Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KELUARGA NY. S DENGAN MASALAH VERTIGO DI UPT


PUSKESMAS JEKAN RAYA KOTA PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :
LISNAWATIE
NIM : 2019.C.11a.1015

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Lisnawatie
NIM : 2019.C.11a.1015
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Ny. S
Dengan Masalah Vertigo di UPT Puskesmas Jekan Raya
Kota Palangka Raya”.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra-Klinik Keperawatan 4 Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Christephanie, S.Kep.,Ners Munita Widya Satanti, A.Md.Kep

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Ny.
S Dengan Masalah Vertigo di UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners, selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan IV Program Studi Sarjana Keperawatan.
4. Christephanie, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Munita Widya Satanti, A.Md.Kep selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan Izin tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 11 Oktober 2022

Lisnawatie

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga..............................................................................................4
2.2 Konsep Penyakit.............................................................................................14
2.2.1 Definisi..................................................................................................14
2.2.2 Anatomi Fisologi...................................................................................14
2.2.3 Etiologi..................................................................................................16
2.2.4 Fatosiologi (WOC) ...............................................................................19
2.2.5 Manifestasi Klinis .................................................................................22
2.2.6 Komplikasi ...........................................................................................22
2.2.7 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................23
2.2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................25
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan Keluarga ..................................................26
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................26
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................29
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................31
2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................35
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................36
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................54
4.2 Saran ................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Ny. S
Dengan Masalah Vertigo di UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga
pada Keluarga Ny. S Dengan Masalah Vertigo di UPT Puskesmas Jekan
Raya Kota Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus.
1) Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
2) Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
3) Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.
4) Mampu mengetahui manajemen keperawatan untuk mengarahkan
seluruh kegiatan yang direncanakan dan mengatasai permasalahan.

1
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan ilmu dan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya
penyakit dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internasional.
1.4.3 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri
atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait
dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi
sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau ayah dan
anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Lain halnya menurut BKKBN (1999)
dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya. (Yolanda, 2017)
2.1.2 Bentuk keluarga
Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah,
seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010).
Sedangkan menurut Sudiharto (2012), Kelurga inti adalah keluarga yang
dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
2) Keluarga adopsi.
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab
sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang tua adopsi,
biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi orang
tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan

3
kasihsayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah
keluarga yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).
3) Keluarga besar ( Extended Family )
Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah
tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak / adik, dan
keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan
memiliki pilihan model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku
mereka (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2012), keluarga
besar adalah Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan
darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga dengan
pasangan sejenis.
4) Keluarga dengan orang tua tunggal
Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).
5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk
jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat,
jaringan ini dapat terdiri atas teman–teman seperti mereka yang sama – sama
tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup bertetangga. Hewan
pemeliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga yang penting (Yolanda,
2017).
6) Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks
dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan
sering kali individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru
terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama. Walaupun
seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga
yang baru, anak – anak seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar
karena usia dan tugas perkembangan mereka (Yolanda, 2017).
7) Keluarga binuclear

4
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota
dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal
dan paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang
dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Yolanda, 2017).
2.1.3 Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:
a. Fungsi afektif.
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk
berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi afektif merupakan
salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama orang dewasa
dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi
keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota
keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status social
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan
dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak–anak tentang cara
menjalankan fungsi dan memikul peran social orang dewasa seperti peran
yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status
adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak berarti
mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak
menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu
menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan
terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang
paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi ekonomi

5
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan.
2.1.4 Struktur keluarga
Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur
peran, struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan
pengambilan keputusan.
a. Struktur peran.
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang
sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang
dalam suatu system social.
b. Struktur nilai keluarga
Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang nilai
suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota
keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.
c. Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan proses
komunikasi disfungsonal.
1) Proses komunikasi fungsional.
Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan keluarga
yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai pengerim dan
penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi pesan yang
langsung dan jelas, serta kelarasan antara isi dan tingkai intruksi.
2) Proses komunikasi disfungsional.
Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional gambaran dar
komuniasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta komunkasi
disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima.
d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.
Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah kemampuan
atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang lain. Terdapat 5 unit
berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik kekuasaan keluarga yaitu :

6
kekuasaan pernikahan (pasangan orang dewasa), kekuasaan orang tua, anak,
saudara kandung dan kekerabatan. Sedangkan pengambil keputusan adalah
teknik interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam upaya mereka untuk
memperoleh kendali dan bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan. Lain
halnya menurut menurut Padila (2012) dalam Yolanda (2017), struktur
keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga
dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia
diantaranya adalah :
a) Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b) Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c) Matriloka
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu.
d) Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah.
e) Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
2.1.5 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang
dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang
tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah

7
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga
tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya).
2. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).
5. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika
merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui
hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

8
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
2.1.6 Peran perawat keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) dalam Yolanda
(2017) adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk
menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi
“entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah
keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak
keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak
dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak

9
dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk
memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi
masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalahmasalah
kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang
muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
dipraktikkan keluarga. Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan
berpusat pada keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan
memenuhi kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai
kesehatan yang optimal untuk setiap anggota keluarga. Melalui asuhan
keperawatan keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal, setiap individu
didalam keluarga tersebut memiliki karakter yang kuat, tidak mudah
dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negative sehingga memiliki
kemampuan berpikir yang cerdas.
2.1.7 Tahap perkembangan keluarga
1) Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan
intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga
2) Tahap II (Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah

10
membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil
( menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan
kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan
yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek.
3) Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat
ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan
suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara lakilaki, dan putri-saudara
perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan
yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil
sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak lain, mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan
diluar keluarga.
4) Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga
maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah
menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
5) Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap

11
tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama
pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang
lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.
6) Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga
pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak
dewas muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal
dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan
menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua
suami dan istri yang sudah menua dan sakit.
7) Tahap VII (Orang tua paruh baya)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau
kematian salah satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara
orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan
pernikahan
8) Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pension salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan pasangan
dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan perkembangan tahap
keluarga ini adalah mempertahanka penataan kehidupan yang memuaskan
(Yolanda, 2017).

12
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2018).
Vertigo sering dinyatakan sebagai sensasi pusing, sempoyongan, perasaan
seperti melayang dan tubuh atau lingkungan sekitar seperti berputar dan jungkir
balik (Putri et al., 2016). vertigo adalah sensasi gerakan tubuh ataupun lingkungan
disekitar dengan gejala lainnya yang bisa timbul yang utama pada sistem otonom
yang timbul karena ada gangguan pada sisten keseimbangan tubuh oleh kondisi
ataupun penyakit. Oleh karena itu vertigo bukan sekedar gejala pusing saja. Tapi
merupakan suatu sindrom yang terdiri dari gejala somatik dan gejala psikiatrik
(Sutarni et al., 2018).
Vertigo adalah perasaan bahwa benda disekitar orang tersebut bergerak atau
berputar. Biasanya dirangsang oleh cedera kepala (Harding & Kwong, 2019).
Vertigo didefinisikan sebagai sensasi gerak ilusi diri atau lingkungan tanpa adanya
gerakan yang sebenarnya. Vertigo didefinisikan sebagai gerakan (Bhattacharyya et
al., 2017)
2.2.2 Anatomi Fisiologi
Alat vestibuler terletak di dalam suatu susunan ruang yang saling
berhubungan (labirin tulang) dalam tulang petrosa. Dinding dalam dari labirin
tulang ini dilapisi secara longgar oleh suatu membran (labirin membranosa) yang
membentuk dua kantong yaitu sakulus dan utrikulus serta tiga buah kanalis
semisirkularis. Rongga di antara dinding tulang tersebut dengan labirin
membranosa berisi cairan perilimfe, sedangkan labirin membranosa sendiri berisi
cairan endolimfe.

13
Gerakan kepala akan menyebabkan pergerakan cairan endolimfe. Pergerakan
otolit memberikan reaksi pada sel rambut dalam makula utrikulus dan sakulus.
Percepatan atau perlambatan di atas ambang rangsang terhadap krista ampularis
atau makula akan merangsang alat keseimbangan. Serabut saraf krista kanalis
semisirkularis dan makula berkumpul di ganglion skarpa nervus vestibularis dan
selanjutnya akan diteruskan ke pusat keseimbangan batang otak.
Vertigo, suatu istilah yang bersumber dari bahasa latin, vertere yang artinya
memutar. Derajat yang lebih ringan dari vertigo disebut dizziness, yang lebih
ringan lagi disebut giddiness dan unsteadiness.Sebagai gejala tersendiri, vertigo
merupakan keluhan subjektif dalam bentuk rasa berputar dari tubuh/kepala atau
lingkungan di sekitarnya. Ada yang mengatakan giddiness adalah vertigo yang
berlangsung dalam waktu sangat singkat. Dizziness adalah rasa pusing yang tidak
spesifik, misalnya rasa goyah (unstable, unsteadiness), rasa disorientasi ruangan
yang dapat dirasakan berbalikan atau berputa
Lama serangan menurut Alpers terbagi menjadi serangan sampai beberapa
saat, serangan paroksismal yang berlangsung dalam beberapa jam atau hari, serta
serangan yang berlangsung beberapa minggu. Serangan sementara biasanya
berlangsung beberapa detik sampai menit. Setelah serangan, pasien mungkin
membutuhkan istirahat beberapa menit sebelum ia sembuh secara keseluruhan.
Serangan sementara ini dapat terjadi karena kelainan perifer atau sentral.
Seringkali dimulai dengan perubahan posisi.
Menurut teori sinap, rangsangan gerakan dapat meningkatkan stres fisik dan
atau psikis yang akan memicu pelepasan CRF (corticotropin releasing factor). CRF

14
dapat mengubah keseimbangan ke arah dominasi saraf simpatik terhadap saraf
parasimpatik sehingga muncul gejala vertigo. Selanjutnya ketika keseimbangan
berubah ke arah parasimpatik sebagai akibat hubungan reciprocal inhibition antar
kedua saraf tersebut maka gejala mual dan muntah akan muncul. Bila rangsangan
diulang maka jumlah ion Ca dalam sel saraf pra sinap akan kian berkurang
bersamaam dengan menyempitnya kanal kalsium yang mempersulit masuknya ion
Ca. Dengan demikian rangsangan berulang menimbulkan progressive Ca channel
closure yang diduga merupakan dasar mekanisme proses adaptasi selanjutnya
menurunkan kemampuan pengeluaran neurotransmiter dengan akibat respons
jaringan berkurang dan kemudian menghilang
1.1.3 Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh
kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan
otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan
penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab
umum dari vertigo: (Israr, 2018)
1. Keadaan lingkungan
- Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
- Alkohol
- Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
- Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral
dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
5. Kelainan neurologis

15
- Sklerosis multiple
- Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya
atau keduanya
- Tumor otak
- Tumor yang menekan saraf vestibularis

Menurut (Victorya et al., 2016) vertigo di bedakan menjadi 2 berdasarkan


penyebabnya, vertigo perifer berhubungan dengan gejala patologis pada telinga
sedangkan vertigo sentral disebabkan oleh gangguan vaskuler :
a. Vertigo sentral merupakan vertigo yang disebabkan karena kelainan sentral,
penyebab dari vertigo sentral adalah stroke, perdarahan cerebelum, trauma,
migren basilar, neoplasma (Jusuf & Wahidji, 2016).
b. Vertigo perifer merupakan yang disebabkan oleh kelainan pada labirin dan
N.Vestibular. Penyebab dari vertigo perifer adalah post 6 trauma, toksik,
labirinitis, oklusi & fistula labirin (Jusuf & Wahidji, 2016).
Ada beberapa faktor risiko yang berpotensi vertigo menurut (Park et al., 2019)
yaitu:
1) Umur tua
2) Jenis Kelamin Jenis kelamin yang lebih berisiko terkena vertigo adalah
jenis kelamin perempuan
3) Indeks masa tubuh
4) Riwayat merokok Seorang perokok akan lebih berisiko terserang vertigo
1.1.4 Patofisiologi
Dalam kondisi perangkat keseimbangan pusat atau perifer tidak normal dan
terjadi gerakan yang aneh atau berlebihan, tidak akan ada pemrosesan input yang
normal dan vertigo akan terjadi. Selain itu ada juga masalah respon penyesuaian
otot-otot yang tidak adekuat. Yang menyebabkan pergerakan mata tidak normal
(nistagmus) ketidakstabilan saat berjalan dan berdiri dan gejala lainnya. Penyebab
pasti dari gejala gejala ini belum diketahui (Sutarni et al., 2018).
Ada beberapa teori di antaranya:
a. Teori rangsangan berlebihan

16
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa stimulasi yang berlebih akan
mengakibatkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya yang akan
mengalami gangguan (Sutarni et al., 2018).
b. Teori konflik sensoris
Didalam kondisi yang normal (fisiologis) impuls yang diterima antara sisi kiri
dan kanan akan dibandingkan, antara impuls yang berasal dari penglihatan dan
proprioseptik dan vestibular secara timbal balik. Pengolahan informasi
berjalan secara reflektoris melalui proses normal dan hasil akhirnya adalah
penyesuaian otototot yang menggerakkan tubuh atau menopang tubuh dan otot
yang menggerakkan bola mata (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia, 2016).

17
VERTIGO
WOC

B1 (Breathing) B2 (Brain) B3 (Blood) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Dizzines Ketidak seimbangan Gg. di SSP atau Sirkulasi oksigen di Pusing, sakit Ketidakcocokan
proses peredaran darah SST otak menurun kepala informasi yg di
sampaikan ke otak oleh
Merangsang saraf saraf aferen
parasimpatis Kontraksi jantung Spasme saraf Kompensasi jantung
meningkat memompa lebih cepat Gelisah, ansietas
Bronkokontriksi Nyeri, sakit kepala Proses pengolahan
Redistribusi aliran darah informasi terganggu
Takikardia ke organ2 vital Peristaltik
Hipoventilasi meningkat
Transmisi persepsi
Disritmia MK : Gg. Disoerientasi Perfusi jaringan ke reseptor
Kerja napas menurun Mual, muntah proprioception
Rasa
meningkat nyaman Kesadaran
Dyspnea MK : Gangguan nyeri menurun Anoreksia Kegagalan
Penurunan fungsi
Perfusi Jaringan koordinasi otot
ginjal
MK : Resti Ketidak teraturan kerja
MK : Defisit Nutrisi
MK: Pola Nafas Cidera otot
Tidak Efektif MK : Gg.
Eliminasi
MK : Intoleransi
aktifitas
22
2.2.5 Manifestasi Klinis
Vertigo dibedakan menjadi 2, sistematik dan non sistematik, gejala vertigo
menurut (Jusuf & Wahidji, 2016) yaitu :
- Vertigo sistematik Pucat, Peluh dingin, Mual dan muntah
- Vertigo nonsistematik Rasa kepala ringan, seperti diayun, rasa seperti
terapung dan rasa bergoyang yang sulit di gambarkan oleh penderita vertigo.
1.1.5 Komplikasi
Apabila vertigo tidak segera ditangani dan dilakukan pengobatan, penderita
bisa saja mengalami gagar otak ringan maupun berat, itu merupakan akibat yang
ditimbulkan karena vertigo pada penderita yang sering kambuh (Yulianto et al.,
2016). Vertigo akan menyebabkan komplikasi berupa penurunan kualitas hidup
karena gangguan mobilitas. penderita vertigo juga akan mengalami penurunan
fungsi individu sebagai pekerja. Vertigo apabila terjadi saat berkendara juga akan
mengakibatkan kecelakaan (Benecke et al., 2013).
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Anamnesis
Pada anamnesis, pasien vertigo umumnya mengeluhkan gejala pusing yang
mana harus dibedakan apakah gejala tersebut benar vertigo atau pusing.
Pusing atau dikenal sebagai dizziness merupakan gangguan persepsi orientasi
tanpa disertai dengan ilusi pergerakan.
2) Pemeriksaan fisik :
 Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
 Pemeriksaan neurologik
 Pemeriksaan otologik
 Pemeriksaan fisik umum.
3) Pemeriksaan khusus :
 ENG (Elektronistagmografi)
 Audiometri dan BAEP
 Psikiatrik
4) Pemeriksaan tambahan :
 Laboratorium

23
 Radiologik dan Imaging
 EEG, EMG, dan EKG
1.1.7 Penatalaksanaan
1) Medis
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti
biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler
lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan
nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat
atau benda.
2) Keperawatan Vertigo posisional Benigna (VPB)
 Latihan
Latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan
kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat
tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk
membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali
keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo
melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari
sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
 Obat-obatan
Obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan
sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul
eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan
rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih
buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa
kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan

24
(WHO, 2014). Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati,
2008) :
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota
keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,

25
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat
anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam

26
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada
akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga (SDKI.D.0090)
2. Ketidakmampuan Koping Keluarga (SDKI.D.0093)

27
3. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (SDKI.D.0099)
4. Manajamen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif (SDKI.D.0115)
5. Gangguan Proses Keluarga (SDKI.D.0120)
6. Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga (SDKI.D.0123)
7. Keletihan (SDKI.D.0057)
8. Kesiapan Peningkatan pengetahuan (SDKI.D.0113)

28
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intevensi
1. Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Koping Keluarga (SIKI I.09260)
Koping Keluarga selama 3 kali kunjungan diharapkan Observasi:
(SDKI.D.0090) kemampuan untuk berubah dalam hubungan 1. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
atau fungsi keluarga membaik dengan kriteria 2. Identiikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan
hasil: tenaga kesehatan.
Status Koping Keluarga (L.09088) Terapeutik:
1. Adaptasi keluarga terhadap 1. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
situasi Meningkat (5) 2. Diskusikan rencana medis dan perawatan
2. Adaptasi keluarga terhadap perubahan 3. Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
Meningkat (5) peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan
3. Aktivitas mendukung pertumbuhan anggota keputusan perawatan pasien.
keluarga Meningkat (5) Edukasi:
1. Informasikan kemajuan pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang ada
Kolaborasi:
1. Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

29
2. Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Keluarga Merencanakan Perawatan (I.13477)
Koping Keluarga selama 3 kali kunjungan diharapkan Observasi :
(SDKI.D.0093) kemampuan menaangani masalah kesehatan 1. Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
keluarga Meningkat dengan Kriteria hasil : kesehatan
Manajemen Kesehatan Keluarga (L.12105) 2. Identifikasi tindakan yang dilakukan keluarga
1. Kemampuan menjelaskan masalah Terapeutik :
kesehatan yang dialami Meningkat (5) 1. Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung
2. Aktivitas keluarga mengatasi masalah upaya kesehatan
kesehatan tepat Meningkat (5) 2. Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga
3. Tindakan untuk mengurangi factor resiko 3. Ciptakan perubahan lingkungan rumah secara optimal
Meningkat (5) Edukasi :
1. Informasikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga
2. Anjurkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga
3. Perilaku Kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Perilaku Upaya Kesehatan (I.12472)
Observasi:
Cenderung Beresiko diharapkan perilaku kesehatan cenderung
1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkatkan
(SDKI.D.0099) berisiko berkurang, dengan kriteria hasil :
Terapeutik :
Perilaku Kesehatan (L.12107)
1. Berikan lingkungan yang mendukung upaya kesehatan
1. Kemampuan melakukan Tindakan

30
pencegahan masalah kesehatan meningkat 2. Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan
(5) Edukasi
2. Kemampuan peningkatan kesehatan 1. Anjurkan tidak merokok dalam rumah
meningkat (5) 2. Anjurkan mengurangi rokok secara berlahan
3. Pencapaian pengendalian kesehatan 3. Anjurkan tidak minum minuman beralkohol
meningkat (5) 4. Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari
Manajemen Kesehatan (L.12104)
1. Melakukan tindakan untuk mengurangi
faktor risiko meningkat (5)
2. Aktivitas hidup sehari-hari efektif
memenuhi tujuan kesehatan meningkat
(5)
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106)
1. Menunjukkan pemahaan perilaku sehat
meningkat (5)
2. Kemampuan menjalankan perilaku sehat
meningkat (5)
3. Memiliki sistem pendukung meningkat
(5)

31
4. Manajamen Kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawtaan Kondisi Diskusi Keluarga (I.12482)
Keluarga Tidak Efektif selama tindakan keperawatan 3 kali Observasi :
(SDKI.D.0115) kunjungan diharapkan Manajemen Kesehatan 1. Identifikasi gangguan kesehatan setiap anggota keluarga
Keluarga Meningkat dengan Kriteria Hasil: Terapeutik :
Manajemen Kesehatan Keluarga (L.12105) 1. Ciptakan suasana rumah yang sehat dan mendukung
1. Kemampuan menjelaskan masalah 2. Fasilitasi keluarga mendiskusikan masalah kesehtaan yang
kesehatan yang dialami Meningkat (5) sedang dialami
2. Aktivitas keluarga mengatasi masalah 3. Pertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
kesehatan tepat Meningkat (5) fasilitas kesehatan.
3. Tindakan untuk mengurangi factor resiko Edukasi :
Meningkat (5) 1. Anjurkan anggota keluarga dalam memanfaatkan sumber –
Menurun : sumber yang ada dalam masyarakat
1. Verbalisasi kesulitan menjalankan
perawatan yang ditetapkan
2. Gejala penyakit anggota keluarga
5. Gangguan Proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Koping Keluarga (SIKI I.09260)
Keluarga selama 3 kali kunjungan diharapkan Observasi:
(SDKI.D.0120) kemampuan untuk berubah dalam hubungan 1. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
atau fungsi keluarga membaik dengan Kriteria 2. Identiikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan

32
Hasil: tenaga kesehatan.
Proses Keluarga (I.13123) Terapeutik:
1. Adaptasi keluarga terhadap situasi 1. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
meningkat (5) 2. Diskusikan rencana medis dan perawatan
2. Adaptasi keluarga terhadap perubahan 3. Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
meningkat (5) peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan
perawatan pasien.
Edukasi:
1. Informasikan kemajuan pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang ada
Kolaborasi:
1. Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
6. Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Koping Keluarga (SIKI I.09260)
Proses Keluarga selama 3 kali kunjungan diharapkan Observasi:
(SDKI.D.0123) kemampuan untuk berubah dalam hubungan 1. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
atau fungsi keluarga membaik dengan Kriteria 2. Identiikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan
Hasil: tenaga kesehatan.
Proses Keluarga (I.13123) Terapeutik:
1. Adaptasi keluarga terhadap situasi 1. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga

33
meningkat (5) 2. Diskusikan rencana medis dan perawatan
2. Adaptasi keluarga terhadap perubahan 3. Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
meningkat (5) peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan
3. Aktivitas Mendukung pertumbuhan keputusan perawatan pasien.
anggota keluarga meningkat (5) Edukasi:
1. Informasikan kemajuan pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang ada
Kolaborasi:
1. Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

34
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi). Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan
dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2013).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tahap evaluasi menentukan
kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respon pasien
terhadap keefektifan intervensi keperawatan, kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.

35
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama : Lisnawatie
Nim : 2019.C.11a.1015
Tempat Praktek : UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya
Tanggal : 12 Oktober 2022

I. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas klien / keluarga
Nama KK : Ny. S
Umur : 52 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Dayak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Tjilik Riwut Km.10
No.Telp : 0852-5283-7211

Komposisi Keluarga
Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L / P) Dg KK
1 Tn. F 25 Thn L Anak SMA SWASTA
2 Ny. N 23 Thn P Menantu SMA IRT
3 Ny. T 23 Thn L Anak SMA MAHASISWA
4 Tn.R 17 Thn L Anak SMA PELAJAR

Tipe Keluarga :
Keluarga Campuran, karena Ny. S tinggal Bersama anak nya yang sudah
menikah.

36
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :
Tahap perkembangan keluarga Ny. S saat ini berada di tahap keluarga dengan
anak prasekolah (family with preschool) dan keluarga usia lanjut, tugas yang
terpenuhi yaitu:
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan, dan semangat
belajar
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawainan
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
d. Menyediakan aktivitas untuk anak
e. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan anak
f. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
g. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
h. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
i. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian

Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan


Keluarga Ny. S mampu mempertahankan hubungan yang intim dengan anak serta
cucunya, dan mempertahankan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan
anak.

*Genogram (3 generasi):
Keterangan :
Meninggal X
Laki – Laki
Perempuan
Tinggal Serumah ------
Pasien

37
C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik
Pola komunikasi keluarga Ny. S sudah cukup baik, terbukti jika ada masalah
keluarga saling musyawarah dan segera menyelesaikan masalah tersebut.
Peran dalam keluarga : Tidak Ada masalah

Struktur peran :
- Ny. S sebagai kepala rumah tangga, penasehat dalam keluarga.
- Ny. N sebagai Anak menantu, ibu, istri, memiliki peran sebagai
mempertahankan komunikasi keluarga, penyeimbang dalam keluarga serta
bertanggung jawab pada kehidupan rumah tangga.
- Tn. F sebagai anak yang ikut membantu dalam mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan rumah.
Nilai / norma keluarga : Tidak ada konflik nilai

D. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif : Baik
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada
yang sakit langsung dibawa ke petugas kesehatan atau
rumah sakit
Fungsi Sosial : Baik
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah,
hubungan dalam keluarga baik dan selalu mentaati norma
yang baik.
Fungsi Ekonomi : Baik
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup,
pakaian untuk anak dan biaya untuk berobat. Fungsi
Perawatan Kesehatan :

 Pengetahuan Tentang Masalah  Cukup Baik, keluarga maupun pasien


Kesehatan mengetahui tentang masalah kesehatan
yang diderita namun belum pasien

38
sesekali masih bertanya apa yang
belum diketahui
 Pencegahan Penyakit  Baik, keluarga maupun pasien
mengetahui beberapa cara pencegahan
penyakit yang diderita
 Perawatan Penyakit  Tidak, karena pasien malas untuk
kontrol lanjutan ke fasilitas layanan
kesehatan
 Pemanfaatan  Baik, keluarga selalu memanfaatkan
Layanan Kesehatan layanan kesehatan jika ada keluarga
yang sakit.

E. Pola Koping Keluarga


Pola koping dalam keluarga efektif, Stressor yang dihadapi keluarga: tidak
ada.
F. Spiritual
Keluarga Ny. S taat dalam ibadah minggu, kepercayaan berlawanan dengan
kesehatan (tidak ada), keluarga Ny. S tidak mengalami distress spritual
G. Pola Aktivitas sehari-hari
Pola makan baik, keluarga makan hanya 2-3 x sehari dan sering
mengkonsumsi makanan sayur dan buah-buahan. Keluarga minum 3-4 gelas
per hari. Keluarga BAB 2 kali sehari dan BAK ± 5-6 kali sehari, kebersihan
diri baik. Keluarga jarang melakukan olahraga. Keluarga Ny. S cukup
mandiri.
H. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini: Tidak ada. Keluarga terkadang berinteraksi
dengan orang lain, keluarga tidak menarik diri dari lingkungan, keluarga tidak
memiliki konflik dengan keluarga lainnya, keluarga tidak memiliki penurunan
harga diri, keluarga tidak memiliki gangguan gambaran diri.
I. Faktor resiko masalah kesehatan
Keluarga mengatakan Ny. S sering melakukan aktivitas secara berlebihan dan
sering mengeluh keletihan . pasien malas untuk datang kontrol lanjutan ke

39
layanan kesehatan mengenai vertigonya, ekonomi cukup terpenuhi dan tidak
Kurang total pendapatan perbulan diatas 3.000.000, lingkungan tempat tinggal
Keluarga Ny. S cukup bersih. Hubungan Keluarga Ny. S masih
harmonis ,Keluarga Ny. S tidak ada yang mengalami obesitas, Status Gizi
baik.

Pemeriksaan Ny. S Tn.F Ny. N Ny. T Tn. R

Fisik
TTV - TD:130/90 TD=110/80 TD = 120/90 TD = 100/80 TD = 110/70
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
- N = 62 x/menit N = 72 x/menit N = 85 x/menit N = 80 x/menit N = 90 x/menit
- S = 36,2 oC S = 36,5 oC S = 36,3 oC S = 36,4 oC S = 36,5 oC
- RR =19x/menit RR=21 x/menit RR =20 x/menit RR =19 x/menit RR =20 x/menit
- BB=64kg BB =67 kg BB= 50 kg BB= 53 kg BB= 54 kg
lain-lain Ny. S mengatakan
terkadang susah
untuk tidur dan
sakit kepala

J. Pemeriksaan Fisik

40
Status mental:
Keluarga tidak tampak sedang bingung, Keluarga tidak tampak sedang cemas,
Keluarga tidak tampak sedang disorientasi, Keluarga tidak tampak sedang depresi,
Keluarga tidak menarik diri
Sistem Kardiovaskuler :
Keluarga tidak ada yang mengalami aritmia, keluarga tidak ada yang mengalami
nyeri dada, keluarga tidak ada yang mengalami distensi vena jugularis, keluarga
tidak ada yang jantung berdebar
Nyeri spesifik :
Keluarga maupun klien tidak ada mengeluh nyeri.
Sistem pernafasan :
Keluarga tidak mengalami stridor, keluarga tidak mengalami wheezing, keluarga
tidak mengalami ronchi, keluarga tidak mengalami akumulasi sputum
Sistem Integumen :
Keluarga tidak ada yang mengalami sianosis, keluarga tidak ada yang mengalami
akral dingin, keluarga tidak ada yang mengalami diaporesis, keluarga tidak ada
yang mengalami juandice, keluarga tidak ada yang mengalami luka.
Mukosa Mulut
Kapiler refil time : Kurang dari 2 detik
Sistem Muskuloskeletal :
Keluarga tidak ada masalah tonus otot, keluarga tidak ada masalah paralisis,
keluarga tidak ada masalah hemiparesis, keluarga tidak ada masalah ROM,
keluarga tidak ada masalah gangguan keseimbangan
Sistem Persarafan :
Ny. S terkadang merasa pusing, tidak terdapat nyeri dikepala tidak tremor reflek
pupil normal kiri dan kanan tidak mengalami paralisis tidak terdapat anestesi
daerah perifer .
Sistem Perkemihan :
Tidak ada masalah dalam sistem perkemihan
Sistem Pencernaan :
Tidak ada masalah dalam sistem Pencernaan
Riwayat Pengobatan :

41
Tidak ada alergi obat

K. Pengkajian Lingkungan: Warung makan

Kamar 1

Dapur

WC

a. Luas Pekarangan : 12 x 8 m2
b. Type Rumah : Kayu

c. Atap Rumah : Seng


d. Kepemilikian : Milik Ny. S

e. Kamar mandi / WC : Ada satu kamar mandi

f. Kebersihan Lingkungan : Bersih dan Rapi

g. Ventilasi/jendela : Ada, tidak tertutup


h. Sirkulasi : Bagus, semua jendela terbuka, pencahayaan baik

6. Air untuk keperluan sehari-hari


1. Sumber air untuk keperluan minum: air mineral
2. Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci: sumur
3. Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic tank: <10
meter
4. Tempat penampungan air sementara: tandon
5. Kondisi tempat penampungan air: tertutup
6. Kondisi air: tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna

42
7. Sampah Keluarga
1) Pembuangan sampah: TPU
2) Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara: Ya
3) Bila ya bagaiman kondisisnya: tertutup
4) jarak tempat penampungan sampah dengan rumah: >5 meter
8. Sistem pembuangan kotoran :
1) Tempat Keluarga buang hajat(BAK/BAB) : WC/toilet
2) Apabila memiliki jamban,jenisnya apa : leher angsa
3) Pembuangan air limbah : got
9. Hewan peliharaan / ternak
1) Apakah memiliki hewan peliharan/ ternak : ya, jenis ternak ayam
2) apabila memiliki ,apakah termasuk hewan ternak/ peliharaan : ya, hewan
ternak
3) bila ya, apakah hewan ternak ada kandangnya : ya ada
4) bila ada, dimana letaknya : diluar rumah
5) bila diluar rumah, berapa jauh jaraknya : <1 meter
6) kondisi kandang : terawat

Perawat yang mengkaji


Nama : Lisnawatie Tgl : 12/10/2022 Pkl :14.00 WIB

43
Catatan Keperawatan Keluarga
II. Analisa Data
N Data Penunjang Masalah Penyebab

1 Ds : Keletihan (D.0057) kondisi fisiologis


- Keluarga Ny. S
mengatakan Ny. S sakit kepala
melakukan banyak
aktifitas sering mengeluh pola istirahat beruhan
capek .
- Ny.S mengeluh pusing keletihan
jika terlambat makan
- Ny.S mengatakan sering
merasakan sakit kepala
- Ny. S mengatakan
terkadang susah tidur
dimalam hari.
- Ny. S mengeluh lelah
disertai pusing berputar

Do :
- Ny. S tampak lesu
- Pola tidur Ny.S pada
malam hari 3-4 jam,
siang hari 1-2 jam
-
2 Ds : Kesiapan peningkatan minat dalam belajar
- Keluarga mengatakan pengetahuan
ingin mengetahui (D.0113) perilaku sesuai anjuran
kesehatan Ny.S
- Ny.S mengatakan sudah kemampuan dalam
mengetahui apa itu menjelaskan topik

44
verigo namun kurang
begitu paham. perilaku upaya peningkatan
kesehatan
Do :
- Tampak keluarga
menunjukkan minat dalam
belajar
- Tampak keluarga sudah
mengetahui sebagian
mengenai masalah
kesehatan Ny.S
- Terlihat adanya
respek/peduli dengan
anggota keluarga.
- Tampak adanya dorongan
dari keluarga untuk Ny.S
untuk bisa rutin datang ke
layanan kesehatan.

45
II. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa 1 : Keletihan
Kriteria Skore Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) 2/3x1 = 2/3 Keluarga Ny. S
Skala: mengatakan Ny. S banyak
3 : Aktual melakukan aktifitas dan
2 : Resiko sering mengeluh capek.
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah 1/2 x2=1 Keluarga Ny. S
Dapat Diubah (Bobot 2) mengatakan selalu
Skala: mendorong Ny.S
2 : Mudah untukistiraahat yang
1 : Sebagian cukup.
0 : Rendah
Pontensial Masalah Untuk 3/3x1= 1 Potensial perilaku
Dicegah (Bobot 1) cenderung beresiko
Skala: rendah untuk di ubah
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah 2/2x1=1 Masalah perilaku ini harus
(Bobot 1) segera di tangani
2 : Berat, Segera
ditangani
1: Tidak Perlu Segera
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 3,6

46
Diagnosa 2 : Kesiapan peningkatan pengetahuan
Kriteria Skor Pembenaran
Sifat Masalah (Bobot 1) 3/3x1 = 1 Keluarga Ny. S mengatakan
Skala: sedikit memahami
3 : Aktual penyakitnya
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah Dapat 1/2 x1=1/2 Keluarga Ny. S mengatakan
Diubah (Bobot 2) selalu mendorong Ny.S untuk
Skala: mau belajar dan patuh
2 : Mudah dengan apa yang seharusnya
1 : Sebagian dilakukan untuk
0 : Rendah meningkatkan kesehatannya.
Pontensial Masalah Untuk 2/3x1=2/3 Keluarga Ny. S mengatakan
Dicegah (Bobot 1) potensial masalah dapat
Skala: dicegah cukup.
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah (Bobot 1) 1/2x1=1/2 Keluarga mengatakan Ny. S
← 2 : Berat, Segera ditangani harus segera mengtahui
← 1 : Tidak Perlu Segera penyebab dan apapun yang
ditangani seharusnya dilakukan untuk
← 0 : Tidak Dirasakan menangani vertigo untuk
mencegah terjadinya
komplikasi
TOTAL 2,6

47
IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor
1 keletihan 3,6
2 Kesiapan peningkatan pengetahuan 2,6

48
V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Diagnosa Keperawatan : Keletihan
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan Verbal Tingkat keletihan (L.05046) Edukasi Aktivitas/Istirahat
tindakan keperawatan 1. Keluarga Ny. S mampu Observasi:
keluarga selama 3x meningkatkan aktivitas - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
kunjungan rumah di mendukung anggota keluarga yang informasi
harapkan maslah keletihan sakit Ny. S melakukan aktifitas Terapeutik
yang dirasakan Ny.S rutin meningkat - Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
berkurang/ hilang. 2. Verbalisasi lelah yang dirasakan istirahat
Ny.S menurun - Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
3. Sakit kepala yang dirasakan Ny.S kesepakatan
menurun - Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
4. Pola istirahat Ny.S membaik bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

49
2. Diagnosa Keperawatan : Kesiapan peningkatan pengetahuan
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan asuhan Verbal Manajemen kesehatan ( L.12104) Edukasi Kesehatan
keperawatan selama 3x 1. Keluarga Ny. S mampu meningkatkan observasi
kunjungan rumah program perawatan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
diharapkan tingkat 2. Aktifitas hidup sehrai hari keluarga Ny.S menerima informasi
pengeahuan keluarga efektif memenuhi tujuan kesehatan - Identifikasi faktor faktor yang dapat
meningkat meningkat meningkatkan dan menurunkan motivasi
3. Verbalisasi kesulitan dlam menjalani terapeutik
program perawatan menurun - Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan bertanya
edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang dapat memengaruhi
kesehatan
- Ajarkan strategi untuk meningkatkan perilaku

50
VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga
Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi
Rabu,12/10/202 14.00WIB 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S:
2 kemampuan menerima informasi - Keluarga Ny. S mengatakan bahwa siap menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media yang akan disampaikan
pengaturan aktivitas dan istirahat O:
3. Menjadwalkan pemberian pendidikan - Keluarga Ny. S mengetahui cara mengurangi kelelahan dan
kesehatan sesuai kesepakatan sakit kepala karena vertio adalah dengan istirahat yang cukup
4. Memberikan kesempatan kepada - Keluarga Ny.S sudah mengetahui kebutuhan istirahat sesuai
pasien dan keluarga untuk bertanya kebutuhan tubuh
5. Menjelaskan pentingnya melakukan - Keluarga Ny. S sudah paham tentang pentingnya istirahat bagi
aktivitas fisik penderita vertigo
6. Menganjurkan menyusun jadwal - Keluarga Ny. S sudah paham tentang pentingnya jadwal yang
aktivitas dan istirahat seimbang mengenai aktivitas dan istirahat bagi penderita vertigo
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi

51
Rabu,12/10/202 14.30WIB 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S:
2 kemampuan menerima informasi - Keluarga Ny.S mengatakan siap menerima informasi terkait
2. Mengidentifikasi faktor faktor yang Vertigo yang diderita Ny.S.
dapat meningkatkan dan O:
menurunkan motivasi - Keluarga Ny. S mengatakan motivasi keluarga adalah menjaga
3. Menyediakan materi dan media kesehatan Ny.S agar tetap stabil
pendidikan kesehatan - keluarga Ny.S selalu mendukung perawatan kesehatan Ny. S
4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai anjuran
sesuai kesepakatan - Keluarga Ny. S sudah mengetahui bagaimana cara memenuhi
5. Memberikan kesempatan bertanya kebutuhan perawatan mandiri seperti melakukan terapi
6. Menjelaskan faktor resiko yang komplementer untuk meningkatkan kesehatan Ny.S dengan
dapat memengaruhi kesehatan Vertigo
7. Mengajarkan strategi untuk - Memberikan edukasi mengenai vertigo
meningkatkan perilaku A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.

52
BAB 4
PENUTUP

2.1. Kesimpulan
Vertigo merupakan kondisi yang diakibatkan karena adanya gangguan pada
telinga atau pada saraf ocousticus yang mengakibatkan nyeri dan kelemahan otot
leher serta keseimbangan tubuh pasien.
Berbagai masalah yang timbul pada kondisi ini yaitu adanya nyeri,
keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), penurunan kekuatan otot, serta
keseimbangan pasien yang berkurang.
Dengan pelaksanaan terapi dengan menggunakan modalitas Manuver Efley
hasil yang diperoleh menunjukkan perkembangan positif yaitu di buktikannya
dengan Manuver Efley dapat menurunkan nyeri

2.2. Saran
Dalam melakukan perawatan perawat harus mampu mengetahui kondisi klien
secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta
dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan .

53
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D.C & Hackley, J. C. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Somantri irman. 2017. Keperawatan medikal bedah Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). 2016. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat
Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia.(2017).Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal-Bedah.Jakarta:EGC
ADP, S. G.(2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info
Madia
Achjar, K. A. H.(2010).Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga Bagi
Mahasiswa Keperawatan dan Praktis Perawatan Perkesmas. Jakarta:Sagung
Seto

54
SATUAN ACARA PENYULUHAN

VERTIGO

Disusun Oleh :

Lisnawatie
2016.C.11a.1015

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

55
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN VERTIGO
Pokok Pembahasan : Vertigo
Waktu Pertemuan : 20 menit
Tanggal : 12 Oktober 2022
Tempat : Upt Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya
Sasaran : Keluarga
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
Presentator : Mahasiswa Eka Harap Palangka Raya

TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan sasaran
keluarga dapat dapat mengetahuiVertigo.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Bau Mulut diharapkan sasaran
akan dapat :
1. Mengerti tentang pengertian vertigo
2. Mengerti penyebab vertigo
3. Mengerti Penanganan vertigo
4. Mengerti cara pencegahan vertigo
SUB POKOK PEMBAHASAN
1. pengertian Vertigo
2. penyebab vertigo
3. penanganan vertigo
4. pencegahan vertigo

56
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No Waktu Kegiatan penyuluhan Peserta
.
1. 3 Menit PEMBUKAAN
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Apersepsi 3. Mengemukakan pendapat
4. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan dan
penyuluhan Memperhatikan
2. 12 menit KEGIATAN INTI
a. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan
2. Mendengarkan
vertigo
3. Memperhatikan
b. Menyebutkan penyebab 4. Mengajukan pertanyaan
vertigo
c. Menjelaskan penanganan
vertigo
d. Menjelaskan cara
pencegahan vertigo
3. 5 Menit PENUTUP
1. Bersama peserta 1. Bersama-sama menyimpulkan
menyimpulkan apa yang 2. Menjawab pertanyaan
telah disampaikan 3. Memperhatikandan
2. Evaluasi tentang mendengarkan
kompres hangat dengan 4. Menjawab salam
mengajukan pertanyaan
pada peserta
3. Melakukan terminasi
4. Memberikan salam
untuk menutup
pertemuan

METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
MEDIA/ALAT BANTU
1. Leaflet
2. Infocus

57
Penyaji : Lisnawatie
SETTING TEMPAT
⍟ Ket : ⍟ : Penyaji
♠ : keluarga
♠ ♠ ♡ ♡ : Ny.S

EVALUASI
Peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian vertigo
2. Menyebutkan penyebab vertigo
3. Menjelaskan penanganan vertigo
4. Menjelaskan pencegahan vertigo

58
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2018).
B. Penyebab vertigo
1. Keadaan lingkungan
- Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
- Alkohol
- Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
- Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral
dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
- Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
5. Kelainan neurologis
- Sklerosis multiple
- Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
- Tumor otak
C. Gejala vertigo
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala yaitu mual, muntah, rasa
kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket,

59
nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut
pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika
akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat
tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke
belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang
disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat
mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan
gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala
tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar
pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam
beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai
beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara
spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak
didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan Manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada
kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke
satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala : mata
berputar dan bergerak ke arah telinga yang terganggu dan mereda setelah 5-20
detik. Mula gejala didahului periode laten selama beberapa detik (3-10 detik).
Pada uji ulangan akan berkurang, terapi juga berguna sebagai cara diagnosis yang
tepat.
D. Langkah-Langkah untuk Meringankan atau Mencegah Gejala Vertigo
1. Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
2. Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.

60
3. Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke
kanan.
4. Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari tempat
tidur.
5. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
6. Gerakkan kepala secara hati-hati

61
DOKUMENTASI
KUNJUNGAN RUMAH PASIEN NY.S
RABU, 12 OKTOBER 2022

62
Sudah tahukah Anda apa
VERTIGO itu Vertigo..??? Apa saja Tanda dan
Gejala Vertigo ….???

Perasaan berputar yang kadang-


Pengertian Vertigo
kadang disertai gejala yaitu
Vertigo adalah perasaan seolah-olah
 Mual
penderita bergerak atau berputar, atau
 muntah
Lisnawatie seolah-olah benda di sekitar penderita
 rasa kepala berat
(2019.C.11a.1015) bergerak atau berputar, yang biasanya
 nafsu makan turun
disertai dengan mual dan kehilangan
 lelah
keseimbangan
 lidah pucat dengan selaput putih
lengket
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA Penyebab Vertigo
 nadi lemah
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN  Keadaan Lingkungan
PRODI SARJANA KEPERAWATAN  puyeng (dizziness)
 Obat-obatan
TAHUN AKASEMIK 2022/2023  nyeri kepala
 Kelainan sirkulasi
 penglihatan kabur
 Kelainan di telinga
 mulut pahit
 Kelainan neurogis
 mata merah

63
Pencegahan Vertigo Bagaimana Perawatan
Vertigo… ???
 Tarik napas dalam-dalam SEKIAN
dan pejamkan mata.  Olahraga ringan dengan
 Tidur dengan posisi kepala teratur untuk DAN
yang agak tinggi. meningkatkaan kebugaran TERIMA KASIH
 Buka mata pelan-pelan, tubuh seperti jalan kaki,
miringkan badan atau bersepeda santai dan
kepala ke kiri dan ke
lain-lain.
 kanan.
 Bangun secara perlahan
 Istirahat yaang cukup
dan duduk dulu sebelum  Menghindari minuman
beranjak dari tempat beralkohol
 tidur.  Menata perabot rumah
 Hindari posisi membungkuk tidak menghalangi jalan
bila mengangkat barang. agar penderita vertigo
 Gerakkan kepala secara
terhindar dari cidera
hati-hati
 Periksa kesehatan secara
SEMOGA
teratur ke pelayanan BERMANFAAT
kesehatan.

64

Anda mungkin juga menyukai