SYOCK KARDIOGENIK
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ainun Jariah 11194561920075
2. Eka Puspita 11194561920082
3. Ivana Itasia Putri 11194561920089
4. M. Wildan Rianda 11194561920090
5. Noor Hikmah 11194561920098
6. Raihana 11194561920103
7. Sylvi Wulandari 11194561920110
A. Definisi
Syok didefinisikan sebagai sindrom gangguan patofisiologi berat
yang ketika berlanjut menyebabkan perfusi jaringan yang buruk, hal ini
dapat dikaitkan dengan metabolisme sel yang tidak normal. Selain itu, syok
merupakan kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh sehingga perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat. Syok kardiogenik merupakan suatu kondisi
dimana terjadi hipoksia jaringan sebagai akibat dari menurunnya curah
jantung, meskipun volume intravaskuler cukup. Sebagian besar kondisi
syok ini disebabkan oleh infark miokard akut (Asikin et all, 2016).
Pendapat lain mengatakan bahwa syok kardiogenik adalah kelainan
jantung primer yang menyebabkan kelainan fungsi jaringan yang tidak
cukup untuk mendistribusi bahan makanan dan mengambil sisa
metabolisme. Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan oleh
ketidakadekuatan perfusi jaringan akibat dari kerusakan fungsi ventrikel.
Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung mengalirkan cukup
darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, akibat dari
gangguan fungsi pompa jantung (Aspiani, 2015).
B. Klasifikasi
Menurut Muttaqin 2017 Syok dapat dibagi menjadi tiga tahap yang semakin
lama semakin berat :
1.Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif) ditandai dengan
respons kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah
kemunduran lebih lanjut
2.Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manisfestasi sistemis dari
hipoperfusi dan keemunduran fungsi organ
3.Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang
hebat tidak pdapat lagi dihindari, yang pad akhirnya menuju ke
kematian
C. Etiologi
Penyebab syok kardiogenik terjadi akibat beberapa jenis kerusakan,
gangguan atau cedera pada jantung yang menghambat kemampuan
jantungg untuk berkontraksi secara efektif dan memompa darah. Pada syok
kardiogenik, jantung mengalami kerusakan berat sehingga tidak bisa secara
efektif memperfusi dirinya sendiri atau organ vital lainnya. Ketika keadaan
tersebut terjadi, jantung tidak dapat memompa darah karena otot jantung
yang mengalami iskemia tidak dapat memompa secara efektif. Pada kondisi
iskemia berkelanjutan, denyut jantung tidak berarturan dan curah jantung
menurun secara drastic (Yudha, 2016).
Beberapa faktor penyebab terjadinya syok kardiogenik adalah :
1. Infark Miokardium : jantung yang rusak tidak dapat memompa darah dan
curah jantung tiba-tiba menurun. Tekanan sistolik menurun akibat
kegagalan mekanisme kompensasi. Jantung akan melakukan yang
terbaik pada setiap kondisi, sampai akhirnya pompa jantung tidak dapat
memperfusi dirinya sendiri
2. Aritmia Ventrikel yang Mematikan : pasien dengan takikardia terus
menerus akan dengan cepat menjadi tidak stabil. Tekanan darah sistolik
dan curah jantung menurun karena denyut jantung yang terlalu cepat
menurunkan waktu pengisian ventrikel. Takikardia ventrikel dan fibrasi
ventrikel dapat terjadi karena iskemia miokardium setelah infark
miokardium akut
3. Gagal Jantung Stadium Akhir : jaringan parut di miokardium akibat
serangan jantung sebelumnyaa, dilatasi ventrikel, dan iskemia
miokardium kronis merusak otot jantung, dan gerak dinding menjadi tidak
terkoordinasi (ruang ventrikel tidak padat memompa secara bersamaan.
D. Manisfestasi Klinis
Menurut buku Aspiani 2015 timbulnya syok kardiogenik dengan infark
miokard akut dapat dikategorikan dalam beberapa tanda dan gejala berikut:
1. Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setlah infark akibat gangguan
miokard miokard atau rupture dinding bebas ventrikel kiri
2. Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark
berulang
3. Timbulnya tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark miokard disertai
timbulnya bising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektro
mekanik. Episode ini disertai atau tanpa nyeri dada, tetapi sering
disertai dengan sesak napas akut
Tanda penting yang muncul pada syok kardiogenik adalah sebagai berikut
(Aspiani, 2015) :
E. Patofisiologi
Syok kardiogenik di tandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran
oksigen ke jaringan. Nekrosis fokal diduga merupakan akibat dari
ketidakseimbangan yang terus- menerus antara kebutuhan suplai oksigen
miokardium. Pembuluh coroner yang terserang juga tidak mampu
meningkatkan aliran darah secara memadai sebagai respons terhadap
peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung oleh aktivitas
respons kompensatorik seperti perangsang simpatik. Kontraktilitas ventrikel
kiri dan kinerjanya menjadi sangat terganggu akibat dari proses infark.
Pertahanan perfusi jaringan menjadi tidak memadai, karena ventrikel kiri
gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung
dengan baik. Maka dimulailah siklus yang terus berulang. Siklus dimulai saat
terjadinya infark yang berkelanjut dengan gangguan fungsi miokardium
(Asikin et all, 2016).
Kerusakan miokardium baik iskemia dan infark pada miokardium
mengakibatkan perubahan metabolism dan terjadi asidosis metabolic pada
miokardium yang berlanjut pada gangguan kontraktilitas miokardium yang
berakibat pada penurunan volume sekuncup yang di keluarkan oleh ventrikel.
Penurunan curah jantung dan hipotensi arteria disebabkan karena adanya
gangguan fungsi miokardium yang berat. Akibat menurunnya perfusi coroner
yang lebih lanjut akan mengakibatkan hipoksia miokardium yang bersiklus
ulang pada iskemia dan kerusakan miokardium ulang. Dari siklus ini dapat di
telusuri bahwa siklus syok kardiogenik ini harus di putus sedini mungkin
untuk menyelamatkan miokardium ventrikel kiri dan mencegah.
F. Komplikasi
Menurut buku yang di tulis oleh Aspiani 2015 komplikasi yang muncul
dari syok kardiogenik adalah :
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penanganan Syok kardiogenik yaitu kegawadaruratan yang
memerlukan terapi resusitasi segera sebelum syok merusak organ secara
irreversible (Asikin et all, 2016).
1. Penanganan awal : resusitasi cairan, oksigenasi dan proteksi jalan
nafas, koreksi hipovolemia dan hipotensi
2. Intervensi farmakologi :
sesuai penyebabnya, misalnya infark miokard atau sindrom
coroner akut diberikan aspirin dan heparin
obat vasokontriksi, misalnya dopamine, epinefrin,
dan norepinefrin
mempertahankan tekanan darah yang adekuat untuk
mempertahankan perfusi jaringan dan volume intravaskuler
3. Farmakologi
Syok kardiogenik, setelah tercapainya preload yang optimal,
sering kali dibutuhkan inotropic untuk memperbaiki kontraktilitas dan
obat lain untuk menurunkan afeterload.
a. Katekolamin
Hormone yang termasuk dalam kelompok ini yaitu adrenalin
(epinefrin), noradrenalin (norepinephrine), isoproterenol, dopamine
dan dobutamine. Golongan obat ini akan menaikkan tekanan
arteri, perfusi coroner, kontraktilitas dan kenaikkan denyut jantung,
serta vasontriksi perifer. Kenaikan tekanan arteri akan
meningkatkan konsumsi oksigen, serta kerja yang tidak diinginkan
berpotensi mengakibatkan aritmia.
b. Adrenalin, noradrenalin dan isoproterenol
Hormone ini memiliki aktivitas stimulasi alfa yang kuat. Ketiga obat
tersevut memiliki aktivitas kronotropik. Stimulasi alfa yang kuat
menyebabkan vasokontriksi yang kuat, sehingga
Kasus:
Seorang laki-laki berusia 48 tahun dirawat diruang ICCU, dengan keluhan
lemah, takikardia dengan frekuensi nadi 123 x/menit, sesak saat beraktivitas
dan beristirahat, klien memiliki riwayat AMI sejak 4 tahun Yang lalu, terdengar
suara bunyi jantung tambahan S3, produksi urine perjam < 30 ml, dyspnea
dengan atau tanpa kerja, dyspnea nocturnal, nafas dangkal, penggunaan oto
bantu nafas, klien juga mengeluh nyeri dada mendadak dan sangat hebat tidak
hilang dengan istirahat ataupun dengan konsumsi nitrogliserin, perubahan
frekuensi atau irama jantung.
I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Alamat : -
Umur : 48 thn
Agama : -
Status Perkawinan : -
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Nama :-
Jenis Kelamin :-
Umur :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
perjam < 30 ml, dyspnea dengan atau tanpa kerja, dyspnea nocturnal,
nafas dangkal, penggunaan otot bantu nafas, klien juga mengeluh nyeri
dada mendadak dan sangat hebat tidak hilang dengan istirahat ataupun
irama jantung.
Klien memiliki riwayat AMI (Acute Miocard Infark) sejak 4 tahun yang
lalu.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : somnolen
b. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : -
2) Nadi
- Kekuatan : laju
3) Pernafasan
- Frekuensi : -
- Irama : Ireguler
- Nafas sesak
- Nafas dangkal
4) Suhu : -
2. Kepala : -
3. Muka : -
1) Mata
2) Hidung
3) Mulut
4) Gigi
5) Telinga
4. Leher : -
5. Dada (thorax) :-
1) Paru-paru
- Inspeksi : Nafas dyspnea dengan atau tanpa kerja, dyspnea
dangkal.
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
2) Jantung
- Inspeksi : -
S: Dada
C: -
R: -
mengkonsumsi obat
- Perkusi : -
6. Abdomen
- Inspeksi : -
- Auskultasi :
- Perkusi : -
- Palpasi : -
7. Genetalia : -
9. Ekstremitas
10. Integumen
- Warna kulit : -
- Turgor kulit :
E. DATA FOKUS
Ds:
- Keluhan lemah
- klien juga mengeluh nyeri dada mendadak dan sangat hebat tidak
lalu.
Do:
- Pasien tampak lemah
S: Dada
C: -
R: -
konsumsi nitrogliserin
DO :
- Pasien tampak lemah
C: -
R: -
secara mendadak.
2. DS : Ketidakefektifan Nyeri
- Keluhan lemah Pola Nafas
(Domain 4.
- sesak saat beraktivitas dan beristirahat.
Kelas4. Kode
- klien juga mengeluh nyeri dada
Diagnosis
mendadak dan sangat hebat tidak hilang 00032)
konsumsi nitrogliserin
DO :
- Pasien tampak lemah
S: Dada
C: -
R: -
secara mendadak.
konsumsi nitrogliserin
DO :
- Pasien tampak lemah
S: Dada
C: -
R: -
secara mendadak.
konsumsi nitrogliserin
DO :
- Pasien tampak lemah
S: Dada
C: -
R: -
secara mendadak.
Prioritas masalah :
1. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan frekuensi, irama jantung dan
perubahan afterload
2. Nyeri Akut b.d Agens Cedera Biologis
3. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Nyeri
4. Intoleransi Aktifitas b.d Ketidakseimbangan Antara Suplai Dan Kebutuhan Oksigen