Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ascites atau asites adalah penumpukan cairan dalam rongga perut (abdomen).
Cairan itu terjadi karena berbagai penyakit kronis yang mendasarinya. Penyakit kronis
yang paling sering adalah penurunan fungsi liver yang kronis (sirosis hati). Kanker yang
menyebarkan ke dalam rongga perut. Keluhan yang dirasakan pada penderita dengan
asites ini sangat bergantung pada jumlah cairan asitesnya, bila cairan masih sedikit tidak
ada keluhan, tetapi bila cairan sudah dalam jumlah banyak mulai timbul keluhan yakni
rasa perut berat, rasa penuh pada perut, sesak napas dan tegang permukaan perut.
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya asites ini cukup sederhana yakni dengan
pemeriksaan fisik tangan seorang dokter biasanya sudah ketahuan, bila asitesnya sangat
sedikit dengan bantuan alat USG baru terdeteksi. Pengobatan ini adalah dengan cara
dikeluarkan cairan tersebut sekaligus dilakukan analisa cairan asites untuk mendeteksi
sel, kultur kuman dan analisa kimia (kadar protein-nya). Cara mengeluarkan cairan asites
adalah dengan fungsi ( dialirkan cairan dari dalam perut dengan bantuan jarum suntik).
Pengobatan defenitif adalah dengan mengobati penyakit yang mendasari terjadinya asites.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Kelebihan Cairan
Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny. M Dengan Kelebihan Cairan Pada Abdomen :
Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes.
b. Menyusun diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan
Kelebihan Cairan Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu
Kabupaten Brebes.
c. Menyusun rencana intervensi Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan
Kelebihan Cairan Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu
Kabupaten Brebes.

1
d. Melakukan implementasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Kelebihan
Cairan Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu Kabupaten
Brebes.
e. Menyusun evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Kelebihan Cairan
Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes.
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan
Kelebihan Cairan Pada Abdomen : Asites Di Ruang Kresna RSUD Bumiayu
Kabupaten Brebes.

C. Pengumpulan Data
Perawat akan menggunakan hasil wawancara, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,

serta hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnosis untuk membuat data dasar pengkajian

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Defenisi

Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal

abdomen. Asites biasanya merupakan tanda dari proses penyakit kronis yang mungkin

sebelumnya bersifat subklinis.

2.2 Penyebab

Asites cendrung terjadi pada penyakit menahun (kronik). Paling sering terjadi pada

sirosis, terutama yang di sebabkan oleh alkoholisme. Asites juga bias terjadi pada penyakit

non-hati, seperti kanker, gagal jantung, gagal ginjal dan tuberculosis. Pada penderita pentakit

hati, cairan merembes dari permukaan hati dan usus. Hal ini dipengaruhi oleh factor-faktor

sebagai berikut:

a. Hipertensi Portal

b. Menurunya Kemampuan pembuluh darah untuk menahan cairan

c. Tertahanya Cairan oleh ginja

d. Perubahan dalam berbagai hormone dan bahan kimia yang mengatur cairan tubuh

Penyebab asites:

1. Kelainan di Hati

a. Sirosis Hati teruma yang disebabkan oleh alkoholisme

b. Hepatitis Alkoholik tanpa Sirosis

c. Hepatitis menahun

d. Penyumbatan Vena Hepatik

2. Kelainan Di luar Hati

3
a. Gagal Jantung

b. Gagal Jantung Terutama Sindrom Nefrotik

c. Perikarditis Konstriktiva

d. Karsinomatosis, dimana kanker menyebar ke rongga perut

e. Berkurangnya aktivitas tiroid

f. Peradangan pancreas

2.3 Gejala

Jika jumlah cairan yang terkumpul tidak terlalu banyak, biasanya tidak menunjukkan

gejela. Jumlah cairan yang sangat banyak bias menyebabkan pembengkakkan perut dan rasa

tidak nyaman, juga sesak nafas.

Jumlah cairan yang sangat banyak, menyebabkan perut tegang dan pusar menjadi datar,

bahkan terdorong keluar. Pada beberapa penderita, pergelangan kaki juga membengkak

(edema)

2.4 Pengelompokan

Betdasarkan jumlah tingkatan:

a. Grade 1: Sedang, hanya tampak pada pemeriksaan USG

b. Grade 2: Dapat terdeteksi dengan pemeriksaan Puddle sign dan

Shifting dullness

c. Grade 3: Tampak dari pemeriksaan inspeksi, dapat dikonfirmasikan dengan tes

undulasi.

Secara Klinis dikelompokkan menjadi Eksudat dan Transudat:

a. Asites Eksudat:

Biasanya terjadi pada proses peradangan (biasanya infektif, misalny pada

4
tuberculosis) dan proses keganasan. Eksudat merupakan cairan tinggi Protein,

LDL, PH rendah(<7,3), rendah kadar gula, disertai peningkatan sel darah putih.

Beberapa penyebab dari asites Eksudat:

1. Keganasan ( primer maupun metastase)

2. Infeksi ( tuberculosis maupun peritonitis bacterial spontan)

3. Pankreatitis

4. Serositis

5. Sindrom Nefrotik

b. Asite Tramnsudat

Terjadi pada sirosis akibat hipertensi porta, ginjal, juga terdapat pada konstriksi

pericardium dan sindron nefrotik. Transudate merupakan cairan dengan kadar

protein rendah(<30g/L), rendah LDH, PH tinggi, kadar gula normal dan sel darah

putih kurang dari 1 sel per 1000mm3.

Beberapa penyebab dari asites transudatif:

1. Sirosis Hepatis

2. Gagal jantung

3. Penyakit vena oklusif

4. Pericarditis kontruktif

5. Kwasiokor

5
Gambar 2.1

Gamabar 2.2

Gambar 2.3

2.5 Patofisologi

6
Asites dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, diantaranya :

a. Peningkatan tekanan hidrostatik : Sirosis, oklusi vena hepatika (sindrom Budd-

Chiari), obstruksi vena cafa infefrior, perikarditis konstriktif, penyakit jantung

kongestif.

b. Penurunan tekanan osmotik koloid : Penyakit hati stadium lanjut dengan gangguan

sintesis protein, sindrom nefrotik, malbutrisi, protein loosing enteropahty.

c. Peningkatan permeabilitas kalpiler peritoneal : Peritonitis TB, peritonitis bakteri,

penyakit keganasan pada peritoneum.

d. Kebocoran cairan di cavum peritoneal : Bile ascites, pancreatic ascites (secondary to a

leaking pseudocyst), chylous ascites, urine ascites. 

Terjadinya asites dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Peningkatan tekanan portal yang diikuti oleh perkembangan aliran kolateral melaui

lower pressure pathways. Hipertensi portal memacu pelepasan nitric oxide,

menyebabkan vasodilatasi dan pembesaran ruang intavaskuler. Tubuh berusaha

mengoreksi hipovolemia yang terdeteksi (perceived hypovolemia) ini dengan memacu

faktor-faktor antinatriuretik dan vasokonstriktor yang memicu retensi cairan dan

garam, dengan demikian mengganggu keseimbangan Starling forces yang

mempertahankan hemostasis cairan. Lalu, cairan itu mengalir (seperti berkeringat)

dari permukaan hati (liver) dan mengumpul di rongga perut (abdominal cavity).

b. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises esopahagus, maka kadar plasma

protein dapat menurun, sehingga tekanan koloid osmotic menurun pula, kemudian

terjadilah asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali normal, maka

asitesnya akan menghilang walaupun hipertensi portal tetap ada (Sujono Hadi).

Hipertensi portal mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi

7
ginjal pun menurun. Hal ini meningkatkan aktifitas plasma renin sehingga aldosteron

juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit

terutama natrium, dengan peningkatan aldosteron maka terjadi retensi natrium yang

pada akhirnya menyebabkan retensi cairan.

c. Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam serum. Pada

keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu fungsinya, maka

pembentukan albumin juga terganggu, dan kadarnya menurun, sehingga tekanan

koloid osmotic juga berkurang. Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah

dapat merupakan tandan kritis untuk timbulnya asites.

2.6 DIAGNOSIS

Riwayat Penyakit

Perut membesar pertama kali diketahui penderita dari ukuran ikat pinggang dan

pakaian yang semakin besar, timbulnya hernia abdominal dan inguinal, atau pembesaran

abdomen setempat. Distensi perut yang progressive umumnya diikuti perasaan menekan atau

tegang pada pinggang dan nyeri pada pinggang bawah. Nyeri local umumnya berasal dari

keterlibatan suatu organ abdomen (misalnya bendungan pasif hati, lien yang membesar atau

tumor colon). Nyeri tidak umum terdapat pada asites, umumnya terdapat pada pankreatitis,

hepatoseluler carcinoma atau peritonitis. Asites yang besar atau tumor abdomen dapat

mengakibatkan heart burn dan keluhan indigesti akibat reflux gastroesofageal atau dispnea,

ortopnea ,dan takipnea akibat diafragma yang tinggi. Pleural effusi yang terjadi bersamaan

pada umumnya terletak di kanan, diakibatkan kebocoran cairan asites melalui suatu celah di

diafragma. Penderita perlu ditanyakan tentang riwayat intake alcohol, riwayat sakit kuning

atau hematuria sebelumnya dan adanya perubahan bab.

8
Pemeriksaan Fisik

Eritema palmaris dan spider naevi memberi petunjuk adanya sirosis, adenopati

supraklavikula (Virchow’s node) memberi petunjuk adanya keganasan gastrointestinal.

Inspeksi abdomen sangat penting peranannya. Dengan melihat kontur abdomen ,dapat

dibedakan pembesaran local atau diffus dari abdomen. Distensi abdomen yang tegang,

pinggang yang membonjol kesamping, umbilicus yang menonjol merupakan tanda khas

adanya asites. Venektasi dengan arah aliran darah menjauhi umbilicus merupakan tanda

hipertensi portal, sedangkan arah aliran darah dari bawah menuju umbilicus menunjukkan

obstruksi vena cava inferior, sedangkan pada obstruksi vena cava superior arahnya dari atas

menuju umbilicus. Obstruksi usus dan obstruksi pylorus dapat diketahui dengan melihat

adanya suatu kontur dari massa. Massa noduler di kuadran kanan atas yang ikut bergerak

dengan pernapasan menunjukkan suatu keganasan di hati.

Auskultasi dapat menunjukkan adanya obstruksi usus, bruit dan friction rub terdapat

pada hepatoseluler carcinoma. Bising vena merupakan tanda hipertensi portal atau

meningkatnya aliran kolateral di hati. Gelombang cairan, pekak samping dan pekak pindah

merupakan tanda adanya cairan di pertitoneum. Untuk jumlah cairan asites yang sedikit dapat

dideteksi dengan posisi penderita menyangga pada tangan dan kaki. Jumlah cairan yang

sedikit kadang hanya dapat dideteksi dengan USG.

Perkusi abdomen harus dapat membedakan pembesaran perut local dengan diffus,

memperkirakan ukuran hati dan tanda adanya udara bebas akibat perforasi usus.

Palpasi pada keadaan asites massif sulit dilakukan, metode ballottement dipergunakan

untuk menilai hati dan lien. Hepar dengan konsistensi lunak menunjukkan obstruksi

ekstrahepatik, konsistensi kenyal menunjukkan sirosis, konsistensi keras dan noduler

menunjukkan suatu tumor. Nodul keras disekitar umbilicus (Sister Mary Joseph’s Nodule)

menunjukkan suatu metastase keganasan di pelvis atau gastrointestinal ke peritoneum.

9
Pulsasi hati disertai asites sering terdapat pada insufisiensi trikuspidal.

Massa yang tidak ikut bergerak pada pernafasan menunjukkan letaknya di

retroperitoneum. Nyeri local menunjukkan adanya abses, regangan peritoneum visceral atau

nekrosis tumor. Rectal touché dan pemeriksaan pelvis dapat menunjukkan adanya massa

karena tumor atau adanya infeksi.

Foto polos abdomen, USG, CT scan diperlukan sesuai keadaan. Pemeriksaan dengan barium

atau kontras lainnya digunakan untuk mencari tumor primer.

Derajat asites dapat ditentukan sebagai berikut :

a. Derajat 1: Mild, hanya dapat terdeteksi dengan ultrasonografi

b. Derajat 2: Moderate, symetrical distension, mudah diketahui demgam pemeriksaan

fisik biasa.

c. Derajat 3: Gross or large with marked distension, biasanya dengan nyeri atau perasaan

tidak nyaman

Pemeriksaan Penunjang

a. analisa cairan asites

Untuk memeriksa warna, kadar protein, hitung dan keganasan. Asites biasanya

berwarna kekuningan pada sirosis, kemerahan pada keganasan dan keruh pada infeksi.

Hitung leukosit adalah >250 PMN/mL pada peritonitis bakterialisis. Pemriksaan

sitology bias menegakkan diagnosis keganasan. Pada pabkreatitis juga bias terjadi

asites, jadi amylase haruus diukur

b. USG Abdomen

Digunakan untuk mengukur ukuran hati (kecil pada sirosis), tanda-tanda hipertensi

portal (splenomegaly), dan lebarnya vena portal dan vena hepatica (untuk

menyingkirkan dugaan thrombosis vena hepatica dan sindrom Budd-Chisri). Juga

bermanfaat untuk menemukan kelainan fokal (mengarahkan dugaan ke kegansan

10
diseminata) dan untuk diagnosis tumor intra abdomen (misalnya tumor ovarium)

c. Tes Darah

Tes biokimia dan tes fungsi hati untuk mencari penanda sirosi hepatis (kadar albumin

rendah, hiper billirubinemia, kenaikan enzim hati, trombositopenia dll). Pemeriksaan

penanda tumor jika ada dugaan keganasan (terutama fetoprotein untuk hepatoma, CA

125 untuk kanker ovarium).

d. Foto Thorax dan Foto Polos Abdomen (BOF)

Elevasi diafragma pada 80% paisen asites, tetapi lateral hepar terdorong ke sisi medial

medial dinding abdomen (Hellmer Sign). Terdapat akumulasi cairan dalam rongga

rectovesical dan menyebar pada fossa paravesikal, menghasilkan densitas yang sama

pada kedua sisi kandung kemih. Gambar ini di sebut “dog’s ear” atau “mickey

mouse” appearance. Ceacum dan colon ascenden tampak terletak lebih ke medial dan

properitoneal fat line terdorong lebih ke lateral merupakan gambaran yang tampak

pada lebih dari 90% pasien dengan asites

e. Ultrasonografi

1. Volume cairan asites kurang dari 5-10mL daoat terdeteksi.

2. Dapat membedakan penyebab asites oleh karena infeksi, inflamasi atau

keganasaan.

f. CT Scan

Asites minimal dapat diketahui dengan jelas pada pemeriksaan CT Scan. Cairan asites

dalam jumlah sedikit akan terkumpul di ruang perihepatik sebelah kanan. Ruang

subhepatic bagian posterior (Kantung Morison), dan kantung Douglas.

11
2.7 Teknik pemeriksaan Asites

Asites atau cairan berlebih dalam tubuh pada tempat yang tidak semestinya bisa ada dimana

saja, termasuk abdomen. Untuk pemeriksaan cairan di abdomen, dapat dilakukan dengan 4

cara, yaitu Shifting Dullness, knee chest position, teknik gelombang cairan, dan pudle sign

a. Shifting Dullness

Pasien diminta berbaring dan membuka baju Lakukan perkusi dari umbilikus ke

sisi lateral Apabila terdapat perubahan suara dari timpani ke redup, tandai tempat

terjadinya perubahan suara tersebut Minta pasing miring ke arah kontralateral dari

arah perkusi. Tunggu 30 - 60 detik Lakukan perkusi kembali pada daerah yang

ditandai tadi sampai terjadi perubahan bunyi dari redup ke timpani.

b. Knee chest position

Minta pasien tidur telengkup dan menungging (bertumpu pada tangan dan lutut.

Lakukan perkusi dari dari lateral ke medial Perhatikan perubahan bunyi dari

timpani ke redup.

c. Teknik gelombang cairan

Minta pasien berbaring telentang dan meletakkan kedua tangan di atas perut

sambil menekan Letakkan tangan pemeriksa di kedua sisi perut pasien. Tangan

kiri mendorong perut pasien dan tangan kanan mencoba merasakan getarannya.

d. Pudle sign

Minta pasien dalam posisi menungging (knee chest position) Letakkan stetoskop

pada bagian terendah dari abdomen Ketuk perut pasien dan dengarkan melalui

12
stetoskop.

Gambar 2.4 pemeriksaan asite

Untuk pemeriksaan ascites abdomen prosedur tambahannya:

1. Melakukan perkusi dengan Tes suara redup berpindah: Setelah menandai batas suara

timpani dan redup, minta penderita miring ke salah satu sisi tubuh dilakukan perkusi

lagi (Pada ascites batasnya tidak berubah).

2. Melakukan palpasi dengan Tes Undulasi: Minta asisten menekan kedua tangan pada

midline abdomennya (kanan kiri). Ketuklah satu sisi abdomen dengan jari dan rasakan

pada sisi yang lain dengan tangan yang lain, adanya getaran yang diteruskan cairan

asites.

2.7  Diagnosa Banding

Tipe asites sesuai SAAG

13
Tinggi(>or = 1,1 g/dl) Rendah ( <1,1 g/dl)

Tumor Peritoneum Asites Pancreas Asites

Billier

Sirosis Hepatis Alcohol Gagal TBC Peritoneum

Jantung

Gagal Hati Fluminan Sindrom Nefrotik

Trombosis Vena porta Obstruksi Usus

2.8 Penatalaksanaan

1. asites eksudat: obat penyakit yang mendasari

Peritonitis Bakterialis: diberikan antibiotic, pada asites dengan kadar protein renah

bias diberikan antibiotic profilaksis.

Pada Keganasan: obati keganasan yang menjadi penyebab (paling sering kanker

ovarium). Umumnya harus parasentesis terapeutik untuk mengurangi gejala.

2. asites transudat:

diberikan pengobatan untuk penyakit dasar dan dapat dipertimbangkan untuk

melakukan:

a. restriksi cairan dan garam, biasanya cukup dengan retriksi cairan samapai 1-

1,5/hari dan diet tanpa tambahan garam

b. pemberian diuretic, umunya digunakan spironolakton dengan atau tanpa

furosemide.

c. Parasentesis terapeutik untuk asites refrakter ( yaitu asites yang tidak merespon

terhadap terapi diuretic atau mengalami efek samping yang tidak bias dihindari

hiponatremia,ensefalopati dll). Indikasi parasentesis: asites permagna, ada edema

tungkai, derajat child B ( pada sirosis hepatis), protmbin >40%, billirubuin serum

14
<10, tromboit >40.000, serum kreatinin <3

3. Obat 

Kombinasi spironolakton dan furosemide sangat efektif untuk mengatasi asites dalam

waktu singkat. Dosis awal untuk sporonolakton adalah 1-3 mg/kg/24 jam dibagi 2-4

dosis dan furosemide sebesar 1-2 mg/kgBB/dosis 4 kali/ hari, dapat ditingkatkan

samapi 6 mg/kgBB/dosis.

Pada asites yang tidak memberikan respon dengan pengobatan diatas dapat dilakukan

cara berikut:

a. Parasentesis

b. Peritoneovenosus Shunt Leveen atau Denver

c. Ultrafiltrasi ekstrakorporal dari cairan asites dengan reinfus

4. Paracenmtesis

Pengambilan cairan untuk mengurangi asites massif yang aman untuk anak adalah

sebesar 50% cc/kg BB. Disarankan pemberian 10g albumin intervena tiap 1 liter

yang diaspirasi untuk mencegah penurunan volume plasma dan gangguan

keseimbangan elektrolit.

5. Monitoring

Rawat inap diperlukan untuk memantau peningkatan berat badan serta pemasukan

dan pengeluaran cairan. Pemantauan keseimbangan natrium dapat diperkirakan

dengan monitoring pemasukan (diet, kadar natrium dalam obat dan cairan infus) dan

produksi urin. Keseimbangan Na negatif adalah prediktor dari penurunan berat

badan. Keberhasilan manajemen pasien dengan asites tanpa edema perifer adalah

15
keseimbangan Na negatif dengan penurunan berat badan sebesar 0,5 kg per hari.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Alat yang dugunakan oleh penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah

sebagai berikut:

a. Laptop

b. Modem dan Kartu Perdana

c. Printer

d. Alat Tulis

16
e. Flasdisk

f. Kertas A4

g. Buku-Buku yang bersangkutan dengan pembuatan karya tulis ilmiah

3.2 Bahan

Bahan-Bahan untuk pembuatan karya tulis ilmiah didapatkan dari buku-buku yang

berisi tentang Asites dan internet.

3.3 Cara Kerja

Pembuatan Karya Tulis Ilmiah dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang

berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah yaitu” Asites ” yang dapat berasal dari tex book

atau internet.

BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1 Trigger

Ny S, 50 tahum dating ke RSI Siti Rahmah Padang untuk berobat dengan keluhan

nyeri pada daerah perut. Nyeri yang dirasakan 2 minggu lalu seperti melilit dengan frekuensi

nyeri yang terus menerus dan akan terasa sangat nyeri bila beraktivitas berat dan berkurang

jika istirahat. Semakin lama perut tampak membesar dan nyeri jika ditekan, perut terasa

tidak enak dan sering merasakan sebah. Keluhan lain yang dirasakan adalah demam sejak tiga

hari yang lalu, dengan frekuensi demamnya hilang timbul, demam dirasakan menjelang

17
malam hari, pasien juga mengluh mual dan muntah dan BAK nyeri dan berwarna pekat

seperti air teh demam jika menjelang malam. Pasien juga mengeluh telapak kaki yang mulai

membengkak. Pasien sudah pernah berobat ke dokter umum namun belum ada perubahan.

4.2 Penyelesian

1. Identitas Pasien

 Nama : Ny.S

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Dili M17,wisma indah IV, siteba-padang

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri perut

Riwayat Penyakit Sekarang

18
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan nyeri perut melilit

,nyerinya terus menerus,sangat nyeri sekali apabila beraktifitas berat dan nyerinya berkurang

jika istirahat.Semakin lama perut tampak membesar dan nyeri jika ditekan,perut terasa tidak 

enak dan sering merasakan sebah.Keluhan lain yang dirasakan seperti badannya demam sejak

tiga hari yang lalu,demamnya hilang timbul,dirasakan demam jika menjelang malam

hari,Selain itu pasien merasakan mual dan muntah yang dirasakan tiga hari yang

lalu bersamaan dengan demamnya,semakin mual setelah makan yang baru terisi dan muntah

apabila perut terasa sebah sekali.Buang air kecil dalam sehari 2x dan merasakan nyeri jila

kencing,serta air kencingnya seperti teh yang pekat.Semenjak diopname dirumah sakit belum

merasakan kentut dan buang air besar.Pasien merasakan telapak kaki kirinya bengkak  dan

nyeri,semakin lama bengkaknya ke telapak kaki kanan.Sudah berobat ke dokter namun tidak

ada perubahan.

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis

b. Pasien tidak pernah dirawat inap

c. Pasien pernah mengkonsumsi jamu pegal linu.

Riwayat Penyakit Keluarga

a. Keluarga tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kencing manis.

b. Keluarga tidak ada yang pernah mengalami penyakit hati atau penyakit kuning.

Lingkungan dan Kebiasaan

a. Pasien jarang berolah raga.

b. Pasien sering beraktifitas berat dalam bekerja

19
3. Pemeriksaan Fisik Diagnostik

KU : Baik

Kesadaran :Compos Mentis

BB :45kg

TB :162 cm

a. Pemeriksaan Tanda Vital

Tekanan Darah :110/80 mmHg

Nadi :76 x/ menit

Respirasi :26 x/menit

Suhu : 36 derajat celcius.

b. Pemeriksaan kepala

Conjungtiva pucat : +/+

Sklera Ikterik :+/+

Bibir : tampak kehitaman

c. Pemeriksaan Leher:

Inspeksi : tidak terlihat adanya massa,kemerahan dan bengkak.

Palpasi : Peningkatan JVP (-), Limfonodi tidak teraba.

d. Pemeriksaan Thorax:

Inspeksi : Simetris pergerakan dinding dada, tidak ada ketinggalan gerak, ictus

20
cordis terlihat,spider nervi (+)

Auskutasi : S1 S2 reguler, Bising (-), Gallop (-)

Perkusi : Batas jantung normal

Palpasi : Fremitus (normal), ictus cordis kuat angkat. Ketinggalan gerak (-),

krepitasi(-)

e. Pemeriksaan Abdomen:

Inspeksi : Perut tampak membesar (asites), kulit perut tampak tegang, caput

medusa(-),Pelebaran vena hipogastrica (+)

Auskultasi : Peristaltik 45kali/menit.

Perkusi : Timpani, undulasi (+), pekak alih (+).

Palpasi :Nyeri tekan di tempat kuadran kanan atas(+), hepatomegaly (+).

f. Pemeriksaan Ekstremitas

Lengan : edem (-)

Tangan : edem (-)

Tungkai : (-)

Kaki : edem (+), hiperpigmentasi, kulit kering

4. Hasil Pemeriksaan Lanjutan

Darah rutin : HGB 12 gr/dl

Wbl 5,56

PLT 101/ul

HBS Ag :-

SGOT : 96 u/l , N : 15-37

21
SGPT :55 u/l, N : 5-40 u/l.

USG Abdomen :-

Hepar : ukurannya 8,5 cm,tepi irregular,str eko hiperucine,vp-vh dengan

asites

Kesan : Sirosis hepatis dengan asites

Pemeriksaan feses rutin: ditemukan parasit

Pemeriksaan urin rutin : ISK= Keruh, PH(basa), bakteri, nitrit, leukosit, protein.

Pemeriksaan Widal : 1/80,1/60,1/320,1/640

5. Diagnosa

Sirosis Hepatis

6. Diagnosa Banding 

-Sirosis Hepatis

-Hepatitis A

-Hepatitis B

-Hepatitis C

-Hepatitis Lifosa

22
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ascites atau asites adalah meningkatanya jumlah cairan intra peritoneal. Penyebab

ascites ini adalah adanya gangguan hati yang paling kronis tetapi dapat juga disebabkan oleh

penyakit lain. Tingkat ascites dapat ditentukan oleh semikuantitatif sebagai berikut: Grade 1:

bila terdeteksi dengan pemeriksaan fisik yang sangat menyeluruh. Grade 2: mudah

diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik biasa tetapi dalam jumlah minimal cairan. Grade 3:

dapat dilihat tanpa pemeriksaan fisik khusus tetapi tidak tegang permukaan perut. Grade 4:

asites permagna. Seseorang dengan asites biasanya memiliki penyakit hati yang berat. Asites

akibat penyakit hati disebabkan oleh tekanan tinggi dalam pembuluh darah hati (hipertensi

portal) dan tingkat albumin yang rendah. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan perut

bengkak, atau perut. Test untuk mengevaluasi hati dapat dilakukan, termasuk: 24-jam koleksi

urin, Kreatinin dan elektrolit, Tes fungsi ginjal, Enzim hati, bilirubin, koagulasi,serum protein

tes dan urinalisis.

23
DAFTAR PUSTAKA

1) Davey, Patrick, 2006, AT a Glance Medicine, halaman 47, Erlangga:Jakarta

2) Isselbacher, Braunwald, dkk, 1999, Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam:

Volume 1, halaman 289, EGC:Jakarta

3) Bakta I Made, Suastika I ketut, 1999, Gawat Darurat Didalam Penyakit Dalam,

halaman 68, EGC: Jakarta

4) Prof. Dr Soemoharjo, Soewignjo, 2002, Hepatitis Virus B Edisi 2,Halaman 29, EGC:

Jakarta

5) http://www.artikelkeperawatan.info/materi-kuliah-ascites-atu-asites-167.html

6) http://www.scribd.com

7) http://www.dragung.com/2013/02/asites-perut-bengkak.html

24

Anda mungkin juga menyukai