,2013; Lukman dan Ningsih, 2013).
Salah satu tindakan yang dilakukan adalah melakukan pergerakan ROM.
Pergerakan ROM merupakan satu diantara teknik yang dapat dilakukan dalam
menurunkan nyeri karena dapat memelihara kekuatan otot, memperlancar sirkulasi
darah, dan memelihara mobilitas persendian. (Permana, Nurchayati, Herlina, 2015)
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain quasy
eksperiment, dan menggunakan metode pendekatan pre and post test without control.
Penelitian ini menggunakan consecutive sampling dengan sampel 15 responden yang
mengalami nyeri post operasi fraktur ekstremitas. Karakteristik sampel yang dipilih
sesuai dengan keinginan peneliti yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan dan suku.
Instrumen yang digunakan skala pegukuran nyeri nonverbal pain scale (NVPS) dan
prosedur exercise range of motion (ROM). Setiap responden diberikan exercise range
of motion (ROM).
3. Hasil penelitian
Didapatkan hasil bahwa ada pengaruh exercise range of motion terhadap intensitas
nyeri pada pasien post operasi fraktur esktremitas di RSUD DR. Soedarso Pontianak
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN

Implikasi keperawatan dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai terapi alternatif
non farmakologi untuk menurunkan intensitas nyeri tanpa memberikan efek samping seperti
halnya dengan terapi farmakologi sehingga akan meningkatkan status kesehatan. Perawat
sebagai care giver diharapkan mampu memberikan intervensi yang optimal bagi klien,
khususnya dalam menangani nyeri baik itu nyeri ringan hingga nyeri berat pada klien post
operasi fraktur post operasi ekstremitas. Pada dasarnya selain bisa mengatasi nyeri, exercise
range of motion juga dapat memperbaiki jaringan yang luka, dan kekuatan otot pada post
operasi fraktur sehingga sebagai perawat khususnya dapat memenuhi kebutuhan dasar klien.

.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan
luasnya yang menyebabkan seseorang merasakan nyeri. Nyeri dapat mengakibatkan
masalah pada sistem muskuloskeletal seperti keram otot, berkurangnya fungsi tulang,
fatigue, dan keterbatasan gerak. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pergerakan ROM. Melakukan pergerakan ROM merupakan satu diantara
teknik yang dapat dilakukan dalam menurunkan nyeri karena dapat memelihara kekuatan
otot, memperlancar sirkulasi darah, dan memelihara mobilitas persendian.

B. Saran
1. Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan intervensi yang optimal
bagi klien, khususnya dalam menangani nyeri baik itu nyeri ringan hingga nyeri berat
pada klien post operasi fraktur post operasi ekstremitas.
2. Pada dasarnya selain bisa mengatasi nyeri, exercise range of motion juga dapat
memperbaiki jaringan yang luka, dan kekuatan otot pada post operasi fraktur sehingga
sebagai perawat khususnya dapat memenuhi kebutuhan dasar klien.
3. Penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dan intervensi untuk pengembangan
intervensi pencegahan pada nyeri post operasi fraktur ekstremitas serta dapat menjadi
media pembelajaran berbasis bukti khususnya pada keperawatan muskuloskeletal

Anda mungkin juga menyukai