KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Faktor Yang Mempengaruhi
Kesehatan Keluarga,Tahapan Keluarga Sejahtera Dan Indikator Penulisan makalah
merupakan persyaratan untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia.
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang
dimiliki, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya, khususnya para pembaca
makalah ini. Amin.
Brebes,juni 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
E. Indikator kesejahteraan 9
A. Kesimpulan........................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan di bidang kesehatan sudah begitu pesat, serta sudah
menjadi sebuah hal yang sangat diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan lainnya.
Melihat kondisi yang demikian, sudah seharusnya bukan hanya tenaga kesehatan saja
yang menjadi penanggung jawab kesehatan, tetapi kesehatan merupakan tanggung jawab
semua masyarakat. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Ini berarti
keluarga merupakan kelompok yang secara langsung berhadapan dengan anggota
keluarga selama 24 jam penuh. Menurut Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2007) peran
keluarga adalah mampu mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan
tindakan, mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mampu
memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
ada.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena kesehatanlah seluruh kekuatan
sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan
perubahan-perubahan yang dialami anggita keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua
atau pengambil keputusan dalam keluarga (suprajitno, 2004). Menurut Notoadmojo
(2003) diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui
sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga
haruslah mampu mengetahui tentang sakit yang dialami pasien.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kesehatan keluarga.
2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan keluarga.
3. Memahami Tahapan keluarga sejahtera
4. Memahami Indikator keluarga sejahtera
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jangan keluar rumah dalam keadaan lapar. Ini adalah salah satu cara agar seluruh
anggota keluarga bebas dari risiko obesitas. Jika kita keluar rumah dalam keadaan
perut terisi, kita tidak akan kelaparan saat di perjalanan menuju tempat aktivitas.
Terutama jika jarak rumah dan tempat tujuan cukup jauh, atau harus berhadapan
dengan kemacetan. Rasa lapar akan memicu hormon ghrelin sehingga kita akan
makan berlebihan setibanya di tempat tujuan. “Plus tubuh membutuhkan 30 menit
untuk mengembalikan ghrelin kembali ke level normal. Selama menunggu 30
menit itu, kita akan memakan apa saja untuk memenuhi panggilan rasa lapar. Jadi
sebaiknya pergilah dengan keadaan perut terisi,” Oz memaparkan. Tapi jika
terpaksa, sediakan sekantong kacang almon sebagai camilan sehat di perjalanan.
2. Olahraga bersama setiap hari, minimal 20 menit buat apa olahraga di tempat lain
jika kita sekeluarga bisa melakukannya di rumah. Terlebih jika kita kesulitan untuk
menemukan jadwal untuk berolahraga bersama. Oz menyarankan, sebelum sarapan
bersama, bangunkan seluruh anggota keluarga untuk sekadar jalan pagi atau
berolahraga dengan musik kesukaan bersama. “Tahu apa yang terjadi ketika kita
mencobanya hanya 20 menit? Setelah itu semua anggota akan ketagihan karena
sebenarnya 20 menit adalah waktu yang singkat,” ucap Oz sambil mengingatkan
kita agar membuatnya menjadi seperti waktu bersenang-senang bagi seluruh
anggota keluarga.
3
3. Jadilah “food decider” untuk keluarga kita “Jangan langsung membayangkan kita
akan berperan seperti pemimpin yang otoriter, tapi buatlah seluruh anggota
keluarga menyukai pilihan makanan yang kita berikan,” Oz mengingatkan.
Caranya? “Jadilah koki untuk keluarga kita.” Ini adalah trik merayu sebenarnya.
Sebab tanpa sadar, anggota keluarga akan lebih memilih menikmati makanan yang
kita buat ketimbang makan di luar. Ketika mereka menyukai makanan rumah, itu
artinya segala bahan yang kita pilih benar-benar lulus sensor untuk memenuhi
standar kebersihan serta kesehatan. “Bagi yang punya anak-anak kecil, kita bisa
menjadikan ini cara agar mereka suka buah dan sayur”.
5. Cerita sebelum tidur. Bagi kita yang memiliki anak-anak yang masih kecil,
membacakan dongeng adalah salah satu cara untuk membuat anak rileks menjelang
tidur. Hal ini akan menjadi modal anak untuk mendapatkan kualitas tidur terbaik.
Biasakan anak memiliki jam dan kualitas tidur yang baik karena jam dan kualitas
tidur bisa sangat berpengaruh untuk kesehatan tubuh. “Bahkan ketika kita tidak
dapat tidur dengan nyenyak, risiko serangan jantung dan stroke akan membayangi
kita,” ujar Oz.
6. Jadikan anak sebagai “polisi” makan sehat. Ketika kita mengajak anak untuk
menerapkan pola makan sehat, kita harus melibatkan mereka. Caranya, jadikan
mereka “polisi” makanan. Jika salah satu anggota keluarga, termasuk orang tua,
kedapatan menikmati junk food, maka anak-anak sebagai polisi makanan berhak
memberikan sanksi kepada kita. Menurut Oz, ini tak hanya membuat anak bagian
dari proses kebiasaan sehat, tetapi secara langsung bisa memilih makanan-makanan
4
apa saja yang masuk kategori makanan sehat dan tidak. Dengan demikan, secara
sadar mereka akan menerapkan pola makan sehat tanpa merasa dipaksa.
7. Eratkan asmara di atas tempat tidur bersama suami. Memiliki jadwal teratur untuk
bercinta bersama suami adalah cara menyenangkan untuk membuat usia kita 3
tahun lebih panjang. “Lakukan minimal dua kali seminggu,” Oz menyarankan.
2. Faktor Psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar,
perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau
dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri, begitupun
sebaliknya (Setiawati, 2008 : 22).
Berdasarkan riset ternyata tingkat kecemaasan istri lebih tinggi dibanding
dengan suami, hal ini dimungkinkan karena bertambahnya beban yang dialami istri
setelah bersuami.
3. Faktor Sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan
sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat
pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan
yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis
pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah
kesehatan yang ditemukan dalam keluarga (Setiawati, 2008 : 22).
5
Status sosial ekonomi yang rendah memaksa keluarga untuk memarginalkan
fungsi kesehatan keluarganya, dengan alasan keluarganya akan mendahulukan
kebutuhan dasarnya.
4. Faktor budaya
Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22-23) :
a) Keyakinan dan praktek kesehatan
b) Nilai-nilai keluarga
c) Peran dan pola komunikasi keluarga
d) Koping keluarga
6
2. Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti
kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi.
Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan
sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:
o Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
o Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
o Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru
pertahun
o Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah
o Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat
o Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
o Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
o Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
o Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
3. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga
telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d
n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi
daerah.
7
4. Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan
berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
8
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang
dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya
kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-
sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf
hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh
dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2. Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya
kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan,
karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan
kesejahteraan keluarga.
E. Indikator kesejahteraan
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan, telah dikembangkan beberapa
indikator operasional yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan. Sedangkan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tingkat kesejahteraan akan digunakan
beberapa indikator yang telah digunakan oleh BKKBN. Indikator ini berdasarkan
pendataan keluarga tahun 2000, adapun beberapa indikator tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Keluarga Pra Sejahtera :
Keluarga yang tidak dapat memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga sejahtera I.
b. Keluarga Sejahtera I
1) Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing
2) Makan dua kali sehari atau lebih.
3) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
4) Lantai rumah bukan dari tanah.
5) Jika anak sakit dibawa ke sarana/ petugas kesehatan.
9
c. Keluarga Sejahtera II
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang
dianut masing-masing.
2) Minimal seminggu sekali keluarga tersebut menyediakan daging/ ikan/ telur
sebagai lauk pauk.
3) Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir.
4) Luas lantai tiap penghuni rumah satu 8 m².
5) Anggota keluarga sehat dalam keadaan tiga bulan terakhir, sehingga dapat
menjalankan fungsi masing-masing.
6) Keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.
7) Bisa baca tulis latin bagi anggota keluarga dewasa yang berumur 10-60
tahun.
8) Seluruh anak yang berumur 7-15 tahun bersekolah pada saat ini.
9) Anak hidup dua atau lebih dan saat ini masih memakai alat kontrasepsi.
d. Keluarga Sejahtera III
1) Keluarga mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
2) Keluarga mempunyai tabungan.
3) Keluarga biasanya makan bersama minimal sekali dalam sehari.
4) Turut serta dalam kegiatan masyarakat.
5) Keluarga mengadakan rekreasi bersama minimal sekali dalam 6 bulan.
6) Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar/ radio/ televisi/ majalah.
7) Anggota keluarga dapat menggunakan sarana transportasi.
e. Keluarga Sejahtera III Plus
1) Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela untuk kegiatan sosial
masyarakat dalam bentuk materi.
2) Aktif sebagai pengurus yayasan/ instansi.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan keluarga itu adalah pengetahuan tentang keadaan sehat fisik,
jasmani dan sosial dari individu-individu yang terdapat dalam satu keluarga. Adapun
faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan keluarga, yaitu: fakor fisik, psikis, sosial,
dan buaya.
Tahap interaksi antara sehat/sakit dan keluaga, yaitu: tahap pencegahan sakit
dan penurunan risiko, tahap gejala penyakit yang dialami keluarga, tahap mencari
perawatan, tahap kontak keluarga dengan institusi kesehatan, tahap respon sakit dari
keluarga dan pasien, dan tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan.
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan, yaitu: keluarga merupakan lembaga
masyarakat, keluarga dapat menimbulkan dan mencegah masalah kesehatan dalam
kelompoknya, masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, keluarga berperan
sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggotanya, keluarga
merupakan peantara untuk berbagi upaya kesehatan masyarakat.
B. Saran
Semoga makalah ini memberikan informasi terkait kesehatan keluarga. Dan
diharapkan kepada pembaca agar mengambil referensi lain sebagai bahan
perbandingan. Saran dan kritikannya sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek. EGC: Jakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Graha Ilmu: Yogyakarta.
12