Anda di halaman 1dari 7

Beranda

Lihat versi web Kamis, 08 Oktober 2015

Usaha Dulu di 06.32 TUGAS MAKALAH TOILET TRAINING MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadiratAllah SWT karena atas limpahan rahmat dankarunia-Nya
lah sehingga kami dapat menyelesaikanmakalah ini. Sholawat serta salam tetaptercurahkan kepada
junjungan kita nabi besarMuhammad Saw.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis inginmenyampaikan terima kasih semua pihak yangtelah
membantu dalam penyusunan makalah ini.Semoga Allah SWT membalas amal baiknya. Amin.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapatmemberi manfaat bagi kita semua, dalam hal inidapat
menambah wawasan kita khususnya bagipenulis. Memang makalah ini masih jauh darisempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dansaran dari pembaca demi perbaikan menuju arahyang lebih baik.

Gempol, Maret 2014

Pen

yusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usiatoddler, kemampuan sfingter uretra untukmangontrol rasa
ingin berkemih dan sfingter aniuntuk mengontrol rasa ingin defekasi mulaiberkembang (Supartini,
2002). Sedangkan menurut Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulaimengembangkan kontrol kandung
kemihnya danperutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun. Dan toilet training ini dapat berlangsung
pada fasekehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24bulan (Hidayat, 2005).

Toilet training pada anak merupakan suatu usahauntuk melatih anak agar mampu mengontrolmelakukan
buang air kecil dan buang air besar.Beberapa ahli berpendapat toilet training efektifbisa diajarkan pada
anak usia mulai dari 18 bulansampai dengan 3 tahun, karena anak usia 18 bulanmemiliki kecakapan
bahasa untuk mengerti danberkomunikasi. Keinginan kuat dari batita adalahmenirukan orang tuanya.
(Rahmi, 2008 ).

Dalam melakukan pelatihan buang air kecil danbesar pada anak membutuhkan persiapan baiksecara fisik
maupun secara intelektual melaluipersiapan tersebut diharapkan anak mampumengontrol buang air
besar dan air kecil secaramandiri. Pada toilet training selain melatih batitamengontrol buang air kecil dan
besar juga dapatbermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saatbatita melakukan kegiatan tersebut disitu
batitaakan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri sertafungsinya. Dalam proses toilet training
diharapkanterjadi pengaturan impuls atau rangsangan daninstink batita dalam melakukan buang air
besardan air kecil. Dengan alasan diatas, penulismembuat makalah tentang Toilet Training.

1.2 Tujuan

1. Mememuhi tugas mata kuliahKeperawatan Anak

2. Mengetahui dan mengerti tentangkonsep Toilet Training

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Definisi

Toilet training pada anak merupakan suatu usahauntuk melatih anak agar mampu mengontroldalam
melakukan buang air kecil dan buang airbesar (Hidayat, 2005).

Menurut Supartini (2004), toilet trainingmerupakan aspek penting dalam perkembangananak usia
toddler yang harus mendapat perhatianorang tua dalam berkemih dan defekasi. Dan toilettraining juga
dapat menjadi awal terbentuknyakemandirian anak secara nyata sebab anak sudahbisa untuk
melakukan hal-hal yang kecil seperti buang air kecil dan buang air besar (Harunyahya, 2007).

Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usiatoddler, kemampuan sfingter uretra untukmangontrol rasa
ingin berkemih dan sfingter aniuntuk mengontrol rasa ingin defekasi mulaiberkembang (Supartini,
2002). Sedangkan menurut Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulaimengembangkan kontrol kandung
kemihnya danperutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun. Dan toilet training ini dapat berlangsung
pada fasekehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24bulan (Hidayat, 2005).

2.2 Tahapan Toilet Training

Mengajarkan toilet training pada anak memerlukanbeberapa tahapan seperti


membiasakanmenggunakan toilet pada anak untuk buang air,dengan membiasakan anak masuk ke
dalam WCanak akan cepat lebih adaptasi. Anak juga perludilatih untuk duduk di toilet meskipun
denganpakaian lengkap dan jelaskan kepada anakkegunaan toilet. Lakukan secara rutin kepada anak
ketika anak terlihat ingin buang air.

Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menitsetelah
bangun tidur dan seusai makan, inibertujuan agar anak dibiasakan dengan jadwalbuang airnya. Anak
sesekali enkopresis (mengompol) dalam masa toilet training itumerupakan hal yang normal. Anak
apabilaberhasil melakukan toilet training maka orang tuadapat memberikan pujian dan jangan
menyalahkan apabila anak belum dapat melakukan dengan baik( Pambudi, 2006).
Prinsip dalam melakukan toilet training ada 3langkah yaitu melihat kesiapan anak, persiapandan
perencanaan serta toilet training itu sendiri:

1. Melihat kesiapan anak

Salah satu pertanyaan utama tentang toilettraining adalah kapan waktu yang tepat bagiorang tua untuk
melatih toilet training .Sebenarnya tidak patokan umur anak yangtepat dan baku untuk toilet training
karenasetiap anak mempunyai perbedaan dalam halfisik dan proses biologisnya. Orang tua
harusmengetahui kapan waktu yang tepat bagi anakuntuk dilatih buang air dengan benar. Para ahli
menganjurkan untuk melihat beberapa tandakesiapan anak itu sendiri, anak harus memilikikesiapan
terlebih dahulu sebelum menjalani

toilet training. Bukan orang tua yangmenentukan kapan anak harus memulai proses

toilet training akan tetapi anak harusmemperlihatkan tanda kesiapan toilet training ,hal ini untuk
mencegah terjadinya beberapa hal yang tidak diinginkan seperti pemaksaan dariorang tua atau anak
trauma melihat toilet.

2. Persiapan dan perencanaan

Prinsipnya ada 4 aspek dalam tahap persiapandan perencanaan. Hal yang perlu diperhatikanhal hal
sebagai berikut gunakan istilah yangmudah dimengerti oleh anak yangmenunjukkan perilaku buang air
besar (BAB) /buang air kecil (BAK) misalnya poopoo untukbuang air besar (BAB) dan peepee untuk
buangair kecil (BAK). Orang tua dapatmemperlihatkan penggunaan toilet pada anaksebab pada usia ini
anak cepat meniru tingkahlaku orang tua. Orang tua hendaknya segeramungkin mengganti celana anak
bila basahkarena enkopresis (mengompol) atau terkenakotoran, sehingga anak akan merasa risih
bilamemakai celana yang basah dan kotor.Meminta pada untuk memberitahu ataumenunjukkan bahasa
tubuhnya apabila ia ingin buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) dan bila anak mampu
mengendalikandorongan buang air maka jangan lupa berikan pujian pada anak (Farida, 2008).

Selain itu ada juga persiapan dan perencanaanyang lain seperti:

a. Mendiskusikan tentang toilet trainingdengan anak

Orang tua bisa menunjukkan danmenekankan bahwa pada anak kecilmemakai popok dan pada anak
besarmemakai celana dalam. Orang tua juga bisamembacakan cerita tentang cara yang benardan tepat
ketika buang air.

b. Menunjukkan penggunaan toilet

Orang tua harus melakukan sesuai dan jeniskelamin anak ( ayah dengan anak laki laki dan ibu dengan
anak perempuan).Orang tua juga bisa meminta kakaknya untuk menunjukkan pada adiknya
bagaimanamenggunakan toilet dengan benar (disesuaikan juga dengan jenis kelamin).

c. Membeli pispot yang sesuai dengankenyamanan anak


Pispot ini digunakan untuk melatih anaksebelum ia bisa dan terbiasa untuk duduk ditoilet. Anak bila
langsung menggunakan toilet orang dewasa, ada kemungkinan anak akantakut karena lebar dan terlalu
tinggi untukanak atau tidak merasa nyaman. Pispotdisesuai dengan kebutuhan anak, diharapkan dia akan
terbiasa dulu buang air dipispotnya baru kemudian diarahkan ke toiletsebenarnya. Orang tua saat
hendak membelipispot usahakan untuk melibatkan anaksehingga dia bisa menyesuaikan
dudukanpispotnya atau bisa memilih warna, gambaratau bentuk yang ia sukai.

d. Pilih dan rencanakan metode rewarduntuk anak

Suatu proses panjang dan tidak mudahseperti toilet training ini, seringkalidibutuhkan suatu bentuk
reward atau

reinforcement yang bisa menunjukkan kalauada kemajuan yang dilakukan anak dengansistem reward
yang tepat. Anak juga bisamelihat sendiri kalau dirinya bisa melakukankemajuan dan bisa mengerjakan
apa yangsudah terjadi tuntutan untuknya sehingga hal ini akan menambah rasa mandiri danpercaya
dirinya. Orang tua bisa memilihmetode peluk cinta serta pujian di depananggota keluarga yang lain
ketika dia berhasil melakukan sesuatu atau mungkin orang tuabisa menggunakan sistem stiker /
bintangyang ditempelkan dibagian keberhasilananak.

3. Proses toilet training ada beberapa hal yangperlu dilakukan yaitu :

a. Membuat jadwal untuk anak

Orang tua bisa menyusun jadwal denganmudah ketika orang tua tahu dengantepat kapan anaknya biasa
buang airbesar (BAB) atau buang air kecil ( BAK).Orang tua bisa memilih waktu selama 4kali dalam
sehari untuk melatih anakyaitu pagi, siang, sore dan malam bilaorang tua tidak mengetahui jadwal
yangpasti BAK ( buang air kecil ) atau BAB (buang air besar) anak.

b. Melatih anak untuk duduk di pispotnya

Orang tua sebaiknya tidak memupukimpian bahwa anak akan segeramenguasai dan terbiasa untuk
duduk dipispot dan buang air disitu. Awalnyaanak dibiasakan dulu untuk duduk dipispotnya dan
ceritakan padanya bahwapispot itu digunakan sebagai tempatmembuang kotoran. Orang tua
bisamemulai memberikan reward nya ketikaanak bisa duduk dipispotnya selama 2 3 menit misalnya
ketika anak bisamenggunakan pispotnya untuk BAKmaka reward yang diberikan oleh orangtua harus
lebih bermakna dari pada yangsebelumnya.

c. Orang tua menyesuaikan jadwal yangdibuat dengan kemajuan yangdiperlihatkan oleh anak .

Misalnya anak hari ini pukul 09.00 pagianak buang air kecil (BAK) di popoknyamaka esok harinya orang
tua sebaiknyamembawa anak ke pispotnya pada pukul08.30 atau bila orang tua melihat bahwabeberapa
jam setelah buang air kecil (BAK) yang terakhir anak tetap kering,bawalah dia ke pispot untuk buang
airkecil (BAK). Hal yang terpenting adalahorang tua harus menjadi pihak yang proaktif membawa anak ke
pispotnya jangan terlalu berharap anak akan langsungmengatakan pada orang tua ketika diaingin buang
air besar (BAB) atau buangair kecil ( BAK).
d. Buatlah bagan untuk anak supaya diabisa melihat sejauh mana kemajuan yangbisa dicapainya dengan
stiker yang lucudan warna warni, orang tua bisa meminta anaknyauntuk menempelkan stiker tersebut
dibagan itu. Anak akan tahu bahwa sudahbanyak kemajuan yang dia buat dan orangtua bisa mengatakan
padanya orang tuabangga dengan usaha yang telah dilakukananak (Dr Sears, 2006).

2.3 Factor-faktor yang mendukung Toilet Training padaanak

1. Kesiapan Fisik

a. Usia telah mencapai 18-24 bulan

b. Dapat jongkok kurang dari 2 jam

c. Mempunyai kemampuan motorik kasarseperti duduk dan berjalan

d. Mempunyai kemampuan motorik halusseperti membuka celana dan pakaian

1. Kesiapan Mental

a. Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi

b. Komunikasi secara verbal dannonverbal jika merasa ingin berkemih

c. Keterampilan kognitif untuk mengikutiperintah dan meniru perilaku orang lain

2. Kesiapan Psikologis

a. Dapat jongkok dan berdiri ditoiletselama 5-10 menit tanpa berdiri dulu

b. Mempunyai rasa ingin tahu danpenasarsan terhadap kebiasaan orangdewasa dalam BAK dan BAB

c. Merasa tidak betah dengan kondisibasah dan adanya benda padat dicelanadan ingin segera diganti

3. Kesiapan Anak

a. Mengenal tingkat kesiapan anak untukberkemih dan devekasi

b. Ada keinginan untuk meluangkanwaktu untuk latihan berkemih dandevekasi pada anaknya

c. Tidak mengalami koflik tertentu ataustress keluarga yang berarti (Perceraian)

2.4 Tanda anak siap untuk melakukan Toilet Training

1. Tidak mengompol dalam waktu beberapajam sehari minimal 3-4 jam

2. Anak berhasil bangun tidur tanpa mengompol

3. Anak mengetahui saat merasa ingin BAK danBAB dengan menggunakan kata-kata pup

4. Sudah mampu memberi tahu bila celana ataupopok sekali pakainya sugah basah dan kotor
5. Bila ingin BAK dan BAB anak memberi tahudengan cara memegang alat kelamin atauminta ke kamar
mandi

6. Bias memakai dan melepas celana sendiri

7. Memperlihatkan ekspresi fisik misalnyawajah meringis, merah atau jongkok saatmerasa BAB dan BAK

8. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke kamarmandi seperti kebiasaan orang sekitarnya

9. Minta diajari menggunakan toilet

10. Mampu jongkok 5-10 menit tanpa berdiri dulu

2.5 Masalah yang mungkin timbul dalampelatihan toilet training (Thomson, 2003)

a. Rasa takut akan siraman air toilet adalahbiasa, namun dapat mengganggu latihanmemakai toilet

b. Bagi beberapa anak rasa takut akan toiletmembuatnya menahan trauma buang airbesar

c. Anak yang sudah dilatih dapat mengalamikemunduran dan mulai buang air lagiditempat yang tidak
seharusnya

d. Anak bisa tertarik dengan fesesnya sendiri(anak tidak rela apabila fesesnya di siram).Baginya prestasi
buang air besar adalahprestasi menakjubkan dan anak sangatbangga bisa melakukannya.

e. Ada tahap ketika anak merasa tertarikdengan bagaimana anak yang jeniskelaminnya berbeda buang
air kecil.

2.6 Kemampuan Toilet Training Anak Usia 18 36 Bulan

Anak anak yang telah mampu melakukan toilet trainingdapat dilihat dari kemampuan
psikologi,kemampuan fisik dan kemampuan kognitif.

1. Kemampuan psikologi anak mampumelakukan toilet training sebagai berikut :anak tampak kooperatif,
anak memilikiwaktu kering periodenya antara 3 4 jam, anak buang air kecil dalam jumlahyang banyak,
anak sudah menunjukkankeinginan untuk buang air besar dan buangair kecil dan waktu untuk buang air
besardan kecil sudah dapat diperkirakan danteratur.

2. Kemampuan fisik dalam melakukan toilettraining yaitu anak dapat duduk atau jongkoktenang kurang
lebih 2 5 menit, anak dapat berjalan dengan baik,anak sudah dapat menaikkan danmenurunkan
celananya sendiri, anakmerasakan tidak nyaman bila mengenakanpopok sekali pakai yang basah atau
kotor,anak menunjukkan keinginan dan perhatianterhadap kebiasaan ke kamar mandi, anakdapat
memberitahu bila ingin buang air besar atau kecil, menunjukkan sikap kemandirian,anak sudah memulai
proses imitasi ataumeniru segala tindakan orang, kemampuanatau ketrampilan dapat mencontoh
ataumengikuti orang tua atau saudaranya dananak tidak menolak dan dapat bekerjasamasaat orang tua
mengajari buang air.
3. Kemampuan kogitif anak bila anak sudahmampu melakukan toilet training sepertidapat mengikuti dan
menuruti instruksisederhana, memiliki bahasa sendiri seperti

peepee untuk buang air kecil dan poopoountuk buang air besar dan anak dapatmengerti reaksi tubuhnya
bila ia ingin buangair kecil atau besar dan dapatmemberitahukan bila ingin buang air ( Nadira, 2006).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Toilet training pada anak merupakan suatu usahauntuk melatih anak agar mampu mengontroldalam
melakukan buang air kecil dan buang airbesar (Hidayat, 2005). Prinsip dalam melakukan

toilet training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapananak, persiapan dan perencanaan serta toilettraining
itu sendiri.

Factor-faktor yang mendukung Toilet Training pada anak : Kesiapan Fisik, Kesiapan Mental,
KesiapanPsikologis

3.2 Saran

Anak sudah harus diajarkan tentang toilet trainingsejak masih umur 18 bulan agar anak
terbiasamelakukan BAK & BAB pada tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai