Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANEURYSMA

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan
dosen pembimbing Maria Yunita Indriarini.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.M.B

Disusun Oleh :
Debora Sari A.S (30120118007)
Dominikus Dwiyantoro (30120118009)
Maria Gratia Marselina K (30120118029)
Martha Br. Manalu (30120118030)
Rosana Reni Wara (3012011838)
Teresa Novita Regina (30120118041)

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
Jalan Parahyangan Kav.8 Blok B/1 Kota Baru Parahyangan
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan kasih-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Aneurysma” ini. Makalah ini disusun guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Semoga makalah ini dapat
berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Aneurysma.
Penulis mengetahui bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, oleh sebab
itu penulis mengharapkan masukan-masukan serta kritik yang membangun agar dikemudian
hari dapat menjadi pembelajaran serta pengalaman yang berguna dalam mengerjakan
makalah maupun tugas lainnya.
Akhir kata penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini, semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Padalarang, Oktober 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3


A. Definisi Aneutysma ............................................................................ 3
B. Anatomi Fisiologi Pembuluh Darah .................................................. 4
1. Aorta ........................................................................................ 4
2. Arteri ....................................................................................... 4
C. Klasifikasi Aneurysma ....................................................................... 5
1. Aneurysma Intrakranial ........................................................... 5
2. Aneurysma Femoral ................................................................ 6
3. Ameurysma Aorta Toraks ....................................................... 6
4. Aneurysma Aorta Abdominal ................................................. 7
5. Saccular/Berry ......................................................................... 9
6. Fusiform .................................................................................. 9
7. Descending .............................................................................. 9
8. Aneurisma palsu (tseudoaneurisma) ...................................... 9
9. Mikotik .................................................................................... 9
D. Etiologi ............................................................................................... 10
E. Patofisiologi........................................................................................ 13
F. Tanda dan Gejala ................................................................................ 14
G. Alur Klinis .......................................................................................... 10
H. Penatalaksanaan Umum ..................................................................... 16
I. Asuhan Keperawatan .......................................................................... 18
1. Pengkajian .............................................................................. 18
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 22
3. Rencana Tindakan Keperawatan / perencanaan ..................... 22
4. Evaluasi .................................................................................. 24

BAB III PENUTUP ................................................................................. 25


A. Kesimpulan .................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah aneurisma berasal dari bahasa Yunani “aneurysma” berarti pelebaran.
Aneurisma adalah suatu kedaan dilatasi local permanen dan ireversibel dari
pembuluh darah, dilatasi ini minimal 50% dari diameter normal. Diameter normal
dari aorta dan arteri tergantung pada usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan factor
lainnya.
Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa
gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan (rupture
aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah (aortic
dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba.
Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan kongenital atau akuisita. Penyebab pasti
penyakit ini belum diketahui, efek pada beberapa komponen dari dinding arteri serta
beberapa factor resiko untuk terjadinya aneurisma aorta meliputi tekanan darah yang
tinggi, kadar olesterol yang tinggi, diabetes, perokok tembakau, dan alcohol.
Terapi aneurisma dahulu adalah intervensi bedah atau observasi (watchful
waiting) dengan kombinasi pengawasan tekanan darah. Sekarang, endovascular atau
teknik invasive minimal telah dikembangkan untuk berbagai tipe aneurisma.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Aneurysma?
2. Bagaimana klasifikasi aneurysma?
3. Apa etiologi aneurysma?
4. Bagaimana patofisiologi aneurysma?
5. Bagaimana alur klinis aneurysma?
6. Apa manifestasi klinis aneurysma?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada aneurysma?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui definisi aneurysma.
2. Mahasiswa mengetahui klasisfikasi aneurysma.
3. Mahasiswa mengetahui etiologi aneurysma.
4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi aneurysma.
5. Mahasiswa mengetahui alur klinis aneurysma.
6. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis aneurysma.
7. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada aneurysma.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Aneurysma
Aneurysma adalah pelebaran pembuluh darah yang ubnormal, umumnya di
tempat dinding pembuluh darah lemah atau robek. Aneurysma umumnya
menyerang aorta dan arteri perifer karena tekanan dalam pembuluh ini yang tinggi.
Aneurysma juga dapat berkembang di dinding ventrikel, biasanya menyerang
ventrikel kiri. Sebagian besan aneurysma arteri disesbabkan oleh arteriosklerosis
atau arterosklerosis; trauma juga dapat menyebabkan pembentukan aneurysma.
Aneurysma arteri paling sering terjadi pada pria pada usia diatas 65 tahun, yang
mempunyai riwayat merokok(>100 batang rokok seumur hidup), sebagian besar
pasien asymptomatik pada waktu di diagnosis. Hipertensi adalah faktor penyebab
utama beberapa tipe aneurysma aorta .(Lemone,2017)
Aneurysma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh
darah, yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu
tunika media dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan atau balon.
Aneurysma adalah kantong atau dilatasi lokal yang menyerang arteri, terbentuk di
titik lemah dinding pembuluh darah. Bentuk aneurysma yang paling sering adalah
berbentuk mirip kantong (sakular) atau fusiform. Aneurysma yang disebabkan oleh
infeksi lokal disebut aneurysma mikotik, jarang ditemukan. Aneurysma
mengakibatkan pendarahan dan kematian.(Aspiani,2015)
Beberapa fakta singkat mengenai aneurysma adalah :
1. Insidensi aneurysma aorta diperkirakan 5,9 per 100 ribu orang per
tahun.
2. Diseksi aorta menyerang sekitar 5 hingga 30 per 1 juta orang per
tahun.
3. Meskipun aneurysma aorta dan diseksi aorta dapat terjadi secara
bersamaan namun peristiwa ini jarang terjadi.

3
B. Anatomi Fisiologi Pembuluh Darah
1. Aorta
Aorta ialah arteri utama dalam tubuh. Bagian yang berada dalam rongga
toraks dikenal sebagai aorta toraksika. Aorta meninggalkan ventrikel kiri
jantung dengan pintunya dijaga katup semilunar aorta, kemudian
melengkung mengarah ke dasar jantung sebagai arkus aorta, dan berjalan
sampai setinggi manubrium sterni. Dari lengkung ini tumbul 3 cabang.
Sebuah di sebelah kanan, arteri inominata, yang panjangnya kira-kira 5cm
dan membelah lagi menjadi arteri karotis komunis kanan dan arteri subklavia
kanan. Dua cabang timbul dari sebelah kiri lengkung aorta, yaitu arteri
karotis komunis kiri dan arteri subklavia kiri. Mulai dari lengkung aorta
pembuluh ini berjalan melewati toraks sebagai aorta toraksika, berjalan
dibelakang diafragma, dan menjadi aorta abdominalis. Di aorta memberikan
cabang – cabang untuk melayani rongga toraks dan rongga abdomen.

2. Arteri
Kontraksi ventrikel akan mengalirkan darah ke semua bagian badan
melalui sejumlah pipa yang disebut arteri yang kemudian bercabang-cabang
menjadi pembuluh-pembuluh kecil yang disebut arteriol. Arteriol bercabang
lagi untuk membentuk jaringan pembuluh mikroskopis yang disebut kapiler.
Darah kemudian terkumpul di dalam pembuluh-pembuluh kecil yang
disebut venul yang kemudian bersatu dan membentuk vena. Vena-vena akan
bergabung satu sama lain dan akhirnya membawa kembali darah ke jantung.
Arteri adalah pembuluh berdinding tebal dan dengan suatu
pengecualian, mereka membawa darah teroksigenasi. Pengecualian tersebut
adalah untuk trunkus pulmonal, yang bercabang menjadi 2 arteri pulmoner
dan yang membawa darah deoksigenasi dari ventrikel kanan ke dalam paru-
paru. Semua arteri mempunyai 3 lapisan yaitu :

4
1. Tunika Adventisia
Merupakan lapisan terluar yang mengandung serabut
kolagen dan elastin.
2. Tunika Media
Merupaka lapisan tengah yang mengandung otot polos
serta serabut elastin dan sejumlah serabut kolagen.
3. Tunika Intima
Merupakan lapisan dalam yang mengandung selapis sel
endothelial dan menciptakan sebuah permukaan yang
licin dimana darah dapat mengalir tanpa membeku.

C. Klasifikasi Aneurysma
Berikut merupakan klasifikasi aneurysma berdasarkan lokasi terbentuknya :
1. Aneurysma Intrakranial
Aneurisma itrakranial atau otak adalah benjolan yang terdapat pada
pembuluh darah arteri otak. Jenis yang paling sering dijumpai adalah

5
aneurysma yang tampak seperti anggur atau biasa disebut berry yang melekat
pada arteri dengan tangkai yang kecil. Aneurysma intrakranial serebral adalah
pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah, yang didasarkan
atas rusaknya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media dan
tunika intima, yang menjadi elastis mengakibatkan kelemahan pada pembuluh
darah di daerah tersebut sehingga membentuk tonjolan akibat tekanan
pembuluh darah. Penyebab aneurysma intrakranial tidak diketahui, mungkin
karena arterosklerosis yang mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh
darah dilanjutkan dengan kelemahan pada dinding pembuluh darah. Dapat
juga karena kongenital atau keturunan, penyakit vaskuler hipertensi, trauma
kepala, dan pertambahan usia. Arteri serebral yang paling umum mengalami
aneurysma adalah arteri carotid internal, serebral anterior, arteri komunis
arterior, dan arteri serebral tengah.

2. Aneurysma Femoral
Aneurysma femoral biasanya dideteksi sebagai masa berdenyut pada area
femoral. Manifestasi sama dengan manifestasi aneurisama popliteal, yang
terjadi akibat gangguan aliran darah. Aneurisma femoral dapat ruptur.

3. Aneurysma Aorta Toraks


Aneurysma aorta toraks menjadi penyebab sekitar 10% aneurisme aorta,
dengan insidens per tahun sekitar 6 per 100.000 orang. Biasanya terjadi akibat
pelemahan dinding arteri karena arteriosklerosis dan hipertensi. Penyebab lain
mencakup trauma, koarktasi aorta, sifilis tersier, infeksi jamur, dan sindrom
marfan. Sifilis akibat spiroket dapat menyerang dan melemahkan otot polos
aorta, yang menyebabkan aneurisma berkembang selama 20 tahun setelah
infeksi primer. Sindrom Marfan memecah serabut elastis media aorta, yang
melemahkan dinding pembuluh. Kotak penyerta membahas hubungan genetik
yang dikaitkan dengan aneurisma aorta diseksi.

6
Aneurisme toraks sering kali asimtomatik. Ketika terjadi, manifestasi
disebabkan oleh efek aneurisma pada aliran darah (mis. di arteri koroner dan
pembuluh besar kepala dan tubuh bagian atas) dan tekanan yang ditimbulkan
oleh aorta yang mengalami distensi pada struktur di dekatnya. Sehingga,
manifestasi berbeda-beda menurut lokasi, ukuran, dan laju pertumbuhan
aneurisma. Nyeri substernum, leher, atau punggung dapat terjadi. Tekanan pada
trakea, esofagus, saraf laring, atau vena kafa superior dapat menyebabkan
dispnea, stridor, batuk, sulit atau nyeri menelan, suara parau, edema pada wajah
dan leher, dan distensi vena leher.
Aneurisme pada aorta asendens biasanya menyebabkan angina yang
diakibatkan oleh gangguan aliran darah menuju arteri korener. Gagal jantung
dapat berkembang sebagai akibat gangguan katup aorta dan regurgitasi darah
kembali ke dalam ventrikel kiri. Aneurisma pada arkus aorta sering kali
menyebabkan disfagia, dispnea, suara parau, bingung, dan pusing (akibat
gangguan aliran darah serebral). Trombus yang terbentuk dalam aneurisma
toraks dapat menimbulkan embolisme, menyebabkan stroke, iskemia ginjal tau
mesenteric, atau iskemia di ekstremitas bawah. Aneurisma aorta toraks
cenderung membesar secara progresif dan dapat ruptur, menyebabkan
kematian.

4. Aneurysma Aorta Abdominal


Aneurisma aorta abdominal biasanya menyerang dari bawah arteri
renalis dan meluas ke bifurkasio aorta, terkadang melibatkan arteri iliaka.
Aneurisma ini sering terjadi pada penderita tekanan darah tinggi, ukurannya
lebih besar dari 7,5cm dan dapat pecah. (Diamaeter normal dari aorta adalah
1,8-2,5cm). Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi faktor resiko
terjadinya aneurisma aorta abdominalis adalah aterosklerosis dan hipertensi
yang disebabkan oleh infeksi kelainan bawaan pada jaringan ikat yang
membentuk dinding arteri.

7
Aneurisma aorta abdominalis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi paling
sering ditemukan pada pria usia 40-70 tahun. Pada anak-anak, aneurisma dapat
terjadi akibat cedera tumpul pada perut atau akibat sindroma marfan. Apabila
tidak ditangani akan berakhir dengan reptur dan kematian, komplikasi yang
sering terjadi adalah pecahnya aneurisma yang dapat menyebabkan pendarahan
hebat kedalam rongga perut.

Faktor predisposisi yang meningkatkan terjadinya reptur aneurisma


aorta abdominalis yaitu diameter aneurisma, tekanan darah diastolik, penyakit
paru obstruktif kronik, merokok, riwayat keluarga ruptur aneurisma, dan
faktorintrinsik (peradangan dinding aorta).

Tanda adanya ruptur yang mengancam antara lain nyeri punggung atau
nyeri abdomen berat yang dapat menetap maupun hilang timbul dan biasanya
terlokalisasi di abdomen tengah atau bawah disebelah kiri garis tengah. Apabila
aneurisma aorta abdominalis berhubungan dengan trombus, pembuluh darah
besar dapat tersumbat atau dapat terjadi sumbatan pada pembuluh darah distal
dan emboli. Ruptur aneurisma kek rongga retroperitoneal dapat berupa
hematoma diskrotum, perineum, dan penis. Tanda gagal ginjal atau bruit yang
keras menunjukan ruptur ke vena kava, Ruptur ke peritoneal dapat
menyebabkan kematian yang cepat.

Aneurisma aorta abdomen dapat didiagnosis hampir 100% dengan


pemeriksaan fisik, terutama dipalpasi abdomen. Aneurisma yang berkembang
dengan cepat dan hampir pecah sering terasa nyeri atau menimbulkan nyeri
tumpul bila ditekan. Pada penderita yang gemuk aneurisma yang lebar sering
tidak dapat ditemukan, sehingga diperlukan pemeriksaan diagnosis lain seperti
pemeriksaan radiologi atau USG untuk menegakan diagnosis.

Selanjutnya berikut merupakan klasifikasi aneurysma berdasarkan bentuk atau


morfologinya :

8
1. Saccular/Berry
Aneurysma saccular atau berry adalah aneurysma yang berbentuk
seperti kantung.
2. Fusiform
Adalah bentuk aneurysma yang disebabkan oleh pelebaran atau dilatasi
simetris seluruh lingkaran pembuluh darah yang terkena bisa disebut
membentuk sebuah bulatan ganda
3. Dissecting
Merupakan kondisi robeknya lapisan dinding pembuluh darah aorta.
4. Wide-necked
5. Disekan
Pemisahan hemoragik lapisan media dari dinding pembuluh darah, yang
membentuk lumen palsu.
6. Aneurisma palsu (tseudoaneurisma)
Hemotom yang berdenyut yang diakibatkan oleh trauma dan seringkali
dikelirukan dengan aneurisma abdominalis.
7. Aneurisma mikotik
Aneurisma yang disebabkan oleh infeksi lokal. Aneurisma ini jarang
ditemukan.

9
D. Etiologi
Aneurysma paling sering disebabkan oleh arteroskerosis. Penyebab lainnya
meliputi trauma dinding arteri , infeksi (piogenik atau sifilitika) dan defek
kongenital dinding arteri. Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan
aneurysma, meliputi :
1. Ada bakat atau bawaan lemahnya dinding pembuluh darah. Ini dapat terjadi
pada pembuluh darah manapun diseluruh tubuh. Akan menjadi fatal bila
dinding pembuluh darah yang lemah itu terdapat di otak.
2. Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai
pembuluh darah
3. Terjadinya peradangan pada aorta
4. Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindrom marfan. Sindrom
marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan
kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata
5. Risiko ini menjadi semakin tinggi pada penderita tekanan darah tinggi,
orang dengan stress tinggi maupun perokok

Aneurysma juga terjadi akibat berkurangnya protein struktur utama dalam aorta
yaitu kolagen dan elastin. Kolagen memberikan kekuatan regang pada pembuluh
darah, yang mencegah terjadinya dilatasi berlebihan. Elastin memungkinkan
pembuluh darah memendek, selama itu pembuluh darah kembali ke ukuran asalnya
setelah sistol. Pemendekan ini memberikan dorongan bolus darah terus menerus
yang dikeluarkan dari ventrikel. Elastin adalah komponen primer lamina elastis
interna, yang memisahkan lapisan intima (tunika intima) dan lapisan media aorta,
dan media, lapisan otot polos aorta. Kerusakan elastin menyebabkan dilatasi
abnormal pada pembuluh darah, dan kerusakan kolagen juga memungkinkan ruptur
pembuluh.

10
E. Patofisiologis
Semua jenis aneurysma pasti meliputi keruskan lapisan media pembuluh darah.
Hal ini mungkin disebabkan oleh kelemahan kongenital, trauma atau proses
penyakit. Aneurysma sejatinya menyerang ketiga lapisan pembuluh darah dan
sebagian besarnya adalah berbentuk fusi dan sirkumferensial. Aneurisma berbentuk
fusi, berupa kumparan dan menyempit dikedua ujungnya. Aneurisma berbentuk
sirkumferensil menyerang seluruh diameter pembuluh darah. Umumnya aneurisma
tumbuh secara lambat tetapi progresif. Panjang dan diameter aneurisma berbeda-
beda pada setiap pasien. Aneurisma bentuk fusi lebar dapat mengenai sebagian
besar aorta asendens serta sebagian besar aorta abdomen.
Apabila timbul aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar
ukurannya. Faktor risiko meliputi prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi.
Lebih dai separuh penderita mengalami hipertensi. Terkadang pada aorta yang
mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan pada tunika intima, atau
media mengalami degenerasi, akibatnya terjadi diseksi. Aneurima diseksi sering
dihubungkan dengan hipertensi yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi
disebabkan oleh ruptur lapisan intima mengakibatkan darah mengalami diseksi di
lapisan media. Ruptur dapat terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui
lapisan intima, sehingga memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya,
mengakibatkan diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi
cabang aorta. Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang rupture ke luar.
Aneurisma terjadi karena pembuluh darah kekurangan elastin, kolagen, dan
matriks ekstraseluler yang menyebakan melemahnya dinding aorta.Kekurangan
komponen tersebut dapat disebabkan oleh factor inflamasi (aterosklerosis). Sel
radang pada dinding pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis mengeluarkan
matriks metaloproteinase. Matriks metaloproteinase akan menghancurkan elastin
dan kolagen sehingga persediannya menjadi berkurang. Selain matriks
metaloproteinase, factor lain yang berperan terjadinya aneurisma adalah activator
plasminogen, serin elastase, dan katepsin.

11
Aneurisma akan mengakibatkan darah yang mengalir pada daerah tersebut
mengalami turbulensi. Keadaan itu menyebabkan deposit trombosit, fibrin, dan sel-
sel radang. Akibatnya, dinding aneurisma akan dilapisi thrombus. Lama kelamaan
thrombus berlapis tersebut akan membentuk saluran yang sama besar dengan
saluran aorta bagian proksimal dan distal.
Selain itu, interaksi dari banyak factor lain dapat menjadi predisposisi
pembentukan aneurisma pada dinding aorta. Aliran turbulen pada daerah bifurkasio
dapat ikut meningkatkan insiden aneurisma di tempat-tempat tertentu. Suplai darah
ke pembuluh darah melalui vasa vasorum diduga dapat terganggu pada usia lanjut,
memperlermah tunika media dan menjadifaktor predisposisi terbentuknya
aneurisma.
Apapun penyebabnya, perkembangan aneurisma akan selalu progresif.
Tegangan atau tekanan pada dinding berkaitan langsung dengan radius pembuluh
darah dan tekanan intraarteri. Dengan melebar dan bertambahnya radius pembuluh
darah, tekanan dinding juga meningkat sehingga menyebabkan dilatasi dinding
pembuluh darah. Angka kejadian rupture aneurisma juga meningkat seiring dengan
meningkatnya ukuran aneurisma. Selain itu, sebagian besar individu yang
mengalami aneurisma juga mengalami hipertensi sehingga menambah tekanan
dinding dan pembesaran aneurisma.
Aneurisma palsu, juga disebut sebagai aneurisma traumatik, disebabkan oleh
robekan traumatik di dinding pembuluh darah dan bukan karena kelemahan
pembuluh darah. Aneurisma ini sering kali sakular, berbentuk seperti tonjolan
(kantong) kecil disetiap bagian dinding pembuluh darah. Aneurisma berry adalah
tipe aneurisma sakular. Sering kali berukuran kecil (diameter kurang dari 2 cm),
disebabkan oleh kelemahan kongenital pada tunika media arteri. Aneurisma berry
umumnya dijumpai dalam lingkaran willis otak.

12
F. Tanda dan Gejala

a) Dibagian toraks
1. Dapat asimptomatik
2. Nyeri punggung dan leher atau substernum
3. Dyspnea, stridor, atau batuk keras jika menekan trakea
4. Suara parau dan disfagia jika menekan esofagus atau
saraf laring
5. Edema pada wajah dan leher
6. Distensi vena leher (vena jugularis)
b) Dibagian abdomen
1. Massa abdomen yang berdenyut
2. Klasifikasi aorta yang terlihat pada sinar –x
3. Nyeri abdomen tengah atau punggung bawah ringan
hingga berat
4. Ekstremitas dingin dan sianotik jika arteri iliaka terkena
5. Klaudikasi (nyeri iskemik pada saat olahraga, mereda
pada saat istirahat)
c) Diseksi aorta
1. Nyeri sobekan mendadak dan parah diarea aneurisma
2. Hipertensi awal ringan atau nyata
3. Nadi dan tekanan darah lemah atau tidak ada di
ektremitas atas
4. Sinkop atau kondisi kehilangan kesadaran sementara
yang biasanya berhubungan dengan kurangnya aliran darah ke
otak (pingsan).

13
G. Alur Klini
Aterosklerosis Cedera kepala
Hipertensi
MAV (malformasi
Kerusakan Autoregulasi arteriovenosa)
dinding PD di otak
Aliran darah

Volume darah Arteri menerima


Kelemahan pada
Menekan dinding darah dalam jumlah
dinding PD di otak
pembuluh darah yang besar

Elastisitas
pembuluh darah

Arteri berdilatasi

Aneurisme
intrakranial

Pelebaran aneurisma
dan tek. Pada daerah
sekitar saraf kranial

Aneurisme pecah

Stroke hemoragik
Pendarahan dalam
otak atau pada ruang
subarachnoid

Kerusakan sirkulasi Pelepasan ion-ion


CSS kalsium dari sel-sel
darah merah yang lisis

14
Vasospasme
serebral

PK TIK TIK

Tahanan
vaskuler

Menghalangi
aliran darah Aliran Suplay O2
serebral darah di otak
serebral

Metabolism
Perfusi jar. Otak Perubahan anaerob
Perfusi Serebral

Iskemia jar. Akumulasi asam


Otak laktat

Injury jar. Otak Merangsang


reseptor nyeri

Infark (
kematian ) Nyeri (sakit)
jar. Otak

Nyeri akut
Kerusakan
serebral

Divisit
Perubahan Resiko cedera
neurologis
sensorik/
perseptual

15
H. Penatalaksanaan Umum
1. Farmako terapi :
a. Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120 mmHg
atau kurang.
b. Propranolol (indera) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta
dengan menurunkan kontraktilitas miokard
c. Aktivitas : tirah baring
d. Beta bloker untuk mengurangi denyut jantung dan tekanan darah
sehingga mengurangi risiko pecahnya aneurysma
2. Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembecaran aneurisma
atau klien menunjukkan gejala distress akut. Pembedahan meliputi eksisis
dan pengangkatan aneurisma dan penggantian dengan graft sintetik untuk
memperbaiki kontinuitas vascular.
a. Bedah elektif. Keputusan untuk melakukan operasi pada klien aneurisma
asimptomatik bergantung dari risiko aneurisma tersebut mengalami
ruptur. Pembedahan elektif dilakukan bila diameter lebih dari 50 mm.
komplikasi dini yang terjadi setelah operasi elektif meliputi iskemia
jantung, aritmia, dan gagal jantung kongestif (15%), insufisiensi
pulmonal (8%), kerusakan ginjal (6%), perdarahan (4%), tromboemboli
distal (3%), dan infeksi luka (2%).
b. Bedah darurat. Klien dengan dugaan ruptur perlu dipertimbangkan
dilakukan bedah darurat. Beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan kematian selama pembedahan adalah usia lebih dari 80
tahun, kesadaran menurun, konsentrasi HB rendah, henti jantung,
penyakit kardiorespiratori parah.
c. Bedah konvensional. Dilakukan dengan menggunakan graft prostetik.
Pemasangan graft dinilai efektif, dan kematian 30 harinya 5%. Risiko
kematian pasca pemasangan graft status kesehatan klien.

16
d. Endovaskular stent atau endoprotesis. Merupakan alat yang dimasukan
ke cara endovascular melalui arteri femoralis. Endoprotesis ini seperti
selang yang daimeternya dapat dibuat sedemikian rupa hinga
menyerupai diameter arteri normal. Dengan adanya selang ini, darah
hanya mengalir melalui selang tersebut, tidak lagi melalui kantong
aneurisma. Akibatnya, risiko trombosis dan ruptur berkurang. Untuk
menjaga agar diameter selang tidak berubah maka pada selang
digunakan stent.

Coiling Clipping
3. Konservatif

Penyembuhan aneurisma yaitu dengan cara terapi konservatif salah satunya


dengan Konsumsi makanan yang rendah lemak dan rendah kolesterol

4. Pencegahan pada aneurisma :


1. Tingkatkan aktivitas tubuh :olahraga atau bergeraklah untuk
meningkatkan detak jantung anda, setidaknya tigapuluh menit sehari
2. Jangan merokok karena kandungan nikotin dan tar dalam rokok yang
masuk kedalam pembuluh darah jantung dapat mengiritasi diding
jantung dan menghambat kinerja jantung untuk memompa darah
3. Jaga tekanan darah tetap normal
4. Jangan mengejan

17
5. Jangan batuk terlalu kencang
6. Hindari mengangkat beban
7. Hindari bahaya kafein dalam jumlah tinggi karena kafein bisa
meningkatkan tekanan darah.
8. Istirahat yang cukup dan pola makan teratur, dan jangan lupa
mengonsumsi air mineral yang cukup setiap hari
5. Nutrisi yang harus dikonsumsi paada aneurisma : jeruk, kunyit, kale,
bayam, air, jus buah delima, biji wijen, bawang putih, anggur merah, dark
chocolate, lemon, sarden, lentil, almond, semangka, blubbery.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk,
dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama pada kasus aneurisma, ditemukan keluhan utama
adanya nyeri dada yang menjalar ke punggung.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah mengalami penyakit ini
sebelumnya, tanyakan pula pola hidup, makanan yang dikonsumsi.
Makanan yang tinggi lemak adalah faktor predisposisi tertinggi dari
aneurisma.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat dikaji, tanyakan adakah kelainan bawaan seperti sindroma
marfan (dinding pembuluh darah yang tipis) dan penyakit hipertensi
yang diturunkan.
e. Pemeriksaan fisik :

18
1) Sistem syaraf/neurologi
Anamnese :
1. Kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran:
dengan melakukan pertanyaan tentang kesadaran pasien
terhadap waktu, tempat dan orang
2. Kaji adanya kejang atau tremor
2) Sistem Kardiovaskular
Anamnesa : hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi,
3. Kaji nadi : frekuensi, irama, kualitas (keras dan lemah) serta
tanda penurunan kekuatan/pulse deficit
4. Periksa tekanan darah : kesamaan antara tangan kanan dan
kiri atau postural hipotensi
5. Inspeksi vena jugular seperti distensi, dengan membuat
posisi semi fowlers
6. Palpasi dada untuk menentukan lokasi titik maksimal denyut
jantung
7. Auskultasi bunyi jantung S1- S2 di titik tersebut, adanya
bunyi jantung tambahan, murmur dan bising.
3) Sistem Respirasi (Pernapasan)
Anamnesa : Nyeri dada dan sesak nafas, dispnes, suara sesak, dan
batuk.
1. Kaji keadaan umum dan pemenuhan kebutuhan respirasi
2. Kaji respiratory rate, irama dan kualitasnya
3. Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada,
termasuk diameter anterior dan posterior thorax, dan adanya
gangguan spinal
4. Palpasi posisi trakea dan adanya subkutan emphysema

19
5. Auskultasi seluruh area paru dan kaji suara paru normal
(vesikular, bronkovesikular, atau bronkial) dan kaji juga
adanya bunyi paru patologis (wheezing, cracles atau ronkhi)
6. Kaji adanya keluhan SOB (shortness of breath)/sesak napas,
dyspnea dan orthopnea.
7. Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per
hari) dan berapa lama telah merokok
4) Sistem Pencernaan
Anamnesa : rasa mual
1. Inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna
kulit dan pola pembuluh vena (venous pattern)
2. Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus
3. Palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau
distensi, adanya nyeri tekan, adanya massa atau asites
4. Kaji adanya rasa mual
5. Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi
terhadap diet
6. Kaji adanya perubahan selera makan, dan kemampuan klien
untuk menelan
7. Kaji adanya perubahan berat badan
8. Kaji pola eliminasi : BAB dan adanya flat

5) Sistem Perkemihan
Anamnesa :
1. Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam,
warna, kekeruhan dan ada/tidaknya sedimen
2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan
hematuria, serta riwayat infeksi saluran kemih
3. Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)

20
4. Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter,
silikon kateter atau urostomy atau supra pubik kateter

6) Sistem Integumen
Anamnesa : adanya peningkatan suhi di daerah sekitar lokasi
1. Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan
keadaan umum kulit (jaundice, kering)
2. Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor
3. Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain, dekubitus, dsb
4. Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus
5. Palpasi adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu

f. Pemeriksaan Penunjang:
a. Aneurisma Aorta Torakalis
1. Foto Rontgen : Menunjukkan pelebaran mediastinum/
tertariknya trakea.
2. Aortografi : untuk mengevaluasi anatomi aneurisma
3. CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi ukuran dari aneurisma
4. MR Angiografi : Untuk melihat cabang-cabang pembuluh
darah aorta
b. Aneurisma Aorta Abdominalis
1. Foto polos abdomen
2. USG/Duplex sonografi berwarna
3. MRI : Mengetahui letak aneurisma secara jelas.
2. Aneurisma Intrakranial
3. CT fungsi lumbal : menunjukan adanya darah dalam cairan
serebrospinal

21
4. Angiography serebral. Angiography juga menggunakan
pewarna khusus menyuntikkan ke dalam aliran darah unutk
membuat dalam dari arteri muncul pada gambar x-ray.
Menunjukan lokasi dan ukuran aneurisma serta memberi
informasi tentang arteri yang terkena, pembuluh darah yang
ada di antaranya dan cabang-cabang vaskuler.
2. Diagnosa Keperawatan
a. nyeri berhubungan dengan aneurisma aorta
b.Risiko tinggi terhadap rupture berhubungan dengan aneurisma
aorta
3. Rencana Tindakan Keperawatan / perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan aneurisma aorta
Hasil yang diharapkan :
1. Mendemostrasikan istirahat nyeri
2. Melaporkan penurunan intensitas nyeri
3. Ekspresi wajah rileks
4. Tak ada merintih
Rencana tindakan :
1. Berikan analgesik yang diresepkan dan evaluasi
keefektifan seperlunya.
2. Beritahu dokter kapan nyeri menetap atau memburuk
3. Kaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, menggunakan
skala nyeri.
b.Risiko tinggi terhadap ruptur berhubungan dengan aneurisma
aorta
Hasil yang diharapkan :
1. Mendemonstrasikan keberadaan komplikasi
2. Tekanan darah teratur antara 90/60—120/80 mmHg
3. Tidak ditemukan manifestasi syok hipovolemik

22
Rencana tindakan :
1. Pantau masukan dan haluaran setiap kali pengeluaran
urine kurang dari 240 ml
2. Pantau tekanan darah, nadi, dan pernafasan
3. Pantau kualitas nyeri
4. Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler
5. Beritahu dokter kapan : nyeri dada hebat dan rasa
tersobek, syok (kulit dingin dan lembab, istirahat
dengan hipotensi, takikardi dan pucat)
4. Implementasi
Nyeri akut berhubungan dengan aneurisma aorta :
1. memberikan analgesik yang diresepkan dan evaluasi
keefektifan seperlunya.
2. memberitahu dokter kapan nyeri menetap atau
memburuk
3. mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi,
menggunakan skala nyeri.
Risiko tinggi terhadap rupture berhubungan dengan aorta aneurisma :
1. memantau masukan dan haluaran setiap kali pengeluaran
urine kurang dari 240 ml
2. memantau tekanan darah, nadi, dan pernafasan
3. memantau kualitas nyeri
4. mempertahankan tirah baring pada posisi semi fowler
5. memberitahu dokter kapan : nyeri dada hebat dan rasa
tersobek, syok (kulit dingin dan lembab, istirahat dengan
hipotensi, takikardi dan pucat)

23
5. Evaluasi
1. Diagnosa keperawatan: Nyeri Akut
a. Klien mengidentifikasi metode penghilangan nyeri
b. Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
c. Klien mendemonstrasikan keterampilan teknik relaksasi dan
distraksi sesuai indikasi.
2. Diagnosa keperawatan: risiko tinggi terhaadap rupture
a. Klien mendemonstrasikan keberadaan komplikasi
b. Tekanan darah klien teratur 90/60- 120/80
c. Tidak ditemukan manifestasi syok hipovolemik pada pasien

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahawa Aneurysma merupakan pelebaran pembuluh darah
yang terjadi umumnya pada dinding pembuluh darah yang lemah atau telah rusak
(robek). Aneurysma biasa menyerang aorta dan arteri perifer dikarenakan tekanan
darah pada pembuluh ini tinggi. Aneurysma paling sering terjadi pada pria usia 65
tahun keatas atau bisa disebut usia lanjut yang mempunyai riwayat merokok serta
memiliki riwayat hipertensi. Aneurysma berbentuk kantong (sakular) seperti kantong
dikarenakan dilatasi lokal pada arteri. Aneurysma dapat mengakibatkan pendarahan
serta kematian.

25
DAFTAR PUSTAKA

Aspianni,Reny.2014. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular: Aplikasi


NIC & NOC.Jakarta: EGC.
Hinkl, Janice L. 2010. Clinical Handbook for Brunner & Suddath’s Text book of
Medical Surgical Nursing.13thedition: Wolters Kluwer Health |
Lippincott Williams & Wilkins
Pearce,Evelyn.2013. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Percetakan CV
Prima Grafika.
Watson,Roger.2002.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Perawat.Jakarta:EGC.
https://www.alodokter.com/kerap-alami-sinkop-kenali-dan-waspadai-
penyebabnya#targetText=Sinkop%20adalah%20kondisi%20kehilangan%20kesadara
n,bisa%20menjadi%20pertanda%20penyakit%20tertentu.

https://www.scribd.com/document/232563099/Pathway-Aneurisma

26

Anda mungkin juga menyukai