Anda di halaman 1dari 13

I.

KONSEP DASAR PENYAKIT ASMA BRONKIAL


A. Pengertian
Asma adalah penyakit yang terjadi akibat adanya penyempitan saluran
pernafasan sementara waktu sehingga sulit bernafas (Hasdianah, 2014).
Asma bronchial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversible yang
terjadi oleh karena bronkus yang bersifat hiperaktif mengalami kontaminasi
dengan antigen (Rab, 2010).
Asma bronchial adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempian ini bersifat berulang namun reversible,
dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi
yang lebih normal (Price, 2006).

B. Etiologi
Menurut Hasdianah, 2014 penyebab penyakit asma ini dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Faktor Intrinsik
a. Psikologis
Rangsangan psikologis dapat mencetuskan suatu serangan asma ,
karena rangsangan tersubut dapat mengaktivasi sistem parasimpatis yang
diaktifkan oleh emosi, rasa takut dan cemas. Karena rangsangan
parasimpatis ini juga dapat mengaktifkan otot polos bronkious, maka
apapun yang meningkatkan aktivitas parasimpatis dapat mencetuskkan
asma. Dengan demikian individu yang mengalami asma mungkin
mendapat serangan akkibat gangguan emosinya.
b. Kegiatan jasmani
Asma yang timbul karna bergerak badan atau olahraga terjadi bila
seseorang mengalami gejala-gejala asma selama atau setelah
berolahragaatau melakukan gerak badan. Pada saat penderita sedang
istirahat, ia bernafas melalui hidung. Sewaktu udara masuk  melalui
hidung udara dipanaskan dan menjadi lembab. Saat melakukan gerak
badan, pernafasan terjadi melalui mulut, nafasnya semakin cepat dan
volume udara yang dihirup semakin banyak, hal ini lah yang
menyebabkan otot yang peka disaluran pernafasan mengencang sehingga
sauran udara menjadi lebih sempit, yang menyebabkan bernafas menjadi
lebih sulit sehingga terjadilah gejala asma.
2. Faktor Ekstrinsik
a. Alergen
Merupakan factor pencetus asma yang sering dijumpai. debu,
bulu, polusi udara dan sebagainya yang dapat menimbukan serangan
asma pada penderita yang peka.
b. Obat-obatan
Obat-obatan yang sering mencetuskan serangan asma adalah
reseptor beta, atau biasanya disebut dengan beta-blocker.
c. Factor Lingkungan
Cuaca lembab serta hawa gunung sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak menjadi dingin sering merupakan factor
provokatif untuk serangan. Kadang-kadang asma berhubungan
dengan satu musim. Lingkungan lembab, apalagi disertai banyaknya
debu rumah atau berkembangnya virus infeksi saluran pernafasan,
merupakan pencetus serangan asmayang perlu diwaspadai.

C. Klasifikasi
Derajat asma menurut (Amin 2013:40)
1.    Intermiten : Gejala kurang dari 1 kali / minggu dan serangan
singkat    
2.   Persisten ringan : Gejala lebih dari satu kali /minggu tapi kurang dari 1x
sehari
3.   Persisten Sedang : Gejala terjadi setiap hari.
4. Persisten berat : Gejala terjadi setiap hari dan seranga terjadi sering.

D. Patofisiologi
Menurut Naga, 2012 Secara umum, allergen menimbulkan reaksi yang hebat
pada mukosa bronkus yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hyperemia, serta
sekresi lender putih yang tebal. Mekanisme reaksi ini telah diketahui dengan baik,
tetapi sangat rumit. Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk
allergen yang spesifik, akan membuat antibody terhadap allergen yang dihirup
tersebut. Antibodi yang merupakan imunoglobin jenis IgE ini kemudian melekat
dipermukaan sel mast pada mukosa bronkus. Sel mast tersebut tidak lain adalah
basofil yang kita gunakan pada saat menghitung leukosit.
Bila satu molekul IgE terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu
permukaan allergen, maka sel mast tersebut akan memisahkan diri dan
melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus. Salah satu
contohnya adalah histamine dan prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga
terdapat reseptor beta-2 adrenergik, sedangkan pada jantung mempunyai reseptor
beta-1.
Apabila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat antiasma salbutamol, maka
pelepasan histamine akan terhalang. Tidak hanya itu, aminofilin obat antiasma
yang sudah terkenal, juga menghalangi pembebasan histamine. Pada mukosa
bronkus dan dalam darah tepi, terdapat banyak eosinofil. Adanya eosinofil dalam
sputum dapat dengan mudah terlihat.
Pada mulanya fungsi eosinofil di dalam sputum tidak dikenal, tetapi baru-baru
ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula eosinofil terdapat enzim yang dapat
menghancurkan histamine dan prostaglandin. Jadi eosinofil ini memberikan
perlindungan terhadap serangan asma
Pathway

Infeksi Merokok Polusi Alergen Genetik

Masuk saluran
pernapasan

Iritasi mukosa saluran
pernapasan

Reaksi inflamasi

Hipertropi dan hiperplasia
mukosa bronkus
Produksi sputum

meningkat
Metaplasia sel globet

Pola nafas tidak efektif ↓
Batuk
Penyempitan saluran

pernapasan
Bersihan jalan
Penurunan nafas tidak
ventilasi efektif
↓ Obstruksi
Supply O2 ↓ Gangguan
menurun Penyebaran udara ke pertukaran gas
↓ alveoli
Kelemahan ↓
↓ Vasokontriksi pembuluh
Intoleran darah paru-paru
aktivitas ↓
Supply oksigen berkurang

Sesak nafas

Gangguan pola
Kebutuhan tidur tidak
tidur
efektif

(Brunner & Suddarth, 2002)

E. Manifestasi klinis
1. Batuk berdahak .
2. Dispnea – pernafasan labored
3. Mengi , dengan makin besarnya obstruksi mengi dapat hilang yang sering
menjadi pertanda bahaya gagal nafas.
4. Pernafasan lambat : lebih susah dan panjang dibandingkan inspirasi.
5. Retraksi otot-otot bantu pernafasan.
6. Berkeringat
7. Takikardia.
8. Pelebaran tekanan nadi
9. Pembesaran vena leher.
10. Auskultasi suara nafas : wheezing (+)

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
ü Gambaran darah tepi: Menunjukkan leukositosis (15.000 – 40.000/mm3 )
ü Analisa gas darah : Menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi co2
ü darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik)
ü sputum(eosinofil,spiral Curshman, kristal Charcot –Leyden).
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks : Menunjukkan terdapat bercak- bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus.
3. Lain –Lain
ü Tes fungsi paru : Untuk mengetahui fungsi paru , menetapkan luas
beratnya penyakit , mendiagnosis keadaan .
ü Spirometri statik : Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.

G. Penatalaksanaan
Menurut (Muttaqin, 2008) penatalaksanaan pada pasien asma bronchial yaitu :
1. Pengobatan Farmakologi
a. Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aerosol,
bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b. Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta
agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c. Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak
memberikan respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian
steroid dalam jangka yang lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat
pencegah asma khusunya untuk anak-anak.
e. Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer ditentukan
dengan cara Berat badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu
Pulmicord ( budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg/ dosis), Ventolin
( beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400 μg / dosis, NaCl 2 ml, Bisolvon
larutan (Putri & Sumarno, 2013).
2. Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) dapat
dilakukan dengan melakukan terapi nebulizer dan batuk efektif
a. Batuk Effektif.
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan secret secara maksimal.. Tujuan membantu membersihkan
jalan nafas., Indikasi :Produksi sputum yang berlebih , Pasien dengan
batuk yang tidak efektif .
b. Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi
paru. Posisi ini mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi paru.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada pasien asma bronkial menurut Wijaya & Putri
(2013) dan Priscilla, Karen, Gerene (2016) meliputi :
1. Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll
2. Informasi dan diagnosa medik yang penting
3. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita penyakit asma sebelumnya,
menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosi pada ujung jari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat
tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas
2) Sesak setelah melakukan aktivitas / menhadapi suatu krisis emosional
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga yang mengalami asma, riwayat keluarga positif
menderita penyakit alergi, seperti rinitis alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-
lain
4. Pemeriksaan fisik : tingkat distres yang tampak ,tanda-tanda vital, kecepatan
pernapasan dan ekskursi, suara napas di seluruh lapang paru, nadi apikal.
5. Pemeriksaan diagnostik meliputi volume ekspirasi paksa, kecepatan aliran
ekspirasi puncak, gas darah.
6. pola gordon
1)  Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
– Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan
otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta)
– Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara
tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi
– Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
2) Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur, kualitas dan kuantitas
jam tidur
3) Pola nutrisi – metabolic
– Berapa kali makan sehari
– Makanan kesukaan
– Berat badan sebelum dan sesudah sakit
– Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4) Pola eliminasi
– Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
– Nyeri
– Kuantitas
5) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
6) Pola konsep diri
– Gambaran diri
– Identitas diri
– Peran diri
– Ideal diri
– Harga diri
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
7) Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
8) Pola peran hubungan
– Hubungan dengan anggota keluarga
– Dukungan keluarga
– Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9) Pola nilai dan kepercayaan
– Persepsi keyakinan
– Tindakan berdasarkan keyakinan
B. Diagnosa keperawatan
1. Bershihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler
C. Perencanaan
N Diagnosa Noc Nic Rasional
o
1 Bershihan jalan Setelah diberika intervensi NIC :
nafas tidak efektif keperawatan salama 1X24 jam, Airway Management
berhubungan diharapkan pasien mampu
dengan sekresi menunjukkan : – Membantu pasien mempermudah
yang tertahan Noc : – Buka jalan nafas, jalan nafas
Respiratory status ; Airway mengunakan teknik chin – Posisi yang nyaman dapat membantu
patency lift atau jaw thrust bila mempermudah dalam bernafas
- dipertahanan pada (...) perlu.
–   Untuk menentukan tindakan yang
- ditingkatkan pada (...) – Posisikan pasien semi tepat pada jalan nafas pasien
1. berat fowler untuk
– Agar jalan nafas pasien efektif
2. cukup memaksimalkan ventilasi
– Suara tambahan mengidentifikasi
3. sedang – Identifikasi pasien perlunya
adanya kelain pada pernafasan
4. ringan pemasangan alat jalan nafas
buatan – untuk mengoptimalkan keseimbangan
5. tidak ada
cairan
Dengan kriteria hasil : – Keluarkan sekret dengan
- frekuensi pernafasan batuk atau suction – mengetahui perkembangan pola nafas
- irama pernafasan pasien
–       Auskultasi suara nafas,
- Kedalaman inspirasi catat adanya suara
- kemampuan untuk tambahan
mengeluarkan sekret – Atur intake cairan
– Monitor respirasi dan
status O2

2 Pola nafas tidak Setelah diberika intervensi NIC :


efektif keperawatan salama 1X24 jam, Airway Management
berhubungan diharapkan pasien mampu
dengan hambatan menunjukkan : – Membantu pasien mempermudah jalan
upaya nafas Noc : – Buka jalan nafas, nafas
  Respiratory status; mengunakan teknik chin – Posisi yang nyaman dapat membantu
lift atau jaw thrust bila mempermudah dalam bernafas
perlu
– Untuk menentukan tindakan yang tepat
Ventilation – Posisikan pasien untuk pada jalan nafas pasien
memaksimalkan ventilasi – Agar jalan nafas pasien efektif
– Identifikasi pasien perlunya – Suara tambahan mengidentifikasi
- dipertahanan pada (...)
pemasangan alat jalan nafas adanya kelain pada pernafasan
- ditingkatkan pada (...)
buatan – untuk mengoptimalkan keseimbangan
1. berat
2. cukup – Keluarkan sekret dengan cairan
3. sedang batuk atau suction
4. ringan – Auskultasi suara nafas,
5. tidak ada catat adanya suara
Dengan kriteria hasil : tambahan
- frekuensi pernafasan – Atur intake cairan
- irama pernafasan – Monitor respirasi dan status
- Kedalaman inspirasi O2 – mengetahui perkembangan pola nafas
- suara perkusi nafas pasien
- tes faal paru Oxygen therapy – untuk membebaskan jalan nafas
– Bersihkan mulut, hidung – membantu memperbaiki pola
dan secret trakea pernafasan
– Pertahankan jalan nafas – peralatan oksigen yang tepat dapat
yang paten membantu memperlancar pola nafas
– Atur peralatan oksigenisasi – aliran oksigen yang adekuat dapat
– Monitor aliran oksigen mencegah terjadinya hipoksia
– Pertahankan posisi
pasien

3 Gangguan Setelah diberika intervensi Nic: Respiratory Monitoring – Mengetahui adekuatnya jalan nafas
pertukaran gas keperawatan salama 1X24 jam, – Observasi frekuensi, dan meningkatnya kerja pernafasan
berhubungan diharapkan pasien mampu kedalaman pernafasan,catat – Mengetahui indikasi hipoksia
dengan perubahan menunjukkan : penggunaan otot bantu – Menentukan keseimbangan asam
alveolus-kapiler Noc : nafas,nafas basa ,dan kebutuhan oksigen
  Respiratory status; gas bibir,ketidakmampuan – Menambah suplai O2 sehingga
exchange bicara/ berbincang meningkatkan pertukaran gas
– Observasi tingkat – Mengoptimalkan kontraksi diafragma
kesadaran – Memfasilitasi pernafasan yang dalam
- dipertahanan pada (...)
– Monitor AGD sehingga O2 yang masuk lebih banyak
- ditingkatkan pada (...) – atur pemberian oksigen – Meningkatkan diameter jalan nafas
1. berat – Beri posisi duduk(fowler) sehingga mengurangi kerja pernafasan
2. cukup – Dorong nafas dalam – Mengetahui adekuatnya suplai O2 ke
3. sedang perlahan atau nafas bibir paru-paru dan jaringan
4. ringan sesuai kemampuan – Mempertahankan suplai O2 saat terjadi
5. tidak ada – Beri bronkodilator sesuai gagal nafas
Dengan kriteria hasil : therapy
- tekanan parsial oksigen di
– Observasi tanda vital, dan
darah arteri (PaO2)
warna membrane mukosa
- tekanan parsial karbondioksida
kulit
di darah arteri (PaCO2)
- pH arteri
– Kolaboratif tindakan
intubasi dan ventilasi
- saturasi oksigen
mekanik bila perlu
Daftar Pustaka

Mansjoer Arif ,dkk (2000) . Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid 1.Jakarta : Media
Aesculapius.

Lynda Juall Carpenito ,(1998). Diagnosa Keperawatan Ed. 6. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth ,(2001) Keperawatan Medikal Bedah . Ed 8. Jakarta : EGC

Silvia A Price ,(1995) . Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Jilid 2 .Ed 8. Jakarta : EGC

Bidang Pelayanan Keperawatan RSUP Sanglah (2007) .Standar Asuhan Keperawatan


Penyakit Dalam .

Anda mungkin juga menyukai