Disusun Oleh :
Kelompok 2
PENDAHULUAN
1.4. Tujuan
Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Respiratory Failure
1.5. Manfaat
Makalah asuhan keperawatan pada pasien respiratory failure ini diharapkan bisa
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang ilmu keperawatan khususnya
penyakit sisitem pernafasan gagal nafas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan
oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang
adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997 )
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran
oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada
kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon
dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50
mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
2.2 Etiolgi
2.2.1 Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2.2.4 Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari
hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah
pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang
mendasar
2.4 Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana
masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya
normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbu
Gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).
Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara
bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeadaan asalnya. Pada
gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
2.7 Pencegahan
Saat mengalami gagal napas, penderita kondisi gawat tersebut perlu mendapatkan
bantuan pernapasan melalui: Terapi oksigen untuk meningkatkan kadar oksigen dalam
darah. Pemberian oksigen bisa melalui selang hidung atau kanul nasal serta masker
oksigen.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
b. Pemeriksaan Fisik
1. Air Way
a) Peningkatan sekresi pernafasan.
b) Bunyi nafas krekles ronki dan mengi.
2. Breathing
a) Distress pernafasan : pernafasan cupping hidung, takipneu/bradipneu
retraksi.
b) Menggunakan otot aksesori pernafasan.
c) Kesulitan bernafas : diaphoresis, sianosis.
3. Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardi.
b) Sakit kepala.
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk.
d) Papiledema.
e) Penurunan haluan urine.
c. Keadaan Umum
Kaji tentang kesadara klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara
bicara. Denyut nadi, frekuensi nafas yang meingkat, penggunaan otot-otot
bantu pernafasan, sianosis.
1. B1 (Breathing)
Inspeksi
Kesulitan bernafas tampak dalam perubahan irama dan frekuensi
pernafasan. Keadaan normal frekuensi pernafasan 16-20x/menit
dengan amplitude yang cukup besar. Jika seseorang bernafas
lambat dan dangkal, itu menunjukan adanya depresi pusat
pernafasan. Penyakit akut paru sering menunjukan frekuensi
pernafasan > 20x/menit atau karena penyakit sistemik seperti
sepsis, perdarahan, syok, dan gangguan metabolic seperti diabetes
militus.
Palpasi
Perawat harus memerhatikan pelebaran ICS dan penurunan taktil
fremitus yang menjadi penyebab utama gagal nafas.
Perkusi
Perkusi yang dilakukan dengan saksama dan cermat dapat
ditemukan daerah redup- sampai daerah dengan daerah nafas
melemah yang disebabkkan oleh peneballan pleura, efusi pleura
yang cukup banyak, dan hipersonor, bila ditemukan
pneumothoraks atau emfisema paru.
Auskultasi
Auskultasi untuk menilai apakah ada bunyi nafas tambahan seperti
wheezing dan ronki serta untuk menentukan dengan tepat lokasi
yang didapat dari kelainan yang ada.
2. B2 (Blood)
Monitor dampak gagal nafas pada status kardovaskuler meliputi
keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan CRT.
3. B3 (Brain)
Pengkajian perubahan status mental penting dilakukan perawat
karena merupakan gejala sekunder yang terjadi akibat gangguan
pertukaran gas. Diperlukanan pemeriksaan GCS unruk
menentukan tiingkat kesadaran.
4. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin perlu dilakukan karena berkaitan
dengan intake cairan. Oleh karena itu, perlu memonitor adanya
oliguria, karena hal tersebut merupaka tanda awal dari syok.
5. B5 (Bowel)
Pengkajian terhadap status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi
dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhanya. Pada klien
sesak nafas potensial terjadi kekurangan pemenuhan nutrisi, hal ini
karena terjadi dipnea saat makan, laju metabolism, serta
kecemasan yang dialami klien.
6. B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstermitas, tremor, tanda-tanda infeksi pada
ekstermitas, turgon kulit, kelembaban, pengelupasan atau bersik
pada dermis/ integument.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel
tubuh yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal. Gagal nafas akut dapat
disebabkan oleh kelainan intrapulmonal dan ektrapulmonal. Secara umum terdapat
empat dasar mekanisme gangguan pertukaran gas pada sistem pernafasan yaitu
hipoventilasi, ketidakseimbangan ventilasi atau perfusi, pintasan darah kanan ke kiri,
gangguan difusi. Kelaianan ektrapulmoner menyebabkan hipoventilasi sedangkan
kelainan intrapulmoner dapat meliputi seluruh mekanisme tersebut.
Berdasarkan pada pemeriksaan AGD, gagal nafas dapat dibagi menjadi 3
tipe. Tipe I merupakan kegagalan oksigenasi atau hypoxaemia, Tipe II yaitu
kegagalan ventilasi atau hypercapnia, Tipe III adalah gabungan antara kegagalan
oksigenasi dan ventilasi ditandai dengan hipoksemia dan hiperkarbia penurunan
PaO2 dan peningkatan PaCO2. Diagnosis gagal nafas dapat diketahui dari anamnesis
dan gejala klinis, pemeriksaan fisik, serta penunjang. Penatalaksanaan Gagal Nafas
terdiri dari penatalaksaan suportif/non spesifik dan kausatif/spesifik. Umumnya
dilakukan secara simultan antara keduanya.
4.2 Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi
untuk menunjang proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
4. Behrendt C.F. (2000). Acute Respiratory Failure in the United States: Incidence
and 31-day survival. Chest, Volume 118, Number 4, p 1100-1105.