OLEH
ARMITHA AMALIA
REGITA MOHAMAD
FADILLA AMNUR
Mengetahui,
( ) ( )
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam [ CITATION Rah12 \l
1033 ]
Luka bakar juga didefinisikan sebagai kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi [ CITATION Nur15 \l 1033 ].
Berikut ini jenis-jenis luka bakar berdasarkan penyebab terjadinya:
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan
asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya
jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar
kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat – zat pembersih yang
sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebihdari 25.000 produk
zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energy
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak ,tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industry
atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinarmatahariakibatterpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi [ CITATION Rah12 \l 1033 ]
B. ETIOLOGI
.Luka bakar sebagian besar disebabkan oleh paparan api, tetapi juga bisa disebabkan
karena terpajang panas, kimia, listrik dan radiasi, serta karena inhalasi panas atau asap.
Berdasarkan perjalanan penyakit luka bakar dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan
sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock teratasi. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
(kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi sepsis, dan
penguapan cairan tubuh disertai panas/energi
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyakit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya[ CITATION Nur15 \l 1033 ].
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
b. Luka bakar derajat II
1) Derajat II dangkal (superficial)
2) Derajat II dalam (deep)
c. Luka bakar derajat III
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar mayor
b. Luka bakar moderat
c. Luka bakar minor
4. Ukuran luas luka bakar
Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan yaitu :
a. Rule of nine
1) Kepala dan leher: 9%
2) Dada depan dan belakang: 9% dan 9%
3) Abdomen depan dan belakang: 9% dan 9%
4) Tangan kanan dan kiri: 9% dan 9%
5) Paha kanan dan kiri: 9% dan 9%
6) Kaki kanan dan kiri: 9% dan 9%
7) Genetalia: 1%
b. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund
dan Browder sebagai berikut:
Usia (tahun)
Lokasi
0-1 1-4 5-9 10-5 Dewasa
Kepala 19 17 13 10 7
Leher 2 2 2 2 2
Dada dan perut 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13
Pantat kiri 2,5 2,5 2.5 2.5 2.5
Pantat kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Kelamin 1 1 1 1 1
Lengan atas kanan 4 4 4 4 4
Lengan atas kiri 4 4 4 4 4
Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Paha kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Tungkai bawah kanan 5 5 5,5 6 7
Tungkai bawah kiri 5 5 5,5 6 7
Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
.
D. PATOFISIOLOGI
24 jam pertama luka bakar
E. MANIFESTASI KLINIS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : hb, ht, leukosit, trombosit, glukosa, elektolit, kreatinin, ureum,
protein, album, hapusan luka, urine lengkap dan Arteri gas darah
2. EKG 12 lead
3. Foto rontgen dada
4. CVP: untuk mengetahui tekanan vena sentral, dibutuhkan pada luas luka bakar lebih
dari 30% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
5. Comuted tomography dari bagian tulang yang mengalami deformitas [ CITATION
Nur15 \l 1033 ]
G. PENATALAKSANAAN
1. Pertolongan pertama
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan, dan benda-benda lain yang efek torniket, karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi udem.
c. Setelah sumber panas dihilangkan, rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air yang mengalir selam sekurang-kurangnya selama 15
menit. Akan tetapi, cara ini tidak dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena
bahaya terjadinya hipotermi.
d. Evaluasi awal
Prinsip penangan pada luka bakar sama dengan penangan pada luka akibat trauma
yang lain, yaitu ABC (airway, breathing, circulation) yang di ikuti dengan
pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder.
2. Resusitasi cairan
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi
jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbear pada 4 jam pertama
terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah 24 jam pertama setelah luka
bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling sering adalah ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka
bakar. Output urin yang adekuat adalah 0,5 sampai 1,5 ml/kgbb/jam/.
Adapun rumus yang sering dipakai yaitu rumus Baxter:
3. Penggantian darah
4. Perawatan luka bakar
5. Pemenuhan nutrisi
6. Pemberian antibiotic[ CITATION Her18 \l 1057 ].
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. ASKEP TEORI
1. Pengkajian
a. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tnggal
MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian kita perlu informasi
selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar
akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki
penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data
pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar
agama dan pendidikan menentukan intervensi yang tepat dalam pendekatan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien lukabakar (Combustio) adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabakan kerena iritasi terhadap saraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(P,Q,R,S,T). sesak nafas yang timbul beberapa jam/hari setelah klien mengalami
luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paruberakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
c. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya lukabakar, penyabeb lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakan serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketikadilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase
:fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), faseakut (48 jam
pertama beberapa hari/bulan), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).
d. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar.
e. Aktifitas/istirahat :
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
f. Sirkulasi:
Tanda : (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
g. Integritasego :
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
h. Eliminasi :
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
i. Neurosensori :
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
j. Nyeri/kenyamanan :
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri.
2. Diagnosakeperawatan
a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif (Efaporasi akibat luka
bakar)
d. Nyeri akut b/d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hipermetabolisme,
dan kebutuhan bagi kesembuhan luka
f. Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar terbuka
g. Gangguan citra tubuh b/d perubahan pada penampilan tubuh
h. Risiko Infeksi[ CITATION Her18 \l 1057 ]
B. PENYIMPANGAN KDM
Luka bakar
Risiko penurunan
perfusi jaringan otak
Risiko ketidakefektifan
perfusi ginjal
Dilatasi lambung GI traktus
Multisistem organ
failure
BAB III
LAPORAN ANALISA KASUS
Data Lainnya :
C. Circulation
Akral : Hangat Dingin Penurunan curah
Pucat : Tidak Ya jantung o Mengawasi adanya
Cianosis : Tidak Ya ( Aktual/ Risiko ) perubahan warna kulit
o Mengawasi adanya
Pengisian Kapiler Ketidakefektifan perubahan kesadaran
< 3 detik ≥ 3 detik Perfusi Jaringan o Mengukur tanda-tanda vital
Perifer. o Memonitor perubahan turgor,
Nadi : Teraba Tidak teraba ( Aktual/ Risiko ) membrane mukosa dan
capillary fefill time
Frekuensi : 98 x/menit Kekurangan Volume o Mengobservasi adanya tanda-
Irama : Reguler Irreguler Cairan (Aktual/ Risiko) tanda edema paru : dispnea
Kekuatan : Kuat Lemah &ronchi
Tekanan darah : 170/90 mmHg Diare o Mengkaji kekuatan nadi
perifer
Adanya riwayat kehilangan cairan Risiko Gangguan o Mengkaji tanda-tanda
dalam jumlah besar : Fungsi Kardiovaskuler dehidrasi
Diare : x/hari o Memonitor intake – output
Muntah : x/hari Risiko Penurunan cairan setiap jam : pasang
Luka Bakar : 26% Perfusi Jaringan kateter dll.
Wajah (1 %), Lengan kanan Jantung o Mengobservasi balance
(2 %), Lengan kiri (2 %), cairan
Kaki kanan (11 %), Kaki kiri Risiko Perdarahan o Mengawasi adanya edema
(10 %) perifer
Grade : 2B Risiko Syok o Mengobservasi adanya urine
output 30 ml/jam dan
Perdarahan : Tidak NOC : peningkatan BJ urine
Ya, Grade : o Meninggikan daerah yang
Jika Ya : cc
cidera jika tidak ada
Lokasi Perdarahan:
kontraindikasi.
o Memberikan cairan peroral
Kelembaban kulit :
Lembab Kering jika masih memungkinkan
Kriteria Objektif : 2000-2500 cc/hri
Turgor: Normal Kurang o Mengontrol perdarahan
1. dengan balut tekan
Edema : Tidak Ya, Grade o Mengobservasi tanda-tanda
adanya sindrom
Output urine : - ml/jam 2. kompartement ( nyeri local
daerah cidera, pucat,
EKG : penurunan mobilitas,
3. penurunan tekanan nadi,
nyeri bertambah saat
digerakkan, perubahan
Data lainnya : 4. sensori/baal dan kesemutan)
o Menyiapkan alat-alat untuk
pemasangan CVP jika
5. diperlukan
Faktor Risiko : o Memonitor CVP jika
o diperlukan
o o Memonitor CVP dan
o perubahan nilai elektrolit
tubuh
Kolaborasi :
Faktor Risiko
o
o
E. Exposure o Mengkaji karakteristik nyeri ,
gunakan pendekatan PQRST
Adanya trauma pada daerah : Luka o Nyeri (Akut)
bakar pada wajah, tangan dan kaki o Mengajarkan teknik relaksasi
o
F. Farenheit ( Suhu Tubuh ) o Hipertermia o Mengobservasi TTV,
kesadaran, saturasi oksigen
Suhu : 36,7 ℃ o Hipotermia ( Aktual/ o Membuka pakaian ( menjaga
risiko ) privasi )
Lamanya terpapar suhu panas / o Melakukan penurunan suhu
dingin: o Ketidakefektifan tubuh: kompres
termoregulasi dingin/evaporasi/ selimut
pendingin ( cooling blanket )
Riwayat pemakaian obat : o Mencukupi kebutuhan
cairan/oral
o Memberikan antipiretik
Riwayat penyakit : o Melindungi pasien
Metabolik lingkungan yang dingin
Kehilangan cairan o Membuka semua paian
Penyakit SSP
pasien yang basah
o Melakukan penghangatan
Riwayat tubuh pasien secara bertahap
Cidera kepala (1℃ / jam ) dengan selimut
Dampak tindakan Medis tebal/ warm blanket
(latrogenik ) o Mengkaji tanda-tanda cedera
Pemberian cairan infus yang fisik akibat cedera dingin :
terlalu dingin kulit melepuh, edema,
Pemberian transfusi darah timbulnya bula/vesikel,
yang terlalu cepat dan masih menggigil.
dingin o Menganjurkan pasien agar
Hipoglikemia tidak menggorok/ menggaruk
kulit yang melepuh
o Melakukan gastric lavage
Data Lainnya : dengan air hangat
o Menyiapkan cairan IV
denagn cairan yang hangat
o Menyiapkan alat-alat intubasi
Faktor Resiko : jika diperlukan
o Lain-lain
o
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat alergi :
Tidak Ya
2. Obat yang dikomsumsi sebelum masuk RS ?
3. Riwayat Penyakit
Tidak ada DM PJK
HPT Asma Lainnya
4. Riwayat Hospitalisasi ?
Tidak Ya, Kapan : Klien dirawat di RS Siloam pada tanggal 9
januari 2020 setelah mengalami luka bakar sebelum dirujuk ke RSWS
5. Intake makanan peroral terakhir ?
Jam : 07.30 Jenis: bubur
Porsi makan klien tidak dihabiskan
Klien mengatakan tidak napsu makan dan tidak menyukai makanan dari RS
Klien mengatakan tidak menghabiskan porsi makan yang diberikan
6. Hal-hal atau kejadian yang memicu terjadinya kecederaan/ penyakit ?
7. Pengkajian fisik :
a. Kepala dan wajah : bentuk kepala tampak simetris, distribusi rambut di kepala tampak
tidak merata, berwarna hitam dan beruban. Terdapat luka bakar pada wajah dan telinga
dengan grade 2B
b. Leher dan cervical spine : bentuk leher tampak normal, tidak terdapat massa dan
pembesaran kelenjar tiroid. Tidak terdapat masalah pada cervicals spine.
c. Dada : bentuk dan pergerakan dada tampak simetris
d. Perut dan pinggang : abdomen tampak acites, pergerakan perut saat inspirasi dan ekspirasi
tampak simetris. Nyeri tekan tidak ada, terdapat pembesarn lien, tidak teraba massa
e. Ekstremitas :
Kekuatan otot 5 5
55
Tampak luka bakar pada tangan dan kaki dengan grade 2B
f. Punggung dan tulang belakang : tidak ada luka bakar diarea punggung dan tulang belakang
8. Psikososial
Kecemasan dan ketakutan
Ringan Berat
Sedang Panik
Mekanisme Koping
Menarik diri Perilaku kekerasan
Menarik diri/ isolasi sosial
Konsep diri
Gangguan citra diri Harga diri rendah
Lainnya : tidak dapat dikaji
9. Seksualitas : Pelecehan seksual Trauma seksual
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Lab (20/01/2020)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi rutin
WBC 7,99 4.0-10.0 10^3/uL
RBC 3,71 4.00-6.00 10^6/uL
HGB 10,2 12.0-16.0 g/dL
HCT 31,9 37.0-48.0 %
PLT 282 150-500 10^3/uL
MCV 86 80-97.0 fL
MCH 27,5 26.5-33.5 Pg
Kimia Darah
Albumin 2,0 3,5-5,0 gr/dl
11. Therapy :
Ceftazidine 1 gr/12 jam/IV
Omeprazole 40 mg/24 jam/IV
Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Albumin
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri pada area luka bakar
terutama pada area bokong dan semakin memberat
jika digerakkan dan tertekan. Nyeri dirasakan nyut-
nyut seperti tertusuk-tusuk dirasakan terus menerus
dengan skala nyeri sedang
Klien mengeluh nyeri dan tidak mampu
menggerakkan tangan dan kakinya
DO :
Terdapat luka bakar grade 2B pada wajah, tangan,
dan kaki
Ekspresi wajah nampak meringis saat kaki
digerakkan
2. DS : Kerusakan integritas jaringan
Keluarga mengatakan klien mengalami luka bakar
pada tanggal 09/01/2020 sekitar pukul 21.30 wita
akibat ledakan tabung gas pada saat klien ingin
menyalakan tabung untuk memasak dirumahnya
DO :
Terdapat luka bakar grade 2B pada wajah, tangan,
dan kaki
3. DS : Ketidakseimbangan nutrisi
Klien mengatakan makan hanya sedikit dan tidak kurang dari kebutuhan tubuh
menghabiskan makanan
Klien mengatakan tidak napsu makan dan
menyukai makanan yang diberikan RS
DO :
Klien tampak lemah
Porsi makan klien tidak dihabiskan
Albumin : 2,0 g/dl
Hb : 10,2 g/dl
4. Faktor risiko : Risiko infeksi
Kerusakan integritas kulit
Anemia
Hipoalbuminemia
5. Faktor risiko : Risiko disfungsi neurovascular
Cedera luka bakar perifer
Imobilisasi
Kompresi mekanik dengan balutan
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Senin, 20/01/2020
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesesuaian/ Kesenjangan Antara Konsep dan Praktik dan Evidence- Based Practice
Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma luka yang paling memberikan dampak
buruk bagi individu. Populasi lansia secara umum mempunyai resiko yang besar untuk
mengalami trauma luka bakar disertai angka kematian yang tinggi, karena berbagai
macam komplikasi yang timbul.
Pada kasus yang kami dapatkan adalah seorang pasien perempuan, usia 82 tahun
masuk rumah sakit pada tanggal 9 Januari 2020 dengan awal derajat lukabakar, dengan
luas luka bakar 40 %. Pada saat kami melakukan pengkajian tanggal 20 Januari luas luka
bakar tinggal 26 % dengan derajat superficial deep dermal. Menurut pasien dan keluarga
luka bakar yang terjadi akibat ledakan tabung gas pada saat pasien ingin menyalakan
kompor di rumah nya. Pada saat kejadian pasien tinggal sendiri di dalam rumahnya.
Proses penanganan luka bakar pada usia lanjut jauh lebih kompleks dari penanganan
luka bakar pada anak-anak dan usia dewasa muda. Berdasarkan beberapa penelitian yang
sebelumnya telah dilakukan ditemukan beberapa masalah yang sering sekali menjadi
perhatian utama pada pasien usia lanjut yang menderita luka bakar. Hal- hal tersebut
adalah control infeks, yang dapat dilakukan melalui skrining atau kultur untuk dapat
melihat jenis antibiotic yang tepat diberikan pada pasien untuk mencegah infeksi. Aspek
yang harus menjadi perhatian lagi adalah kebutuhan nutrisi pasien. Selain itu respon
pasien terhadap nyeri juga harus menjadi perhatian, perlu manajement yang tepat dalam
pemberian analgetik pada pasien.
Berdasarkan manifestas klinik menurut teori dan temuan dilapangan ada yang
sama. Sebagian besar manifestasi klinik tersebut muncul pada pasien. Pemberian asuhan
keperawatan pada Ny. S dilakukan selama 4 hari. Dari 4 intervensi yang diberikan
dengan diagnosis keperawatan antara lain nyeri akut berhubungan dengan luka bakar,
kerusakan integritas jaringan, risiko infeksi dan risiko disfungsi neurovaskuler perifer.
Hal ini disebabkan karena pemberian asuhan keperawatan dalam waktu yang hanya 4
hari saja. Selain itu kelompok kami menemukan bahwa terdapat hasil pemeriksaan kultur
yang menyatakan bahwa pasien resisiten terhadap salah satu jenis antibiotic, tetapi masih
juga diberikan. Namun setelah dikoreksi kembali, kemudian pasien mendapatkan
antibiotic yang sesuai dengan hasil skrining atau kultur pasien.
Selama proses perawatan pasien di ruang luka bakar luka pasien secara teratur
dibersihkan 2 kali seminggu, namun jika lukanya basah langsung dilakukan perawatan
kembali. Semua prinsip perawatan luka secara steril sudah dilakukan di ruang rawat IGD
luka bakar tetapi proses penyembuhan lukanya sendiri termasuk cukup lama. Hal
tersebut dipengaruhi oleh nutrisi pasien yang tidak adekuat dalam menunjang proses
penyembuhan luka. Selama kami melakukan perawatan, pasien tampak makan hanya
makan sekitar 5-6 sendok makan setiap makan. Pasien mengeluhkan nasi yang agak
keras untuk pasien kunyah, kemudian menu makanan yang kurang disukai olehpasien.
Selain itu tingkat partisipasi keluarga dalam membantu proses penyembuhan pasien
dirasakan sangat kurang. Keluarga kurang melakukan pendampingan dan tidak
berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan pasien, terlebih khusus pada kebutuhan nutrisi
pasien.
BAB V
A. Kesimpulan
Selama kelompok kami melakukan intervensi keperawatan, tidak semua tindakan
keperawatan, kelompok dapat melakukan secara maksimal kepada pasien karena
keterbatasan waktu perawatan yang hanya 4 hari saja. Secara umum, proses perawatan
luka bakar pada pasien Ny. S sudah dilakukan dengan maksimal sesuai dengan prinsip
steril. Akan tetapi beberapa factor telah menyebabkan proses penyembuhan luka
berlangsung cukup lama. Salah satu factor tersebut adalah nutrisi pasien yang tidak
adekuat, ditambah hipoalbumin yang dialami oleh pasien, serta usia pasien. Selain itu
tingkat partisipasi keluarga pasien dalam proses perawat dirasakan sangat kurang.
B. Saran
Trauma luka bakar pada lansia memelukan perhatian yang khusus, yang memainkan
peranan penting adalah skrining terhadap risiko infeksi serta kebutuhan nutrisi pasien.
Kedepannya mungkin dapat ditemukan suatu formula nutrisi khusus bagi pasien lansia
dengan luka bakar sehingga dapat membantu proses pemulihan luka bakar dan
mengurangi angka kematian pada pasien lansia dengan luka bakar.
Daftar Pustaka
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Intervention Classification. Singapore: Elsevier.
Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-1 Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction Publishing.