DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gagal Nafas” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Tugas ini dibuat guna memenuhi tugas yang merupakan salah satu standar atau
kriteria penilaian dari Mata Kuliah Keperawatan Kritis yang diberikan secara
berkelompok.
Kami menyusun makalah ini berdasarkan beberapa sumber buku yang telah
kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti oleh pembaca.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat batuan dari
kerjasama berbagai anggota kelopok dan berbagai pihak. Oleh karena itu kami
sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara
maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari kekurangan kami sebagai manusia biasa dan oleh karena
keterbatasan sumber referensi yang kami miliki sehinggah kiranya dalam makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan baik itu dalam penyusunan maupun
isinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari Ibu
dosen pembibing ataupun pihak-pihak lain dan sesama teman mahasiswa untuk dapat
menambahkan sesuatu yang kiranya dianggap masih kurang atau memperbaiki
sesuatu yang dianggap salah dalam tulisan ini.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk
lebih memperluas wawasan kita.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................................2
A. KESIMPULAN............................................................................................................22
B. SARAN.........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal napas terjadi bilamana
pertukaran oksigen terhadap karbon
dioksida dalam paru-paru tidak dapat
memelihara laju konsumsi oksigen (O2)
dan pembentukan karbon dioksida (CO2)
dalam sel-sel tubuh. Hal ini mengakibatkan
tekanan oksigen arteri kurang dari 50
mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbon dioksida lebih besar dari 45
mmHg (Hiperkapnia). Walaupun kemajuan
teknik diagnosis dan terapi intervensi telah
berkembang dengan pesat, namun gagal
napas masih menjadi penyebab angka
kesakitan dan kematian yang tinggi di ruang
perawatan intensif (Brunner& Suddarth,
2002).Gagal nafas dapat disebabkan oleh
bermacam-macam penyakit baik akut
maupun kronik yang menjadi akut kembali
(acut on chronic) menurut (Muhardi, 2001).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
A. DEFENISI GAGAL NAPAS
Gagal nafas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi
hipoksemia, jiperkapnea (peningkatan konsentrasi karbondioksida arteri), dan
asidosis menurut ( Arif Muttaqin, 2008).
Pada gagal napas hipoksemia, nilai PO2 arterial yang rendah tetapi nilai
PaC02 normal atau rendah. Kadar PaC02 tersebut yang membedakannya
dengan gagal napas hiperkapneu, yang masalah utamanya pada hipoventilasi
alveolar. Gagal napas hipoksemia lebih sering di jumpai pada gagal napas
hiperkapneu.
Gagal napas akut terjadi dalam hitungan menit hingga jam, yang ditandai
dengan perubahan hasil analisa gas darah yang mengancam jiwa. Terjadi
peningkatan kadar PaC02. Gagal napas akut timbul pada pasein yang
keadaan parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum
awitan penyakit timbul.
Gagal napas kronik terjadi dalam beberapa hari. Biasanya terjadi pada pasein
dengan penyakit paru kronik, seperti bronkhitis kronik dan emfisema. Pasien
akan mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapneu yang
memburuk secara bertahap.
C. ETIOLOGI GAGAL NAFAS
Etiologi dari gagal napas menurut Rizki Ahmad Fauzi, S.Kep (2016) Yaitu :
c) Efusi pleura
d) Trauma
Tanda dan gejala gagal napas menurut Rizki Ahmad Fauzi, S.Kep. 2016. Yaitu :
a) Tanda
Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga
serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
b) Gejala
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal
nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali
kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan
yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi
tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal
10-20 ml/kg). Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat
pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode
postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat
agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkanatau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opioid. Pnemonia atau dengan penyakit paru-
paru dapat mengarah ke gagal nafas akut menurut Rizki Ahmad Fauzi, S.Kep
(2016).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG GAGAL NAFAS
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien gagal nafas menurut (Ayu Dewa,
2017) yaitu :
Batuk yang tidak adekuat, penggunaan otot bantu napas, dan pulsus
paradoksus dapat menandakan risiko terjadinya gagal napas
Disapnue dapat terjadi akibat usaha bernapas, reseptor vagal, dan stimuli
kimia akibat hipoksemia atau hiperkapnia.
Kesadaran berkabut dan somnolen dapat terjadi pada kasus gagal napas.
Mioklonus dan kejang dapat terjadi pada hipoksemia berat. Polisitemia
merupakan komplikasi lanjut dari hipoksemia. Hipertensi pulmoner
biasanya terdapat pada gagal napas kronik. Hipoksemia alveolar yang
disebabkan oleh hiperkapnia menyebabkan konstriksi arteriol pulmoner
menurut (Ayu Dewa. 2017).
2) Pemeriksaan Lab
Tabel: Nilai penentuan pada pemeriksaan gas darah arteri pasien gagal nafas
menurut Bakhtiar (2013)
ARF 7.24 60 50 24
CRF 7.35 60 50 34
A/CRF 7.28 70 50 34
Dari tabel di atas, kolom paling kanan menunjukkan gagal nafas yang harus
dilakukan intubasi endotrakeal atau trakeostomy dan bantuan ventilasi. Fisioterapi,
oksigenasi dan monitoring ketat perlu dilakukan pada gawat nafas sehingga pasien
tidak jatuh ke tahap gagal nafas. Kesemuanya ini hanyalah merupakan pedoman saja,
yang paling penting adalah mengetahui keseluruhan keadaan pasien dan mencegah
agar pasien tidak mengalami gagal nafas menurut Ayu Dewa (2017).
1) Hipoksia Jaringan
3) Henti Napas
4) Henti Jantung
Penanganan yang diberikan pada pasien dengan gagal napas menurut Rizki Ahmad
Fauzi, S.Kep (2016) Yaitu :
1) Terapi Medis
3) Inhalasi nebulizer
Terapi cairan dan eletrolit harus dikontrol dan dimonitor dan kelak
pemberian yang berlebihan karena kebanyakan kasus gagal nafas selalu
diikuti oleh edema paru menurut (Rizki Ahmad Fauzi, S.Kep. 2016)..
3) Medikamentosa
d) Medikasi lain
5) Fisiotherapi
6) Monitor X-ray
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fisik
Batuk yang tidak adekuat, penggunaan otot bantu napas, dan pulsus
paradoksus dapat menandakan risiko terjadinya gagal napas.
1) B1 (Breathing)
2) B2 (Blood)
Takikardia
Akral dingin
Pucat
CRT > 3 detik
Denyut nadi lemah
3) B3 (Brain)
Pusing
Sakit kepala
Kesadaran menurun
Tekanan darah tidak stabil
4) B4 ( Bladder)
Oliguria
5) B5 (Bowel)
Lemah
Sulit bergerak
Bed rest
2. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1 Ganguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi
2 Gangguan perfusi jaringan perifer b/d kurang pengetahuan dengan proses
penyakit
3 Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b/d hipertensi
4 Retensi urine b/d sumbatan saluran perkemihan
5 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan diet kurang
6 Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kendali otot
3. Intervensi Keperawatan
3. Tekanan parsial
karbondioksida di darah
arteri (PACO2)
dipertahankan ke deviasi 1
ditingkatkan ke deviasi 2
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gagal nafas bisa disebabkan karena depresi sistem saraf pusat, kelainan
neurologis primer, efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks, trauma atau
penyakit akut paru. Gagal nafas merupakan diagnosa klinis, namun dengan adanya
analisa gas darah (AGD), gagal nafas dipertimbangkan sebagai kegagalan fungsi
pertukaran gas yang nyata dalam bentuk kegagalan oksigenasi (hipoksemia) atau
kegagalan dalam pengeluaran CO2 (hiperkapnia, kegagalan ventilasi) atau
merupakan kegagalan kedua fungsi tersebut.
B. SARAN
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Karmiza. 2017. Posisi Lateral Kiri Elevasi Kepala 30 Derajat Terhadap Nilai
Tekanan Parsial Oksigen (Po2) Pada Pasien Dengan Ventilasi Mekanik. Padang:
Jurnal Ners. Volume 9 (1) diakses pada tanggal 1 April 2020