DISUSUN OLEH :
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berju
dul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An MG Dengan Diagnosa Medis
Dispepsia Di Puskesmas Kayon Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melen
gkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Yelstria Ulina T, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh d
ari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangu
n dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang di
harapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Konsep Dasar Glomerulonefritis Akut.............................................................................1
1.1.1 Definisi......................................................................................................................1
1.1.2 Anatomi fisiologi......................................................................................................1
1.1.3 Etiologi......................................................................................................................3
1.1.4 Klasifikasi.................................................................................................................3
1.1.5 Patofisiologi..............................................................................................................4
1.1.6 WOC.........................................................................................................................5
1.1.7 Manifestasi klinis......................................................................................................7
1.1.8 Komplikasi..............................................................................................................10
1.1.9 Pemeriksaan penunjang...........................................................................................10
1.1.10 Penatalaksanaan medis..........................................................................................10
1.2 Konsep Keperawatan Anak............................................................................................12
1.2.1 Pengertian Anak......................................................................................................12
1.2.2 Kedudukan Anak Di Indonesia...............................................................................12
1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak.....................................................................................12
1.2.4 Prinsip Keperawatan Anak......................................................................................13
1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak................................................................................13
1.2.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak...............................................................15
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..................................................................................16
1.3.1 Pengkajian...............................................................................................................16
1.3.2 Pengkajian Perpola..................................................................................................17
1.3.3 Diagnosa keperawatan............................................................................................19
1.3.4 Intervensi keperawatan............................................................................................19
1.3.5 Implementasi keperawatan......................................................................................24
1.3.6 Evaluasi keperawatan..............................................................................................24
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................25
BAB III PENUTUP..................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27
iv
v
17
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
Filtrat yang telah dihasilkan ± 125 ml per menit atau 180 liter per hari
yang mengalir dari kapsula bowman’s sampai ke seluruh nefron. Tidak
semua filtrat yang dihasilkan akan disekresi, sekitar 80% air dan elektrolit,
semua glukosa dan protein, sebagian besar asam amino direrbsorpsi saat
melalui tubulus proksimal.
3. Sekresi Tubuler
Proses sekresi tubuler ini terjadi pada tubulus proksimal, tubulus distal
dan pada duktus pengumpul. Filtrat yang dihasilkan ± 125 ml per menit
sekitar 1/125 atau 1 ml per menit akan disekresikan berupa urin ke pelvis
ginjal sebagai produk buangan atau limbah yang tidak digunakan oleh
tubuh.. (Rauf et al., 2015)
1.1.3 Etiologi
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus terjadi akibat infeksi yang
disebabkan oleh bakteri β-hemolytic streptococci namun infeksi tersebut tidak
terjadi langsung di ginjal melainkan di ekstra renal. β-hemolytic streptococci
dapat dibagi menjadi 20 grup serologis yakni grup A hingga grup T. Bakteri
streptokokus yang sering ditemukan pada GNAPS yakni berupa grup A β-
hemolytic streptococci (GABHS). Bakteri tersebut dapat menginfeksi saluran
pernapasan dan juga kulit.
Streptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas
membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan
golongan bakteri yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi streptokokus pada
manusia disebabkan oleh grup A β-hemolytic streptococci (GABHS). Grup ini
diberi nama spesies S. pyogenes. Bakteri ini hidup pada manusia di
tenggorokan dan juga kulit. Penyakit yang sering disebabkan diantaranya
adalah faringitis, demam rematik dan glomerulonefritis.
Sekitar 75% GNA timbul setelah infeksi saluran pernapasan bagian
atas, yang disebabkan oleh grup A β-hemolytic streptococci (GABHS) tipe 1,
3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi
20
1.1.4 Klasifikasi
1. Glomerulonefritis ringan (terjadi setelah infeksi akut biasanyadi dapatkan
protein uria, hematuria, makroskopik komplemenserum sedikit menurun,
lesi yang reversible, fungsi ginjalnormal)
2. Glomerulonefritis persisten (terjadi setelah infeksi kronis,lesinya
irreversible, tidak ada hematuria makroskopik, sudahmencapai gagal ginjal)
1.1.5 Patofisiologi
Bakteri streptokokus tidak menyebabkan langsung kerusakan pada
ginjal, terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khusus
yang merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Pada GNA
terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam darah yang bersirkulasi kedalam
glomerulus tempat kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam
membran basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi
dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan
trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga
merusak endoteldan membran basalis glomerulus.
21
1.1.6 WOC
23
24
6. Gejala Kardiovaskular :
Gejala kardiovaskular yang paling penting adalah bendungan sirkulasi
yang terjadi pada 20-70% kasus GNA. Bendungan sirkulasi dahulu diduga
terjadi akibat hipertensi atau miokarditis, tetapi ternyata dalam klinik
bendungan tetap terjadi walaupun tidak ada hipertensi atau gejala
miokarditis. Ini berarti bahwa bendungan terjadi bukan karena hipertensi
atau miokarditis, tetapi diduga akibat retensi Na dan air sehingga terjadi
hipervolemi
7. Gejala-gejala lain
Selain gejala utama, dijumpai gejala umum seperti pucat, malaise,letargi
dan anoreksia. Gejala pucat mungkin karena peregangan jaringan
subkutan akibat edema atau akibat hematuria makroskopik yang
berlangsung lama. (Arsid, R. et al. 2019).
1.1.8 Komplikasi
Komplikasi glomerulonefritis akut:
1. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia.
Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika
hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu).
2. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-
kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh
28
tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat
mempengaruhi status kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg
diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah
dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury )
dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik.
1) Pemberi Perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran
ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan,
membantu pasien melakukan ambulasi dini.
34
1.3.1 Pengkajian
a) Identitas Klien:
GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak
umur 3-7 tahun lebih sering pada pria
b) Riwayat penyakit sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritematosus atau penyakit autoimun lain.
c) Riwayat penyakit sekarang :
36
Perkembangan :
e) Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan/malaise
f) Sirkulasi
Tanda: hipertensi, pucat,edema
g) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
h) Makanan/cairan
Gejala: BB (edema), anoreksia, mual,muntah
Tanda: penurunan haluaran urine
i) Pernafasan
Gejala: nafas pendek
j) Nyeri/kenyamanan
37
g) Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak
diam.
h) Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.
a meningkatkan asu
pan makanan
1. Observasi
o Identifikasi deficit t
ingkat aktivitas
o Identifikasi kemam
puan berpartisipasi
dalam aktivotas tert
entu
o Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
o Monitor respon em
osional, fisik, socia
l, dan spiritual terha
dap aktivitas
2. Terapeutik
o Fasilitasi focus pad
a kemampuan, buka
n deficit yang diala
mi
o Koordinasikan pemi
lihan aktivitas sesua
i usia
o Fasilitasi makna akt
ivitas yang dipilih
o Fasilitasi akvitas m
otorik kasar untuk p
asien hiperaktif
o Libatkan dalam per
maianan kelompok
yang tidak kompetit
if, terstruktur, dan a
ktif
o Libatkan kelarga da
lam aktivitas, jika p
erlu
o Fasilitasi mengemb
ankan motivasi dan
penguatan diri
3. Edukasi
41
o Anjurkan melakuka
n aktivitas fisik, soc
ial, spiritual, dan ko
gnitif, dalam menja
ga fungsi dan keseh
atan
o Anjurka terlibat dal
am aktivitas kelomp
ok atau terapi, jika s
esuai
2. Terapeutik
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab/ f
aktor resiko syok
o Jelaskan atnda dan g
ejala awal syok
o Anjurkan melapor ji
ka menemukan/ mer
asakan tanda dan gej
ala syok
o Anjurkan memperba
nyak asupan oral
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberia
43
1. Observasi
3. Edukasi
o Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang
tepat(mis. Melemba
bkan kulit kering pa
da kaki)
o Informasikan tanda
dan gejala darurat ya
ng harus dilaporkan(
mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istir
ahat, luka tidak sem
buh, hilangnya rasa)
BAB II
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com
1
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An D
TTL : palangkaraya, 4 februari 2007
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : KP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : TK
Alamat : Jl. Kahayan III
Diagnosa Medis : Glomerulonefritis akut
Nama : Ny.A
TTL : -
Agama : KP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pemeriksaan Fisik
2.1.1.5 Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital
Nadi : 141 x/menit
Suhu : 38 0C
Respirasi: 26 x/menit
2.1.1.6 Kepala dan Wajah
Kepala bentuk Mesochepal, tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, lembab,
rambut tidak mudah tercabut,tidak ada nyeri tekan bagian kepala. Wajah tidak
ada luka, lesi maupun jejas. Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, kedua pupil isokor kanan dan kiri 2 mm, dan reflek
pupil +/+. Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih, dan tidak ada
serumen. Hidung tidak terpasang NGT, tidak ada sekret di hidung, dan tidak
ada napas cuping hidung.
2.1.1.7 Leher dan Tenggorokan
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran tonsil
2.1.1.8 Mulut dan Faring
49
Kekuataan otot normal, terpasang infus pada tangan kiri, kaki agak uedem, ela
stisitas kulit kurang baik.
2.1.1.11 Genetalia
Tidak ada luka ,tidak ada pembengkakan
2.1.2 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.2.1 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari-h Sesudah Sakit Sebelum Sakit
ari
TB: 150
BB : 40 Kg
: 45
(1,5)2
: 45 : 20 ( gizi baik)
2,25
Nutrisi
a. Frekuensi
Frekuensi makan pasien 3xsehari, kadan
b. Nafsu Makan/selera
g habis kadang tidak
c. Jenis Makanan
Nasi, Sayur, Lauk
Eliminasi
a. BAB
a. 1 x/hari
b. BAK
b. 3-4 x/hari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. 2 jam
b. Malam/jam b. 9 jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. 2 x/hari
b. Oral Hygene
b. 2 x/hari
Mahasiswa,
Rista Bela
55
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
hipertermia tubuh.
Terapeutik
nyeri dan
menemukan
dukungan keluarga
6. Pemberian analgetik
dapat memblok nyeri
pada susunan saraf
pusat
Gangguan Pola tid Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. mengatur pola tidur
keperawatan selama 1x2 ja
ur b.d kurang kont 2. Meningkatkan pola
m pertemuan Keluhan sulit 1. Identifikasi pola
rol tidur D.0055 tidur menurun aktifitas dan tidur. tidur.
KRITERIA HASIL: 2. Identifikasi faktor 3. Mengurangi
(1) Pasien dengan istirahat pengganggu tidur.
gangguan pada pola
cukup Terapeutik tidur. Memberikan
(2) Tidak terjadi keluhan 3. Modifikasi
kenyamanan untuk
lingkungan.
istirahat tidak cukup
tidur.
60
1
3
4
1 7/10/2021 1. Memonitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika S: Rista Bela
perlu
08.00-10.00 Pasien mengatakan demam sempat turun dan n
2. Memonitor tekanan darah, frekuensi pernapasan
dan nadi aik lagi
3. Memonitor warna dan suhu kulit
O:
4. Memonitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia hasil pemeriksaan didapatkan akral pasien terab
5. meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
a hangat TD: 110/70mmHg Nadi 116/menit Su
adekuat
6. menyesuaikan suhu lingkungan dengan hu 37,2oC spo2: 99%
kebutuhan pasien
A:
masalah hipertermia teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi termoregulasi
4
5
T: 1-3 menit
O:
Hasil pemeriksaan didapatkan
Pasien tampak meringis, gelisah dan merintih s
akit
Td: 120/70mmHg N: 112x/Menit Spo2: 98% R
R: 24x/menit
S: skala 4 menjadi skala 2
A:
masalah nyeri akut teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi manajemen nyeri
5
6
6
7
8
9
Nadi 112x/menit
A: masalah pola tidur teratasi
P: hentikan intervensi
9
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan inflamasi pada glomerulus akibat suatu
reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu yang ditandai dengan
poliferasi sel-sel glomerulus dengan onset mendadak. Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus terjadi akibat infeksi yang disebabkan oleh bakteri β-hemolytic streptococci
namun infeksi tersebut tidak terjadi langsung di ginjal melainkan di ekstra renal.
1
2
DAFTAR PUSTAKA
AKG (2019) ‘Berita Negara’, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kese
hatan Republik Indonesia, Nomor 65(879), Pp. 2004–2006.
Arsid, R. Et Al. 2019 ‘Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcus’, 1(2), Pp. 98– 104.
Ashari L., 2018, ‘Gambaran Karakteristik Penyakit Ginjal Kronik Berat Pada Anak Di Rsup
Haji Adam Malik Medan Periode 2017- 2018’, Skripsi, Program Studi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Carapetis JR, Steer AC, Mulholland EK, Weber M. 2005 The Global Burden Of Group A Str
eptococcal Diseases. Lancet Infect Dis.;5(11):685–94.
Lestari E, Zarlina I. 2011 Hipertensi Pada Anak. Dalam: Noer S, Soemyarso NA, Subandiyah
K, Prasetyo RV, Alatas H, Tambunan T, Et Al, Penyunting. Kompendium Nefrologi Anak. E
disi Ke-1. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI; . H. 45-8.
Lumbanbatu, S. M. 2016 ‘Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus Pada Anak’, Sari Pedia
tri, 5(2), P. 58. Doi: 10.14238/Sp5.2.2003.58-63.
Made Suadnyani Pasek 2013 ‘Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus Pada Anak’, Sari P
ediatri, 5(2), Pp. 58–63. Available At: Http://Saripediatri.Idai.Or.Id/Pdfile/5-2-4.Pdf.