PENDAHULUAN
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan/atau
global, muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada stroke
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan syaraf tersebut
menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar,
bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain
(Riskesdas, 2013). Stroke melibatkan onset mendadak defisit neurologis fokal yang
berlangsung setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari pembuluh darah. Stroke bisa berupa
iskemik atau hemoragik (Dipiro et al., 2014).
Menurut World Health Organization, di seluruh dunia stroke menjadi penyebab utama
kematian nomor dua dan penyebab utama ketiga untuk kecacatan. Secara global, 70%
kematian disebabkan oleh stroke dan 87% kematian disebabkan oleh stroke dan kecacatan
yang terjadi pada beberapa tahun terakhir di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Selama empat dekade terakhir, insiden stroke di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah terjadi lebih dari dua kali lipat. Selama dekade ini insiden stroke telah menurun
sebesar 42% di negara-negara berpenghasilan tinggi (WHO, 2016).
Prevalensi estimasi stroke menunjukkan sedikit variasi di negara-negara Asia Selatan.
Sri Lanka, dengan populasi sekitar 20 juta jiwa, diperkirakan memiliki prevalensi stroke 9 per
1.000 penduduk. Data yang terbatas yang tersedia dalam kaitannya dengan prevalensi stroke
pada Bangladesh: satu studi melaporkan prevalensi keseluruhan 3 per 1.000 penduduk, naik
setinggi 10 per 1.000 pada orang di atas usia 70 tahun (Wasay et al., 2014). Prevalensi stroke
di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis
tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis
nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung
dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis
nakes dan gejala tertinggi terdapat diSulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰),
Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013).). Jumlah
pasienpenyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
(Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%), sedangkan berdasarkan
diagnosis/gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1%). Berdasarkan diagnosis
Nakes maupun diagnosis/gejala, provinsi Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita
terbanyak yaitu sebanyak 238.001 orang (7,4%) dan 533.895 orang (16,6%), sedangkan
provinsi Papua Barat memiliki jumlah penderita paling sedikit yaitu sebanyak 2.007orang
(3,6%) dan 2.955 orang (5,3%)(Litbangkes, 2013).
Berdasarkan penyebabnya stroke terbagi menjadi 2, stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi yaitu sebanyak
87% terjadi karena adanya pembentukan trombus lokal atau embolus oklusi arteri serebral.
Stroke hemoragik atau dapat disebut stroke pendarahan merupakan jenis stroke yang paling
sedikit terjadi yaitu 13% namun lebih berbahaya daripada stroke iskemik (ASA, 2013).
Penyebab stroke hemoragik diantaranya adalah kerusakan aliran darah pada jaringan
parenkim otak di sekitarnya akibat penumpukan dan neurotoksisitas komponen darah
hemoragik dapat mengakibatkan peningkatan yang mendadak pada tekanan intrakranial
sehingga dapat menyebabkan kematian (Fagan and Hess, 2008).
Menurut National Stroke Association stroke hemoragik terjadi karena pecahnya
pembuluh darah di otak dan tumpahan darahnya masuk ke dalam atau ke area sekitar otak.
Hal ini dapat menyebabkan hematoma yang dapat mengubahdan melukai jaringan otak.
Adanya tekanan dapat menyebabkan hilangnya suplai darah akan berdampak ke jaringan otak
sehingga menghasilkan infark. Penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi)
dan aneurisma (daerah yang lemah atau tipis pada pembuluh darah) yang dapat membuat
pembuluh darah cukup lemah sehingga lebih mudah robek (NSA, 2014).
Intracerebral hemorrhage(ICH) terjadi bila pembuluh darah pecah di dalam otak dan
menyebabkan hematoma. Hal ini biasanya akibat dari kerusakan pembuluh darah oleh
hipertensi kronis atau kelainan pembuluh darah. Subarachnoid hemorhage(SAH) biasanya
berasal dari trauma atau pecahnya aneurisma atau arteriovenous malformation intrakranial
(AVM). Pada stroke hemoragik terdapat gejala seperti ketidakmampuan untuk berbicara,
gangguan penglihatan, vertigo, atau bisa jatuh. Defisit neurologis pada pemeriksaan fisik
tergantung pada daerah otak yang terlibat. Pasien dengan peredaran stroke posterior mungkin
memiliki vertigo dan diplopia sedangkan pasien dengan peredaran stroke anterior umumnya
mengakibatkan aphasia (Fagan and Hess, 2008).
Tujuan terapi pada pasien stroke adalah untuk (1) mengurangi
adanyacederaneurologisdan penurunan angka kematian sertakecacatan dalamjangka panjang,
(2) mencegah komplikasi sekunder imobilitas dan disfungsi neurologis, dan (3) mencegah
kekambuhan stroke. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
terapi secara farmakologis pada pasien stroke yaitu antifibrinolitik (Dipiro etal.,2014).Obat
golongan antifibrinolitik dapat menurunkan kejadian perdarahan ulang (re-bleeding) tanpa
peningkatan efek samping yang seriusmelalui penghambatan fibrinolisis endogen (Meier
etal.,2013).Asamtraneksamatbekerja mengurangi perdarahan dengan cara menghambat
aktivasi plasminogen menjadi plasmin pada cascade pembekuan darah. Karena plasmin
berfungsi mendegradasi fibrin, maka asam traneksamatbekerja menghambat degradasi fibrin,
yang berujung pada meningkatnya aktivitas pembekuan darah. Asam aminokaproat bekerja
menghambat aktivasi plasminogen, sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi
plasmin (fibrinolisin), enzim yang mendegradasi bekuan fibrin serta fibrinogen dan protein
plasma lainnya termasuk faktor-faktor prokoagulan V dan VIII(Drugs, 2016).
Vitamin K memiliki peran sebagai kofaktor penting untuk enzim gamma-karboksilase
yang mengkatalisis gamma-carboxylation posttranslasionalresidu asam glutamat pada
prekursor hati yang tidak aktif dari faktor koagulasi II (protrombin), VII, IX dan X. Gamma-
karboksilasi mengubah prekursor tidak aktif ini menjadi aktif (Drugbank, 2017).Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Sprigg et al. (2014) menguji kelayakan asam traneksamat
untuk menurunkan mortalitas secara signifikan pada perdarahan setelah trauma.
Penelitian ini memberikan perlakuan pada pasien intracerebral hemorrhage (ICH)
spontan dengan pemberian asam traneksamatsecara intravena 1g bolus dan dilanjutkan
dengan infus asam traneksamat 1g/jam selama 8 jam. Dari penelitian tersebut dinyatakan
bahwa asam traneksamat dapat digunakan pada pasien stroke hemoragik dengan intracerebral
hemorrhage (ICH) karena dapat mengurangi terjadinya perdarahan ulang (re-bleeding) pada
otak. Studi penelitian lain dilakukan oleh Arumugam et al. (2015), penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi ukuran dan volume hematoma menggunakan Computed
Tomography(CT) Scandengan asam traneksamatsebagai obat yang digunakan dalam
penelitian ini.Hasilnya menunjukkan tidak ada ekspansi ukuran hematoma signifikan antara
awal dan setelah 24 jampada kelompok perlakuan. Hal ini menyatakan bahwa asam
traneksamatmerupakan obat yang sangat efektif untuk menstabilkan hematoma pada pasien
stroke hemoragikdengan pemberian secara intravena 1g bolus dan dilanjutkan dengan infus
asam traneksamat1g/jam selama 8 jam.Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengevaluasi kebutuhan dosis dan signifikansi efek dari asam traneksamatagar pemberian
terapinyadapat menjadi lebih efektif dan efisien.Pada penelitian Morgenstren et al. (2010)
pasien stroke hemoragik intracerebral hemorrhage (ICH) tidak direkomendasikan asam
traneksamat, pasien stroke hemoragik intracerebral hemorrhage (ICH) direkomendasikan
vitamin K dan fresh frozen plasma (FFP) sebagai terapi hemolitik, akan tetapi akhir-akhir
iniprothrombin complex concentrates (PCCs)
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Tanggal masuk : 02 Desember 2019 Jam MRS : 21.35 wib
Tanggal pengkajian : 09 Desember 2019 Jam Pengkajian : 11.00 wib
Nama : Tn. L Penanggung Jawab :
Umur : 57 Th Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 50 Th
Pekerjaan : Buruh tani Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Pendidikan : SD
Status perkawinan : Menikah Pekerjaan : Buruh Tani
Diagnose medis : CVA + ICH Status hubungan : Istri
B. ANAMNESA
Keluhan utama : Penurunan kesadaran
Keluhan saat pengkajian : Pasien masih mengalami penurunan kesadaran
Keluhan saat MRS : Keluarga mengatakan penurunan kesadaran mendadak saat
istirahat sejak 3 jam sebelum masuk IGD, disertai kelemahan
anggota gerak kanan.
Riwayat penyakit dahulu : Keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit
hipertensi
Riwayat penyakit keluarga : Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit apapun
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Kesadaran : somnolen
b. Keadaan umum : lemah
c. GCS :E=4 V=2 M=4
d. Tanda vital
Tekanan darah : 180/100 Pernafasan : 22x/m
Nadi : 80x/m Suhu : 37’C
e. Kepala
Bentuk : bulat, simetris
Massa : tidak ada massa
Lesi : tidak ada lesi
Kebersihan : rambut bau dan kotor
f. Mata
Bentuk : simetris ka-ki
Konjungtiva : anemis
Pupil : isokor, respon terhadap cahaya (+)
Sclera : ikterik
g. Hidung
Bentuk : simetris
Pembengkakan : tidak ada
Pendarahan : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Sinus : tidak ada
h. Mulut dan tenggorokan
Warna bibir : merah kehitaman
Mukosa : kering
Warna lidah : pucat
Kebersihan : berbau dan kotor
Gangguan berbicara : ada, tidak bisa berkomunikasi
i. Telinga
Bentuk : simetris ka-ki
Massa : tidak ada
Gangguan pendengaran : tidak ada
j. Leher
Gerakan : terbatas
Vena jugularis : teraba
Kelenjar thyroid : tidak teraba pembesaran
k. Dada
Pergerakan dada : normal
Nyeri tekan : tidak ada
Pola nafas : vesikuler
Jantung
Inspeksi : terlihat denyut jantung di ics 5 mid clavicula
Palpasi : tidak teraba adanya massa, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : S1/S2 tunggal, S3 tambahan (-)
Paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris
Palpasi : tidak teraba adanya massa, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, ronki -/- , wheezing -/-
l. Payudara dan ketiak
Kesimetrisan : simetris ka-ki
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Massa : tidak ada
m. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka
Auskultasi : bising usus 10x/m
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak teraba pembesaran hepatomegali, tidak ada
massa
n. Ekstremitas
Kekuatan otot : ek atas 3/3, ek bawah 4/4
Pergerakan : terbatas
Deformitas : kelainan pada kaki kiri
Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
Luka : tidak ada
o. Kulit dan kuku
Turgor : Cukup, capillary refill time < 2 detik
Akral : Hangat
Sianosis : Tidak ada
Lesi : tidak ada
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Lengkap ( Tanggal 11 desember 2019 )
Darah Lengkap Flag Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 9.5 g/dL 13.2 – 17.3
Eritrosit 3.87 10^6/µL 4.40 – 5.90
Leukosit 10.9 10^3/µL 4.1 – 10.9
Hematokrit 30.1 % 36.0 – 56.0
Trombosit 169 fL 150 – 450
MCV 77.8 10^3/µL 80.0 – 100.0
MCH 24.5 pg 28.0 – 36.0
MCHC 31.6 g/dL 31.0 – 37.0
RDW-CV 16.4 % 10.0 – 16.5
PDW 18.4 % 12.0 – 18.0
MPV 5.7 fL 5.0 – 10.0
PCT 0.10 % 0.10 – 1.00
Hitung Jenis (diff) :
Eosinofil 1.0 % 0.0 – 6.0
Basofil 0.1 % 0.0 – 2.0
Neutrofil 88.7 % 42.0 – 85.0
Limfosit 3.7 % 11.0 – 49.0
Monosit 6.5 % 0.0 – 9.0
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 134 mg/dL 30 - 180
b. Hasil CT Scan
Tampak lesi hyperdens pada temporal sinistra, ukuran 4x7x6 cm
Diferensiasi gray matter dan white matter jelas
Ventrical lateral terdesak
Devisiasi mideline structure : 0,6
HARI/
DATA ETIOLOGI MASALAH
TANGGAL
DS :- Pecahnya pembuluh Penurunan perfusi
Senin. darah diotak jaringan serebral
09 desember DO :
2019 - Kesadaran somnolen
- KU lemah
- GCS : 424
- Hasil CT scan : ICH --
Temporal sinistra ukuran
4x7x6 cm
- SPO2 :100
- TTV :
TD: 180/100 mmhg
N : 80 x/menit
S : 36
RR : 22 x/menit
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan peningkatan tingkat kesadaran
menjadi composmentis.
- Menunjukkan tekanan darah dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda TIK.
- Nilai GCS 10-12
Kriteria Hasil :
- Klien tidak pucat
- Pasien tidak lemah
- Tanda vital dalam batas normal
- CRT <2 detik
Hari/ Diagnosa Keperawatan
No. Intervensi
Tanggal (Tujuan Dan Kriteria Hasil)
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik NIC :
-
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/
Jam Tindakan Keperawatan Jam Evaluasi (Soap) Ttd
Dx Tanggal
1. Senin, 1. Mengobservasi tanda vital S:-
09-12- 2. Mempertahankan tirah baring O:
19 3. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat : - Tanda vital
- Citicolin 2x250gr TD = 180/100
N = 80x/m
- Ranitidine 1x2ml
- Pasien sudah mulai menujukkan peningkatan
kesadaran
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut intervensi ( 1,2,3,4)
1. Mengobervasi adanya pembatasan klien dalam S : keluarga mengatakan ADL masih dibantu dan sudah
melakukan aktivitas bisa menggerakan anggota gerak sedikit demi sedikit
2.
2. Melakukan sonde 3x sehari O:
3. Mengajarkan keluarga pasien untuk merubah posisi - Perawat menyibin klien dengan octentic
setiap 2 jam - Perawat melakukan sonde
4. Berkolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam A : Masalah belum teratasi
merencanakan program terapi yang tepat P : Lanjut intervensi ( 1,2,3,4)