GADAR KARDIOPULMONAL
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
DOSEN PEMBIMBING :
Dr.D.P.Era, Sp.KMB
GADAR KARDIOPULMONAL
DISUSUN OLEH:
PROGRAM STUDI :
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gaawat Darurat
Kardiopulmonal mengenai “Manajemen Kegawatan Gagal Nafas Akut Respiratory
Failure” tepat pada waktunya.
Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, begitu juga halnya
dengan kami. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, baik dari segi penulisan maupun isi. Kamipun menerima dengan lapang dada
kritikan maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki diri.
Demikian makalah ini saya buat, mohon maaf bila ada salah penulisan ataupun hal
yang menyinggung dalam penulisan makalah ini. Semoga segala upaya kami dalam
membuat makalah ini bisa bermanfaat.
Terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Kelompok 2
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................iv
A. Kesimpulan ...........................................................................................................................9
B. Saran ...................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Gagal nafas adalah ketidakmampuan alat pernafasan untuk mempertahankan
oksigenasi didalam darah dengan atau tanpa penumpukan CO2. Terdapat 6 sistem
kegawatan salah satunya adalah gagal nafas yang menempati urutan pertama. Hal ini
dapat dimengerti karena apabila terjadi gagal nafas waktu yang tersedia terbatas
sehingga memerlukan ketepatan dan kecepatan dalam bertindak. Untuk itu harus
dapat mengenal tanda-tanda dan gejala gagal nafas dan menanganinya dengan cepat
walaupun tanpa menggunakan alat yang canggih.
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah
gagal nafas yang timbul pada pasien yang memiliki struktural dan fungsional paru
yang normal sebelum awitan penyakit muncul. Sedangkan gagal nafas kronis adalah
gagal nafas yang terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronis seperti bronkitis
kronis,emfisema. Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap.
Gagal nafas dapat diakibatkan oleh kelainan pada paru, jantung, dinding dada,
otot pernafasan dan mekanisme pengendalian sentral ventilasi di medula oblongata.
Meskipun tidak dianggap sebagai penyebab langsung gagal nafas, disfungsi dari
jantung, sirkulasi paru, sirkulasi sistemik, transport oksigen hemoglobin dan disfungsi
kapiler sistemik mempunyai peran penting pada gagal nafas. Gagal nafas penyebab
terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas
atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernafasan terletak di bawah batang
otak(pons dan medulla).
Gagal nafas merupakan diagnosa klinis, namun dengan adanya analisa gas
darah(AGD), gagal nafas dipertimbangkan sebagai kegagalan fungsi pertukaran gas
yang nyata dalam bentuk kegagalan oksigenasi( hipoksemia) atau kegagalan dalam
pengeluaran CO2 (hiperkapnia, kegagalan ventilasi) atau merupakan kegagalan kedua
fungsi tersebut
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin membahas mengenai:
1. Apa saja patofisiologi gagal napas akut?
2. Apa saja manifestasi klinis gagal napas akut?
3. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gagal napas akut?
4. Bagaimana tindakan keperawatan pada gagal napas akut?
III. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Memahami patofisiologi gagal napas akut
2. Memahami manifestasi klinis gagal napas akut
3. Mengetahui diagnose keperawatan gagal napas akut
4. Memahami tindakan keperawatan pada gagal napas akut
BAB II
PEMBAHASAN
D. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi klinis campuran hipoksemia arteri dan hipoksemia jaringan:
a. Dispneu ( takpineu, hipeventilasi )
b. Perubahan status mental , cemas, bingung, kejang
c. Asidosis laktat diakibatkan kerena penumpukan laktat yang terlalu
banyak dalam tubuh akibat terlalu banyak mengonsumsi alkohol
d. Pernapasan cepat dan dangkal
e. Sianosis distal dan sentral ( mukosa, bibir )
f. Peningkatan simpatis, takikardia yang menandakan upaya jantung untuk
memberikan lebih banyak lagi oksigen kepada sel dan organ vital ,
diaforesis
g. Peningkatakn hipertensi paru mengacu pada tekanan darah tinggi
dipembuluh darah yang membawa darah keparu-aru. Tekanan darah
dibagian lain dari tubuh normal atau kadang-kadang bahkan rendah.
Kondisi ini mungkin disebabkan oleh hal-hal seperti kondisi paru-paru
( misalnya emfisema, bronkitis kronis )
h. Hipotensi, brakikardia, iskemik miokard, infark, anemia, hingga gagal
janutng dapat terjadi pada hipoksia berat (Arifputera 2014)
2. Manifestasi klinis hiperkapnia
a. Bila kadar PCO2 yang cukup tinggi dalam alveolus menyebabkan PO2
alveolus dari arteri turun yang disebabkan oleh gangguan di dinding
dada, otot pernapasan, atau batang otak yang ditandai dengan penurunan
kesadaran , gelisah, dipsneu ( takipneu, bradipneu ), tremor, bicara
kacau, sakit kepala, dan papil edema.
k. Prioritas Keperawatan
Mempertahankan/meningkatkan respirasi
Mencegah komplikasi
Memberikan informasi tentang proses/prognosis dalam pengobatan
yang diberikan.
Mendukung control aktif klien terhadap kondisi kesehatannya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif B.d benda asing dalam jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas B.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Pola napas tidak efektif B.d penurunan ekspansi paru dan depresi pusat
pernapasan
4. Nyeri akut B.d sakit kepala dan produksi asam laktat
5. Perfusi perifer tidak efektif B.d menurunnya suplai O2 dalam darah
6. Ansietas B.d ancaman kematian/ketergantungan pada dukungan ventilator
C. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) : Manajemen nyeri (I. 08238) :
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
keperawatan selama 3x24 jam - lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pasien tingkat nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil: - Identifikasi respon nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Ekspresi meringis - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
3. Sikap protektif menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
4. Tampak gelisah menurun - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
5. Kesulitan tidur menurun - Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- Bila OPA yang dipilih terlalu besar dapat menyumbat laring dan
menyebabkan trauma pada struktur laring.
- Bila OPA terlalu kecil atau tidak dimasukkan dengan tepat dapat
menekan dasar lidah dari belakang dan menyumbat jalan napas.
- Masukkan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya trauma
jaringan lunak pada bibir dan lidah.
b. Nasopharyngeal Airway (NPA)
Panjang nasal airway dapat diperkirakan sebagai jarak antara
lubang hidung ke lubang telinga, dan kira-kira 2-4 cm lebih panjang dari
oral airway. Disebabkan adanya resiko epistaksis, nasal airway tidak
boleh digunakan pada pasien yang diberi antikoagulan atau anak dengan
adenoid. Juga, nasal airway jangan digunakan pada pasien dengan
fraktur basis cranii. Setiap pipa yang dimasukkan melalui hidung (nasal
airway, pipa nasogastrik, pipa nasotrakheal) harus dilubrikasi. Nasal
airway lebih ditoleransi daripada oral airway pada pasien dengan
anestesi ringan.
Bingham, Robert. 2008. Airway Management. Pediatr Clin North Am. North America
Dewi, Ayu. 2017. Diagnosis dan Penatalaksanaan Gagal Napas Akut. FK Universitas
Udayana. Denpasar
Sianturi, Melly. 2021. Manajemen Kegawatan Gagal Napas Akut Respiratory Failure.
Poltekkes Kemenkes Kaltim. Samarinda
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: PPNI
Trisna, dkk. 2010. Makalah Sistem Respirasi Gagal Napas Akut. STIKes Tri Mandiri Sakti.
Bengkulu