NURSING
oleh
Kelompok 2
Nuri Hatika NIM 162310101131
Nurul Hidayah NIM 162310101144
Miftakhul Sa’adah NIM 162310101159
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN ULKUS KAKI DIABETIK
oleh
Nuri Hatika
NIM 162310101131
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
ii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan “Ulkus Diabetik”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical pada Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka kami menerima
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PRAKATA .................................................................................................... ii
Diabetik neuropati merupakan salah satu manifestasi dari diabetes mellitus yang
4
dapat menyebabkan terjadinya luka diabetes. Pada kondisi ini sistem saraf yang
terlibat adalah saraf sensori, motorik dan otonom. Neuropati perifer pada
penyakit diabetes meliitus dapat menimbulkan kerusakan pada serabut motorik,
sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan
kelemahan otot, sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motorik dapat
menimbulkan kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes,
kontraktur tendon achilles) dan bersama dengan adanya neuropati memudahkan
terbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris yang terjadi akibat rusakanya
serabut mielin mengakibatkan penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan
terjadinya ulkus kaki. Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat denervasi
simpatik menimbulkan kulit kering (anhidrosis) dan terbentuknya fisura kulit
dan edema kaki. Kerusakan serabut motorik, sensoris dan autonom
memudahkan terjadinya artropati Charcot (Cahyono dalam Abidin, 2017).
b. Pheripheral vascular diseases
Pada pheripheral vascular disease ini terjadi karena adanya arteriosklerosis dan
ateoklerosis. Pada arteriosklerosis terjadi penurunan elastisitas dinding arteri
sedangkan pada aterosklerosis terjadi akumulasi “plaques” pada dinding arteri
berupa; kolesterol, lemak, sel-sel otot halus, monosit, pagosit dan kalsium.
Faktor yang mengkontribusi antara lain perokok, diabetes, hyperlipidemia dan
hipertensi.
c. Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak disadarinya
trauma akibat pemakaian alas kaki. Trauma yang kecil atau trauma yang
berulang, seperti pemakaian sepatu yang sempit menyebabkan tekanan yang
berkepanjangan dapat menyebabkan ulserasi pada kaki.
d. Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes mellitus, infeksi
biasanya terdiri dari polimikroba. Hiperglikemia merusak respon immunologi,
hal ini menyebabkan leukosit gagal melawan patogen yang masuk, selain itu
iskemia menyebabkan penurunan suplai darah yang menyebabkan antibiotik
5
adanya lesi kulit terbuka, yang hanya terdapat pada kulit, dasar kulit dapat bersih
atau purulen (ulkus dengan infeksi yang superfisial terbatas pada kulit).
Derajat 2 : Ulkus dalam sampai tendon, tulang Pasien dikategorikan masuk grade
2 apabila terdapat tanda-tanda pada grade 1 dan ditambah dengan adanya lesi kulit
yang membentuk ulkus. Dasar ulkus meluas ke tendon, tulang atau sendi. Dasar
ulkus dapat bersih atau purulen, ulkus yang lebih dalam sampai menembus tendon
dan tulang tetapi tidak terdapat infeksi yang minimal.
Derajat 3 : ulkus dalam dengan infeksi Apabila ditemui tanda-tanda pada grade 2
ditambah dengan adanya abses yang dalam dengan atau tanpa terbentuknya
drainase dan terdapat osteomyelitis. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh
bakteri yang agresif yang mengakibatkan jaringan menjadi nekrosis dan luka
tembus sampai ke dasar tulang, oleh karena itu diperlukan hospitalisasi/perawatan
di rumah sakit karena ulkus yang lebih dalam sampai ke tendon dan tulang serta
terdapat abses dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat 4 : Ulkus dengan gangren pada 1-2 jari kaki. Derajat 4 ditandai dengan
adanya gangren pada satu jari atau lebih, gangren dapat pula terjadi pada sebagian
ujung kaki. Perubahan gangren pada ekstremitas bawah biasanya terjadi dengan
salah satu dari dua cara, yaitu gangren menyebabkan insufisiensi arteri. Hal ini
menyebabkan perfusi dan oksigenasi tidak adekuat. Pada awalnya mungkin
terdapat suatu area focal dari nekrosis yang apabila tidak dikoreksi akan
menimbulkan peningkatan kerusakan jaringan yang kedua yaitu adanya infeksi
atau peradangan yang terus-menerus. Dalam hal ini terjadi oklusi pada arteri
digitalis sebagai dampak dari adanya edema jaringan lokal.
Derajat 5 : Ulkus dengan gangren luas seluruh kaki. Derajat 5 ditandai dengan
adanya lesi/ulkus dengan gangren-gangren diseluruh kaki atau sebagian tungkai
bawah. Sebagian besar penderita ulkus kaki diabetik datang dan rawat inap di
rumah sakit dengan kategori ulkus derajat 2, 3, 4 dan 5 (Decroli, dkk dalam
Waspadji, 2009). Hal tersebut dikarenakan pada derajat 2, 3, 4, dan 5 sudah
menunjukkan tanda-tanda ulkus yang serius dan membutuhkan perawatan yang
komprehensif.
7
d. Klasifikasi PEDIS
Klasifikasi muthakhir dianjurkan oleh International Working Group on Diabetic
Foot (klasifikasi PEDIS 2003).
P : Perfusi terganggu
1. Tidak ada gangguan perfusi
2. Ada perifer arterial disease tetapi tak kritis
3. Ishemia yang membuat perfusi kaki kritis
I : Infeksi
1 : tak ada tanda infeksi
2 : Infeksi di kulit
3 : Eritema > 2 cm, infeksi subcutan. Tidak ada infeksi sistemik
4 : Infeksi sistemik
S : Sensasi
1. Tak ada gangguan sensasi
2. Ada gangguan sensasi
Dengan klasifikasi PEDIS akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih
dominan, vaskular, infeksi, atau neuropatik, sehingga arah pengelolaan pun dapat
tertuju dengan lebih baik (Waspadji, 2009).
8
berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati pada penderita DM berupa
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer tungkai bawah terutama kaki,
akibat perfusi jaringan bagian distal tungkai berkurang.
DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hyperplasia
membran basalis arteri) pembuluh darah besar dan kapiler, sehingga aliran darah
jaringan tepi ke kaki terganggu dan nekrosis yang mengakibatkan ulkus diabetik.
Peningkatan HbA1C menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen oleh
eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan sirkulasi dan kekurangan oksigen
mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya menjadi ulkus.
posisi serta benda yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas
terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung.
Penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita kaki diabetes berisiko
untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui (Brunner, 2001)
Ulkus Diabetikum akibat mikroangipati atau disebut juga ulkus panas yang
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan teraba hangat oleh peradangan
dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangipati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara emboli memberikan gejala klinis 5P yaitu
Pain (nyeri), Paleness ( kepucatan), Parasthesia ( Kesemutan), Pulselessness ( denyut
nadi hilang), paralysis (Lumpuh) (Smeltzer & Bare, 2001)
1) Inspeksi meliputi kulit dan otot. Inspeksi pada kulit yaitu status kulit seperti
warna, turgor kulit, pecah-pecah; berkeringat; adanya infeksi dan ulserasi; ada
kalus atau bula; bentuk kuku; adanya rambut pada kaki. Inspeksi pada otot
seperti sikap dan postur dari tungkai kaki; deformitas pada kaki membentuk
clawtoe atau charcot joint; keterbatasan gerak sendi; tendon; cara berjalan;
kekuatan kaki.
4) Pengukuran alas kaki meliputi bentuk alas kaki yang sesuai dan nyaman, tipe
sepatu dan ukurannya.
11
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui status klinis pasien,
yaitu: pemeriksaan glukosa darah baik glukosa darah puasa atau sewaktu,
glycohemoglobin (HbA1c), Complete blood Count (CBC), urinalisis, dan lain-
lain.
c.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium
untuk mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan
kuman penyebabnya.
infeksi berat yang bersifat Life threatening infection dapat diberkan beberapa
alternative antibiotika seperti berikut : Ampicillin+ Aztreonam, Piperacillin+
Vancomycin, Vancomycin + Metronbidazole ceftazidime, Imipenem atau
Fluoroquinolone+vancomycin+ Metronidazole (Ningsih, 2014). Pada nfeksi
berat pemberian antibiotic diberikan selama dua minggu atau lebih.
2) Pembedahan
Debridemen menjadi salah satu tindakan pembedahan yang terpenting
dalam perawatan luka. Debridemen adalah suatu tindakan untuk membuang
jaringan nekrosis, kalus, dan jaringan fibrotic. Jaringan mati yang dibuang
sekitar dua sampa 3 mm dari tepi luka kejaringan sehat. Debridemen
meningkatkan pengeluaran fajktor pertumbuhan yang membantu proses
penyembuhan luka ( Stillman dalam Ningsih, 2014). Metode debridemen yang
sering dilakukan yaitu surgical, Autolitik, Enzymatik, Kimia, Mekanis dan
biologis. Metode surgical, Autolitik dan kimia hanya membuang jaringan
nekrosis ( Debridemen selektif), sedangkan metode mekanis mebuang jaringan
nekrosis dan jaringan hidup (debridemen non-selektif) (Jones dalam
Ningsih,2014). Surgical debridement merupakan standar baku pada ulkus
diabetic dan metode yang paling efisien, khususnya pada luka yang banyak
terdapat jaringan nekrosis atau terinfeksi. Pada kasus dimana infeksi telah
merusak fungsi kaki atau membahayakan jiwa pasien, amputasi diperlukan
untuk memungkinkan control infeksi dan penutupan luka selanjutnya.
3) Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
penyembuhan luka. Adanay anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh
dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan
pertahankan albumin diatas 3.5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan
selulitis atau gangrene diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi
protein 20%, lemak 20% dan karbihidrat 60%.
4) Perawatan luka
13
Menurut Doenges, Moorhouse, Geissler (1999) Secara garis besar asuhan keperawatan
pada pendarahan ulkus diabetik terdiri dari lima tahap yaitu:
1. Pengkajian keperawatan
2. Diangnosa keperawatan
3. Rencana keperawatan
4. Pelaksanaan keperawatan
5. Evaluasi keperawatan.
2. 1 Pengkajian
Data dasar yang ada pada saat pengkajian pasien perdarahan ulkus diabetik:
a. Identitas
b. Aktivitas/ Istirahat
Pasien dengan DM, menunjukkan gejala lemah, nyeri atau kelemahan pada otot,
tidak mampu beraktivitas atau bekerja. Tanda yang ditunjukkan adalah peningkatan
15
denyut jantung/ nadi pada aktivitas yang minimal, penurunan kekuatan dan rentang
gerak sendi, depresi, gangguan konsentrasi, penurunan inisiatif atau ide, Letargi.
c.Sirkulasi
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala diantaranya Nyeri pada bagian ekstremitas bawah. Tandanya ialah Wajah
meringis dengan palpitasi
16
k.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala yang muncul adalah riwayat penyakit keluarga DM, penyakit jantung, strok,
hipertensi, TB, Kanker, pankreatitis, Tiroiditis.
2.2 Diagnosa
2.3 Intervensi
4. Kolaborasi
pemberian analgesik
4. Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan ROM aktif
Fisik berhubungan keperawatan selama 3X24 2. anjurkan dan bantu
dengan adanya ulkus jam tidak terjadi hambatan klien duduk ditempat
diabetic mobilitas fisik dengan tidur sesuai toleransi
kriteria hasil 2. atur posisi setiap 2
1. Aktivitas fisik meningkat jam sekali
2. ROM normal 3. fasilitasi penggunaan
3. Klien bisa melakukan alat bantu
aktivitas 4. dorong keluarga
4. Kebersihan diri klien untuk membantu
terpenuhi walau dibantu memenuhi activity daily
perawat atau keluarga living klien
2.4 Implementasi
h. Membantu klien untuk mengidentifikasi resiko, atau masalah dan menggali pilihan
yang tersedia.
2. 5 Evaluasi
BAB 3. PATHWAY
Diabetes mellitus
Poliuri,
polidipsi
Hiperglikemia
Neuropati
Gangguan
Gangrene mobilitas fisik
Daftar Pustaka
Abidin, B. N. 2017. Uji Antibakteri Fraksi N-Heksana, Etil Asetat dan Etanol Ekstrak
Jintan Hitam (Nigella Sativa) Terhadap Zona Hambat Bakteri Ulkus Diabetikum
Secara In Vitro. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
http://repository.ump.ac.id/4598/3/BAKHTIAR%20NOOR%20ABIDIN%20BA
B%20II.pdf
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan
untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3,
Alihbahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M. Jakarta: EGC
Hariani, L. & Perdanakusuma, D.S. 2012. Perawatan Ulkus Diabetes. Vol. 1 No. 1.
Jurnal Rekonstruksi dan Estetik. Surabaya: Universitas Airlangga.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/02.%20Perawatan%20Ulkus%20Diabetes.pdf
Kartika, R.W. 2017. Pengelolaan Gangren Kaki Diabetik. Vol. 44 No. 1. Continuing
Medical Education. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana.
Langi & Yuanita,A. 2011. Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu.
Jurnal Biomedika. Vol 3 No. 1 hal:97
Mustafa., I.A., Purnomo, W., Umbul, C.W. 2016. Determinan Epidemiologis Kejadian
Ulkus Kaki Diabetik Pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUD Dr. Chasan
Boesoirie dan Diabetes Center Ternate. Vol. 3 No. 1. Jurnal Wiyata
LAMPIRAN
1. Apakah ada perbedaan ulkus berdasarkan tipe DM nya? Jika iya, mohon
jelaskan (Marda Aditya Supardiyan)
Jawab : sebenarnya antara tipe DM itu tidak ada perbedaan ulkus karena
ulkus merupakan bentuk komplikasi akut atau yang paling parah dari
DM berhubungan dengan hormone insulin . entah itu DM tipe 1, 2
maupun DM gestasional bentuk ulkus kaki pada semua penderitanya.
2. Penanganan lain ulkus diabetik selain yang dijelaskan itu apakah
ada?misalnya saja amputasi (Gevin Yensya NIM 16-131)
Jawab: ada, amputasi dilakukan saat ulkus pada kaki pasien sudah
mencapai grade atau derajat yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut, biasanya kalo berdasar edmons itu grade 6 dan wagner itu grade 5.
Amputasi diperlukan dilakukan saat dimana infeksi telahmerusak fungsi
kaki atau membahayakan jiwa pasien.amputasi dilakuakn untuk
memungkinkan control infeksidan penutupan luka selanjutnya
3. Apakah setelah amputasi mungkin ulkus akan kembali terjadi? Kemudian
jelaskan penanganan lanjutan untuk kaki setelah diamputasi (Vitalia
Putri Pradana NIM 16-185)
Jawab: amputasi itu dilakukan pada bagian kaki yang sehat atau bagian
yang sudah tidak terinfeksi ulkus jadi tidak mungkin lagi terjadi ulkus
penyebaran ulkus lagi pada bagian kaki setelah operasi. Namun ulkus
mungkin saja terjadi jika perwatan luka yang diberikan tidak baik dan
control pola makan klien juga salah. Untuk penanganan lanjutan saat
amputasii akan dilakukan pentupan luka dengan kulit sehingga luka akan
segera sembuh. Perlu juga dilakuakn diet diet pada pasien agar gula darah
pasien tidak naik dan memperparah kondisi penyakit.