OLEH :
WIWIK KRISNAWATI
R014191004
PRESEPTOR INSTITUSI
KONSEP MEDIS
A. Definisi
PCI adalah prosedur bedah non-invasif dengan tujuan meringankan penyempitan atau
oklusi arteri coroner dan meningkatkan suplai darah ke jaringan iskemik. PCI biasanya
dilakukan dengan metode yang berbeda, yang paling umum adalah dengan
menggelembungkan segmen sempit untuk menjaga arteri terbuka (Ahmad, M, Reddivari,
AKR)
B. Indikasi
Berikut ini indikasi klinis yang dapat memerlukan tindakan PCI:
1. STEMI
a. PCI primer adalah metode reperfusi yang direkomendasikan secara tepat waktu
b. STEMI dengan gejala iskemik berdurasi kurang dari 12 jam
c. STEMI dengan gejala iskemik berdurasi kurang dari 12 jam dan kontraindikasi
terhadap terapi fibrinolitik
d. PCI meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan stenosis yang signifikan
(>50%)
2. SKA NSTEMI
a. Terapi invasive dini (dalam 2 jam gejala) direkomendasikan dengan angina berulang,
gejala gagal jantung, regurgutasi mitral yang baru atau memburuk, ketidakstabilan
hemodinamik, atau takikardia/fibrilasi ventrikel berkelanjutan
b. Tingkat troponin yang memburuk sehingga memerlukan terapi dini (dalam waktu 24
jam)
3. UAP
4. PCI diindikasikan untuk stenosis arteri coroner kritis yang tidak memenuhi syarat untuk
operasi CABG
C. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut :
1. Ketidakpatuhan dengan prosedur dan ketidakmampuan untuk dilakukan terapi antiplatelet
ganda
2. Risiko perdarahan yang tinggi (trombositopenia, tukak lambung, koagulopati parah)
3. Restenosis intervensi coroner perkutan multiple
Kontraindikasi relative :
1. Intoleransi untuk antiplatelet oral jangka panjang
2. Penyakit ginjal kronis
3. Arteri dengan diameter <1,5 mm
4. Stenosis <50 %
D. Komplikasi
1. Arteri coroner atau cedera aorta (pembedahan dan pecah)
2. Perdarahan biasanya pada pangkal paha atau pergelangan tangan bisa internal atau
eksternal
3. Infeksi bisa terjadi secara local atau sistemik
4. Gagal ginjal, kontras yang digunakan dalam angiogram dapat memperburuk fungsi ginjal,
terutama pada pasien dengan disfungsi ginjal sebelumnya
5. Stroke dapat terjadi karena adanya gumpalan darah yang dihasilkan selama prosedur
6. Infark miokard sekunder akibat thrombosis yang bisa berada dalam stent atau distal ke
PCI
7. Tingkat komplikasi lebih tinggi pada pasien dengan :
a. Usia lebih dari 65 tahun
b. Jenis kelamin wanita
c. Diabetes
d. Penyakit jantung sistolik
e. Penyakit arteri coroner yang luas
Aterosklerosis CAD Aliran darah ke arteri koroner menurun INTERVENSI
Elektif PCI ≥ 12 jam, tdk pd saat serangan Primary PCI ≤ 12 jam, pd saat serangan Early PCI > 12 jam pain menetap Rescue PCI
Heparin Zat Kontras Pembuluh darah Arteri abdominalis Aorta Perikardium Sumber listrik
jantung
M’hmbat Faktor Xa Mnyerap cairan Trombus lepas Vasospasme P’drahan intraperitoneal Tamponade
Aritmia
Aliran drah ke
ginjal mnurun
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu aspek penting perawatan pasien.
Adapun pengkajian yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kesadaran
Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang dipantau dengan ketat. Perubahan
penginderaan berarti jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk
oksigenasi otak. Bila pasien mendapatkan obat yang mempengaruhi fungsi pembekuan
darah, maka pengawasan terhadap adanya tanda-tanda perdarahan otak merupakan hal
penting yang harus dilakukan
2. Nyeri dada
Nyeri dada bisa menjalar ke bagian lengan kiri, ke leher, rahang bawah, gigi,
punggung/interskapula, perut dan dapat juga ke lengan kanan. Nyeri juga dapat di
jumpai pada daerah epigastrium dan menstimulasi gangguan pada saluran percernaan
seperti mual, muntah,. Rasa tidak nyaman didada dapat menyebabkan sulit bernafas,
keringat dingin, cemas dan lemas. Nyeri dada tidak selalu ditemukan pada pasien
NSTEMI terutama pada pasien yang lanjut usia ataupun menderita diabetes mellitus
3. Frekuensi dan irama jantung
Frekuensi dan irama jantung perlu dipantau secara terus menerus. Adanya disritmia
dapat merupakan petunjuk ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan oksigen jantung
dan di pantau terhadap perlunya diberikan terapi antidisritmia. Bila terjadi disritma
tanpa nyeri dada, maka parameter klinis lain selain oksigenasi yang adekuat harus di
cari, seperti kadar kalium serum terakhir.
4. Bunyi jantung
Bunyi jantung harus diauskultasi secara terus-menerus, karena bunyi jantung abnormal
dapat timbul. Deteksi dini S3 yang diikuti penatalaksanaan medis yang agresif dapat
mencegah edema paru yang mengancam jiwa. Adanya bunyi murmur yang sebelumnya
tidak ada menunjukkan perubahan fungsi otot miokard sedangkan friction rub
menunjukkan adanya pericarditis.
5. Tekanan Darah
Tekanan darah di ukur dan di monitor untuk menentukan respon terhadap nyeri dan
keberhasilan terapi khususnya vasodilator.
6. Denyut nadi perifer
Denyut nadi perifer dievaluasi secara teratur. Perbedaan frekuensi nadi perifer dengan
frekuensi denyut jantung menegaskan adanya disritmia seperti atrial fibrilasi. Denyut
nadi perifer paling sering di evaluasi untuk menentukan kecukupan aliran darah ke
ekstremitas.
7. Status volume cairan
Pengukuran intake dan output cairan penting dilakukan. Cairan yang seimbang dan
cenderung negatif akan lebih baik untuk menghindari kelebihan cairan dan
kemungkinan gagal jantung. Berkurangnya haluran urine (oliguria) yang disertai
hipotensi merupakan tanda awal shock kardiogenik.
8. Pemberian Oksigen
Hipoksemia dapat terjadi akibat dari abnormalitas ventilasi dan perfusi akibat gangguan
ventrikel kiri. Oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri <
90%. Pada semua pasien NSTEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6
jam pertama. Pemberian oksigen harus diberikan bersama dengan terapi medis untuk
mengurangi nyeri secara maksimal [ CITATION Dar17 \l 1057 ]
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis(iskemia jaringan), fisik
(peningkatan kerja jantung akibat mengangkat berat atau olahraga berlebihan)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung
3. Risiko perfusi ginjal tidak efektif
4. Risiko infeksi
5. Risiko perdarahan (NANDA,2015).
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perawatan Jantung
Secara rutin mengecek pasien baik secara fisik
dan psikologis sesuai kebijakan agen/peneyedia
layanan
Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak
membahyakan curah jantung atau serangan
jantung
Dorong peningkatan aktivitas bertahap ketika
kondisi pasien sudah stabil (mis. Aktivitas yang
ringan)
Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk
segera melaporkan bial nyeri dada
Evaluasi nyeri dada ( intensitas, lokasi, radiasi,
durasi dan factor yang memiu serta meringankan
nyeri dada)
Monitor TTV secara rutin
Penilaian sirkulasi perifer (mis. Cek nadi perifer,
edema, suhu ekstremitas
Monitor distritmia jantung, gangguan ritme, dan
konduksi jantung
Monitor keseimbangan cairan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Identifikasi pasien dalam mengatasi stress
Lakukan terapi relaksasi
Tawarkan dukungan spiritual kepada pasien dan
keluarga
3. Risiko perfusi ginjal tidak Perfusi Jaringan : Organ Abdominal Pengaturan hemodinamik
efektif Urin output normal Monitor dan tentukan status perfusi (apakah
Berat jenis urin normal pasien terasa dingin, suam-suam kuku, atau
hangat)
Monitor adanya tanda dan gejala masalah pada
status perfusi (misalnya hipotensi simtomatik,
dingin diujung kaki dan tangan, termasuk lengan
dan kaki. Evaluasi tingkat serum kreatinin dan
BUN, hiponatremia)
Monitor dan catat tekanan darah, denyut jantung,
irama dan denyut nadi
Monitor efek obat
Monitor kadar elektrolit
Jaga keseimbangan cairan dengan pemberian
cairan IV atau diuretic
Evaluasi efek dari terapi cairan
Pasang kateter urin
4. Risiko infeksi Kontrol risiko: proses infeksi Kontrol infeksi :
Faktor resiko : Pasien mampu mencari informasi Alokasikan keseuaian luas ruang per pasien seperti
Pertahanan primer tidak terkait control risiko yang diindikasikan oleh pedoman pusat
adekuat (gangguan integritas Pasien mampu menindetifikasi faktor pengendalian dan pencegahan penyakit
kulit, prosedur invasive) risiko infeksi Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai
Definisi : Pasien mampu mengenali perilaku protokol institusi
Rentan mengalami invasi dan yang berhubungan dengan risiko Batasi jumlah pengunjung
multiplikasi organisme infeksi Ajarkan cara cuci tangan yang tepat kepada Pasien
patogenik yang dapat Pasien mampu mnegenali tanda dan maupun keluarga Pasien
mengganggu kesehatan gejala infeksi Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
Pasien mampu memonitor perilaku diri sebelum dan sesudah mengunjungi Pasien
yang berkaitan dengan risiko infeksi Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
Pasien mampu memonitor lingkungan perawatan Pasien
yang berkaitan dengan risiko infeksi Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang
Pasien mampu mempraktikan strategi bersifat universal
untuk mengontrol infeksi Gunakan sarung tangan sesuai dengan kebijakan
universal
Gunakan sarung tangan steril dengan tepat
Bersihkan kulit Pasien dengan agen antibakteri
yang sesuai
Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
Dorong batuk dan bernafas dalam yang tepat
Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
Kolaborasi pemberian terapi antibiotik yang sesuai
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya pada
tim kesehatan
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tindakan
menghindari infeksi
5. Risiko perdarahan Status sirkulasi Pencegahan Perdarahan
Domain 11 : Tekanan darah normal Monitor dengan ketat risiko terjadinya perdarahan
Keamanan/Perlindungan Tekanan nadi normal pada pasien
Kelas 2 : Cedera fisik Saturasi oksigen normal Catat nilai hemoglobin dan hematocrit sebelum dan
Definisi : Urin output normal setelah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
Rentan mengalami penurunan Capillary refill normal Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap
volume darah, yang dapat Tidak ada suara napas tambahan Monitor komponen koagulasi darah, termasuk
mengganggu kesehatan Protrombin time (PT), Partial Thromboplastin Time
Tidak ada edema perifer
Tidak ada wajah pucat (PTT), fibrinogen degradasi fibrin/split products,
Tidak ada penurunan suhu kulit dan trombosit hitung dengan cara yang tepat
Ahmad Mansoor, Metha Parth, Reddivari Anil Kumar Reddy, Munggee Sudhir (2020).
Percutaneus Coronary Intervention. In : StatPearls. Treasure Island
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Indonesia: Salemba Medika.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
interventions clasification (NIC). Singapore: Elsevier.
Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. (2017). Rencana asuhan keperawatan
medikal-bedah : Diagnosis NANDA-I Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
clasification (NOC). Singapore: Elsevier.
NANDA. (2015). Nursing diagnoses definitions and clasification. Jakarta: EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. (2015). Pedoman Tatalaksana
Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Centra Communications.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner &
suddarth. Jakarta: EGC.