PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ascites atau asites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut (abdomen).
Cairan itu terjadi karena berbagai penyakit kronis yang mendasarinya. Penyakit kronis
yang paling sering adalah penurunan fungsi liver yang kronis (sirosis hati). Kanker yang
menyebarkan ke dalam rongga perut. Keluhan yang dirasakan pada penderita dengan
asites ini sangat bergantung pada jumlah cairan asitesnya, bila cairan masih sedikit tidak
ada keluhan, tetapi bila cairan sudah dalam jumlah banyak mulai timbul keluhan yakni
rasa perut berat, rasa penuh pada perut, sesak napas dan tegang permukaan perut.
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya asites ini cukup sederhana yakni dengan
pemeriksaan fisik tangan seorang dokter biasanya sudah ketahuan, bila asitesnya sangat
sedikit dengan bantuan alat USG baru terdeteksi. Pengobatan ini adalah dengan cara
dikeluarkan cairan tersebut sekaligus dilakukan analisa cairan asites untuk mendeteksi
sel, kultur kuman dan analisa kimia (kadar protein-nya). Cara mengeluarkan cairan asites
adalah dengan fungsi ( dialirkan cairan dari dalam perut dengan bantuan jarum suntik).
Pengobatan defenitif adalah dengan mengobati penyakit yang mendasari terjadinya asites.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Kelebihan Cairan
Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny. M Dengan Kelebihan Cairan Pada Abdomen :
Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes.
b. Menyusun diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan
Kelebihan Cairan Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu
Kabupaten Brebes.
c. Menyusun rencana intervensi Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan
Kelebihan Cairan Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu
Kabupaten Brebes.
1
d. Melakukan implementasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Kelebihan
Cairan Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu Kabupaten
Brebes.
e. Menyusun evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Kelebihan Cairan
Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes.
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan
Kelebihan Cairan Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu
Kabupaten Brebes.
C. Pengumpulan Data
Perawat akan menggunakan hasil wawancara, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
serta hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnosis untuk membuat data dasar pengkajian
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Defenisi
Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal
abdomen. Asites biasanya merupakan tanda dari proses penyakit kronis yang mungkin
2.2 Penyebab
Asites cendrung terjadi pada penyakit menahun (kronik). Paling sering terjadi pada
sirosis, terutama yang di sebabkan oleh alkoholisme. Asites juga bias terjadi pada penyakit
non-hati, seperti kanker, gagal jantung, gagal ginjal dan tuberculosis. Pada penderita pentakit
hati, cairan merembes dari permukaan hati dan usus. Hal ini dipengaruhi oleh factor-faktor
sebagai berikut:
a. Hipertensi Portal
d. Perubahan dalam berbagai hormone dan bahan kimia yang mengatur cairan tubuh
Penyebab asites:
1. Kelainan di Hati
c. Hepatitis menahun
3
a. Gagal Jantung
c. Perikarditis Konstriktiva
f. Peradangan pancreas
2.3 Gejala
Jika jumlah cairan yang terkumpul tidak terlalu banyak, biasanya tidak menunjukkan
gejela. Jumlah cairan yang sangat banyak bias menyebabkan pembengkakkan perut dan rasa
Jumlah cairan yang sangat banyak, menyebabkan perut tegang dan pusar menjadi datar,
bahkan terdorong keluar. Pada beberapa penderita, pergelangan kaki juga membengkak
(edema)
2.4 Pengelompokan
Shifting dullness
undulasi.
a. Asites Eksudat:
4
tuberculosis) dan proses keganasan. Eksudat merupakan cairan tinggi Protein,
LDL, PH rendah(<7,3), rendah kadar gula, disertai peningkatan sel darah putih.
3. Pankreatitis
4. Serositis
5. Sindrom Nefrotik
b. Asite Tramnsudat
Terjadi pada sirosis akibat hipertensi porta, ginjal, juga terdapat pada konstriksi
protein rendah(<30g/L), rendah LDH, PH tinggi, kadar gula normal dan sel darah
1. Sirosis Hepatis
2. Gagal jantung
4. Pericarditis kontruktif
5. Kwasiokor
5
Gambar 2.1
Gamabar 2.2
Gambar 2.3
2.5 Patofisologi
6
Asites dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, diantaranya :
kongestif.
b. Penurunan tekanan osmotik koloid : Penyakit hati stadium lanjut dengan gangguan
a. Peningkatan tekanan portal yang diikuti oleh perkembangan aliran kolateral melaui
dari permukaan hati (liver) dan mengumpul di rongga perut (abdominal cavity).
b. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises esopahagus, maka kadar plasma
protein dapat menurun, sehingga tekanan koloid osmotic menurun pula, kemudian
terjadilah asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali normal, maka
asitesnya akan menghilang walaupun hipertensi portal tetap ada (Sujono Hadi).
7
ginjal pun menurun. Hal ini meningkatkan aktifitas plasma renin sehingga aldosteron
terutama natrium, dengan peningkatan aldosteron maka terjadi retensi natrium yang
c. Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam serum. Pada
keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu fungsinya, maka
koloid osmotic juga berkurang. Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah
2.6 DIAGNOSIS
Riwayat Penyakit
Perut membesar pertama kali diketahui penderita dari ukuran ikat pinggang dan
pakaian yang semakin besar, timbulnya hernia abdominal dan inguinal, atau pembesaran
abdomen setempat. Distensi perut yang progressive umumnya diikuti perasaan menekan atau
tegang pada pinggang dan nyeri pada pinggang bawah. Nyeri local umumnya berasal dari
keterlibatan suatu organ abdomen (misalnya bendungan pasif hati, lien yang membesar atau
tumor colon). Nyeri tidak umum terdapat pada asites, umumnya terdapat pada pankreatitis,
hepatoseluler carcinoma atau peritonitis. Asites yang besar atau tumor abdomen dapat
mengakibatkan heart burn dan keluhan indigesti akibat reflux gastroesofageal atau dispnea,
ortopnea ,dan takipnea akibat diafragma yang tinggi. Pleural effusi yang terjadi bersamaan
pada umumnya terletak di kanan, diakibatkan kebocoran cairan asites melalui suatu celah di
diafragma. Penderita perlu ditanyakan tentang riwayat intake alcohol, riwayat sakit kuning
8
Pemeriksaan Fisik
Eritema palmaris dan spider naevi memberi petunjuk adanya sirosis, adenopati
Inspeksi abdomen sangat penting peranannya. Dengan melihat kontur abdomen ,dapat
dibedakan pembesaran local atau diffus dari abdomen. Distensi abdomen yang tegang,
pinggang yang membonjol kesamping, umbilicus yang menonjol merupakan tanda khas
adanya asites. Venektasi dengan arah aliran darah menjauhi umbilicus merupakan tanda
hipertensi portal, sedangkan arah aliran darah dari bawah menuju umbilicus menunjukkan
obstruksi vena cava inferior, sedangkan pada obstruksi vena cava superior arahnya dari atas
menuju umbilicus. Obstruksi usus dan obstruksi pylorus dapat diketahui dengan melihat
adanya suatu kontur dari massa. Massa noduler di kuadran kanan atas yang ikut bergerak
Auskultasi dapat menunjukkan adanya obstruksi usus, bruit dan friction rub terdapat
pada hepatoseluler carcinoma. Bising vena merupakan tanda hipertensi portal atau
meningkatnya aliran kolateral di hati. Gelombang cairan, pekak samping dan pekak pindah
merupakan tanda adanya cairan di pertitoneum. Untuk jumlah cairan asites yang sedikit dapat
dideteksi dengan posisi penderita menyangga pada tangan dan kaki. Jumlah cairan yang
Perkusi abdomen harus dapat membedakan pembesaran perut local dengan diffus,
memperkirakan ukuran hati dan tanda adanya udara bebas akibat perforasi usus.
Palpasi pada keadaan asites massif sulit dilakukan, metode ballottement dipergunakan
untuk menilai hati dan lien. Hepar dengan konsistensi lunak menunjukkan obstruksi
menunjukkan suatu tumor. Nodul keras disekitar umbilicus (Sister Mary Joseph’s Nodule)
9
Pulsasi hati disertai asites sering terdapat pada insufisiensi trikuspidal.
retroperitoneum. Nyeri local menunjukkan adanya abses, regangan peritoneum visceral atau
nekrosis tumor. Rectal touché dan pemeriksaan pelvis dapat menunjukkan adanya massa
Foto polos abdomen, USG, CT scan diperlukan sesuai keadaan. Pemeriksaan dengan barium
fisik biasa.
c. Derajat 3: Gross or large with marked distension, biasanya dengan nyeri atau perasaan
tidak nyaman
Pemeriksaan Penunjang
Untuk memeriksa warna, kadar protein, hitung dan keganasan. Asites biasanya
berwarna kekuningan pada sirosis, kemerahan pada keganasan dan keruh pada infeksi.
sitology bias menegakkan diagnosis keganasan. Pada pabkreatitis juga bias terjadi
b. USG Abdomen
Digunakan untuk mengukur ukuran hati (kecil pada sirosis), tanda-tanda hipertensi
portal (splenomegaly), dan lebarnya vena portal dan vena hepatica (untuk
10
diseminata) dan untuk diagnosis tumor intra abdomen (misalnya tumor ovarium)
c. Tes Darah
Tes biokimia dan tes fungsi hati untuk mencari penanda sirosi hepatis (kadar albumin
penanda tumor jika ada dugaan keganasan (terutama fetoprotein untuk hepatoma, CA
Elevasi diafragma pada 80% paisen asites, tetapi lateral hepar terdorong ke sisi medial
medial dinding abdomen (Hellmer Sign). Terdapat akumulasi cairan dalam rongga
rectovesical dan menyebar pada fossa paravesikal, menghasilkan densitas yang sama
pada kedua sisi kandung kemih. Gambar ini di sebut “dog’s ear” atau “mickey
mouse” appearance. Ceacum dan colon ascenden tampak terletak lebih ke medial dan
properitoneal fat line terdorong lebih ke lateral merupakan gambaran yang tampak
e. Ultrasonografi
keganasaan.
f. CT Scan
Asites minimal dapat diketahui dengan jelas pada pemeriksaan CT Scan. Cairan asites
dalam jumlah sedikit akan terkumpul di ruang perihepatik sebelah kanan. Ruang
11
2.7 Teknik pemeriksaan Asites
Asites atau cairan berlebih dalam tubuh pada tempat yang tidak semestinya bisa ada dimana
saja, termasuk abdomen. Untuk pemeriksaan cairan di abdomen, dapat dilakukan dengan 4
cara, yaitu Shifting Dullness, knee chest position, teknik gelombang cairan, dan pudle sign
a. Shifting Dullness
Pasien diminta berbaring dan membuka baju Lakukan perkusi dari umbilikus ke
sisi lateral Apabila terdapat perubahan suara dari timpani ke redup, tandai tempat
terjadinya perubahan suara tersebut Minta pasing miring ke arah kontralateral dari
Minta pasien tidur telengkup dan menungging (bertumpu pada tangan dan lutut.
Lakukan perkusi dari dari lateral ke medial Perhatikan perubahan bunyi dari
timpani ke redup.
Minta pasien berbaring telentang dan meletakkan kedua tangan di atas perut
sambil menekan Letakkan tangan pemeriksa di kedua sisi perut pasien. Tangan
kiri mendorong perut pasien dan tangan kanan mencoba merasakan getarannya.
d. Pudle sign
Minta pasien dalam posisi menungging (knee chest position) Letakkan stetoskop
pada bagian terendah dari abdomen Ketuk perut pasien dan dengarkan melalui
12
stetoskop.
1. Melakukan perkusi dengan Tes suara redup berpindah: Setelah menandai batas suara
timpani dan redup, minta penderita miring ke salah satu sisi tubuh dilakukan perkusi
2. Melakukan palpasi dengan Tes Undulasi: Minta asisten menekan kedua tangan pada
midline abdomennya (kanan kiri). Ketuklah satu sisi abdomen dengan jari dan rasakan
pada sisi yang lain dengan tangan yang lain, adanya getaran yang diteruskan cairan
asites.
13
Tinggi(>or = 1,1 g/dl) Rendah ( <1,1 g/dl)
Billier
Jantung
2.8 Penatalaksanaan
Peritonitis Bakterialis: diberikan antibiotic, pada asites dengan kadar protein renah
Pada Keganasan: obati keganasan yang menjadi penyebab (paling sering kanker
2. asites transudat:
melakukan:
a. restriksi cairan dan garam, biasanya cukup dengan retriksi cairan samapai 1-
furosemide.
c. Parasentesis terapeutik untuk asites refrakter ( yaitu asites yang tidak merespon
terhadap terapi diuretic atau mengalami efek samping yang tidak bias dihindari
tungkai, derajat child B ( pada sirosis hepatis), protmbin >40%, billirubuin serum
14
<10, tromboit >40.000, serum kreatinin <3
3. Obat
Kombinasi spironolakton dan furosemide sangat efektif untuk mengatasi asites dalam
waktu singkat. Dosis awal untuk sporonolakton adalah 1-3 mg/kg/24 jam dibagi 2-4
dosis dan furosemide sebesar 1-2 mg/kgBB/dosis 4 kali/ hari, dapat ditingkatkan
samapi 6 mg/kgBB/dosis.
Pada asites yang tidak memberikan respon dengan pengobatan diatas dapat dilakukan
cara berikut:
a. Parasentesis
4. Paracenmtesis
Pengambilan cairan untuk mengurangi asites massif yang aman untuk anak adalah
sebesar 50% cc/kg BB. Disarankan pemberian 10g albumin intervena tiap 1 liter
keseimbangan elektrolit.
5. Monitoring
Rawat inap diperlukan untuk memantau peningkatan berat badan serta pemasukan
dengan monitoring pemasukan (diet, kadar natrium dalam obat dan cairan infus) dan
badan. Keberhasilan manajemen pasien dengan asites tanpa edema perifer adalah
15
keseimbangan Na negatif dengan penurunan berat badan sebesar 0,5 kg per hari.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Alat
Alat yang dugunakan oleh penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
a. Laptop
c. Printer
d. Alat Tulis
16
e. Flasdisk
f. Kertas A4
3.2 Bahan
Bahan-Bahan untuk pembuatan karya tulis ilmiah didapatkan dari buku-buku yang
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah yaitu” Asites ” yang dapat berasal dari tex book
atau internet.
BAB IV
PEMBAHASAN
4. 1 Trigger
Ny S, 50 tahum dating ke RSI Siti Rahmah Padang untuk berobat dengan keluhan
nyeri pada daerah perut. Nyeri yang dirasakan 2 minggu lalu seperti melilit dengan frekuensi
nyeri yang terus menerus dan akan terasa sangat nyeri bila beraktivitas berat dan berkurang
jika istirahat. Semakin lama perut tampak membesar dan nyeri jika ditekan, perut terasa
tidak enak dan sering merasakan sebah. Keluhan lain yang dirasakan adalah demam sejak tiga
hari yang lalu, dengan frekuensi demamnya hilang timbul, demam dirasakan menjelang
17
malam hari, pasien juga mengluh mual dan muntah dan BAK nyeri dan berwarna pekat
seperti air teh demam jika menjelang malam. Pasien juga mengeluh telapak kaki yang mulai
membengkak. Pasien sudah pernah berobat ke dokter umum namun belum ada perubahan.
4.2 Penyelesian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
2. Anamnesis
18
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan nyeri perut melilit
,nyerinya terus menerus,sangat nyeri sekali apabila beraktifitas berat dan nyerinya berkurang
jika istirahat.Semakin lama perut tampak membesar dan nyeri jika ditekan,perut terasa tidak
enak dan sering merasakan sebah.Keluhan lain yang dirasakan seperti badannya demam sejak
tiga hari yang lalu,demamnya hilang timbul,dirasakan demam jika menjelang malam
hari,Selain itu pasien merasakan mual dan muntah yang dirasakan tiga hari yang
lalu bersamaan dengan demamnya,semakin mual setelah makan yang baru terisi dan muntah
apabila perut terasa sebah sekali.Buang air kecil dalam sehari 2x dan merasakan nyeri jila
kencing,serta air kencingnya seperti teh yang pekat.Semenjak diopname dirumah sakit belum
merasakan kentut dan buang air besar.Pasien merasakan telapak kaki kirinya bengkak dan
nyeri,semakin lama bengkaknya ke telapak kaki kanan.Sudah berobat ke dokter namun tidak
ada perubahan.
a. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis
a. Keluarga tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis.
b. Keluarga tidak ada yang pernah mengalami penyakit hati atau penyakit kuning.
19
3. Pemeriksaan Fisik Diagnostik
KU : Baik
BB :45kg
TB :162 cm
b. Pemeriksaan kepala
c. Pemeriksaan Leher:
d. Pemeriksaan Thorax:
Inspeksi : Simetris pergerakan dinding dada, tidak ada ketinggalan gerak, ictus
20
cordis terlihat,spider nervi (+)
Palpasi : Fremitus (normal), ictus cordis kuat angkat. Ketinggalan gerak (-),
krepitasi(-)
e. Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi : Perut tampak membesar (asites), kulit perut tampak tegang, caput
f. Pemeriksaan Ekstremitas
Tungkai : (-)
Wbl 5,56
PLT 101/ul
HBS Ag :-
21
SGPT :55 u/l, N : 5-40 u/l.
USG Abdomen :-
asites
Pemeriksaan urin rutin : ISK= Keruh, PH(basa), bakteri, nitrit, leukosit, protein.
5. Diagnosa
Sirosis Hepatis
6. Diagnosa Banding
-Sirosis Hepatis
-Hepatitis A
-Hepatitis B
-Hepatitis C
-Hepatitis Lifosa
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ascites atau asites adalah meningkatanya jumlah cairan intra peritoneal. Penyebab
ascites ini adalah adanya gangguan hati yang paling kronis tetapi dapat juga disebabkan oleh
penyakit lain. Tingkat ascites dapat ditentukan oleh semikuantitatif sebagai berikut: Grade 1:
bila terdeteksi dengan pemeriksaan fisik yang sangat menyeluruh. Grade 2: mudah
diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik biasa tetapi dalam jumlah minimal cairan. Grade 3:
dapat dilihat tanpa pemeriksaan fisik khusus tetapi tidak tegang permukaan perut. Grade 4:
asites permagna. Seseorang dengan asites biasanya memiliki penyakit hati yang berat. Asites
akibat penyakit hati disebabkan oleh tekanan tinggi dalam pembuluh darah hati (hipertensi
portal) dan tingkat albumin yang rendah. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan perut
bengkak, atau perut. Test untuk mengevaluasi hati dapat dilakukan, termasuk: 24-jam koleksi
urin, Kreatinin dan elektrolit, Tes fungsi ginjal, Enzim hati, bilirubin, koagulasi,serum protein
23
DAFTAR PUSTAKA
3) Bakta I Made, Suastika I ketut, 1999, Gawat Darurat Didalam Penyakit Dalam,
4) Prof. Dr Soemoharjo, Soewignjo, 2002, Hepatitis Virus B Edisi 2,Halaman 29, EGC:
Jakarta
5) http://www.artikelkeperawatan.info/materi-kuliah-ascites-atu-asites-167.html
6) http://www.scribd.com
7) http://www.dragung.com/2013/02/asites-perut-bengkak.html
24