Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG)

OLEH:

NOVIETA

R014191020

PRESEPTOR INSTITUSI

(Abdul Majid, S.Kep, Ns., M.Kep., Sp.KMB)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Coronary Artery Bypass Artery (CABG) merupakan salah satu penanganan
intervensi dari PJK.CABG adalah jenus tindakan operasi jantung yaitu dengan membuat
saluran baru melewati bagian arteri coronaria yang mengalami penyempitan.Operasi
coronaria artery bypass Graft pertama kali dilakukan di Amerika Serikat pada tahun1960,
sedangkan penggunaan mesin jantung paru sudah terlebih dahulu dilakukan pada tahun
1954[ CITATION Sme131 \l 1033 ].
CABG merupakan suatu prosedur bedah dimana pembuluh darah dari bagian lain
tubuh yang kemudian dicangkokkan ke arteri koroner yang tersumbat sehingga darah
dapat mengalir di luar sumbatan[ CITATION Sme10 \l 1033 ]..CABG melibatkan pintas dari
sumbatan pada satu atau lebih arteri koroner dengan menggunakan vena saphenous, arteri
mamaria atau arteri radialis sebagai pengganti atau saluran pembuluh darah[ CITATION
Bla14 \l 1033 ].Sebelum pembedahan, angiografi koroner memberikan panduan lokasi tepat
lesi dan tempat penyempitan pembuluh arteri koroner.
Dengan demikian dapat di simpulkan CABG adalah operasi pembedahan yang
dilakukan dengan membuat pembulu darah baru atau bypass terhadap pembuluh darah
yang tersumbat sehingga dapat melancarkan kembali pembuluh darah yang tersumbat
sehingga aliran darah yang membawa oksigen untuk otot jantung yang diperdarahi
pembulu darah.

1
B. Tujuan CABG
Tujuan prosedur pintasan arteri koronaria/ coronary artery bypass graft (CABG) adalah
untuk menurunkan angka kematian akibat gagal jantung dan meningkatkan ualitas hidup
pasien dengan gagal jantung dengan cara meningkatkan aliran darah ke miokardium yang
mengalami iskemia akibat lesi aterosklerosis etenotik atau obstruktif di arteri koronaria
(Gruendemann, 2005).

C. Indikasi CABG
Adapun beberapa kondisi yang dapat dipertimbangkan untuk menjalani CABG
ialah[ CITATION Sme10 \l 1033 ]:
1. Angina yang tidak dapat dikontrol dengan terapi medikasi
2. Penyempitan >50% dari left main disease atau left main equivalent yaitu penyempitan
menyerupai left maint arteri misalnya ada penyempitan bagian proximal rari arteri
anterior desenden dan arteri circumflex
3. Penderita dengan 3 vessel disease yaitu 3 arteri coroner semuanya mengalami
penyempitan bermakna yang fungsi jantung mulai menurun (EF:<50%)
4. Komplikasi dari PCI yang tidak berhasil
5. Penyempitan 1 atau 2 pembuluh darah namun pernah mengalami gagal jantung.

D. Kontraindikasi CABG
Adapun kontraindikasi pelaksanaan CABG ialah[ CITATION Tim10 \l 1033 ]:
1. Faktor Usia yang sangat tua
2. Pasien dengan penyakit pembuluh darah koroner kronik akibat diabetes mellitus dan
EF yang sangat rendah <15%
3. Sklerosis aorta yang sangat berat
4. Struktur arteri koroner yang berat
5. Struktur arteri koroner yang tidak mungkin disambung

2
E. Teknik CABG
ada 2 teknik yang digunakan pada operasi CABG yaitu :
1. On-pump coronary artery bypass, yaitu tindakan CABG yang menggunakan mesin
Cardio pulmonary bypass (CPB).
2. Off-pump coronary artery bypass, yaitu tindakan CABG tanpa menggunakan mesin
CPB.

F. Penatalaksanaan post CABG

Klien biasanya dirawat pada awalnya untuk unit perawatan intensif


(ICU).Pengkajian awal difokuskan pada tingkat kesadaran, suara paru, nadi perifer, dan
tanda vital termasuk irama jantung, curah jantung/indeks jantung, dan suhu [ CITATION
Bla14 \l 1033 ].Klien mendapatkan hasil tekanan darah secara kontinu melalui jalur arteri,
jalur tekanan vena sentral, dan kadang kala monitor curah jantung dan tekanan arteri
pulmonal.Klien tetap mendapatkan intubasi dan ventilasi dengan respirator.
Drainase selang mediastinum diukur setiap jam; ahli bedah dapat berbeda dalam
instruksi mengalirkan selang, tetapi darah tidak diperbolehkan ada di selang karena akan
menyumbat saluran dan menyebabkan tamponade. Keluaran urine juga diukur tiap
jam.Dilakukan pemeriksaan laboratorium termasuk haemoglobin, hematokrit, angka
trombosit, glukosa darah, elektrolit, BUN, kreatinin, waktu protrombin, waktu parsial
tromboplastin, dan analisa gas darah arteri.Diperlukan juga rontgen dada untuk meverikasi
penempatan selang endotrakeal dan mengidentifikasi abnormalitas dada (misalnya
pneumotoraks). Dalam 4 jam sampai 8 jam, jika hemodinamik klien stabil, saat klien sadar
dan dapat mempertahankan nafas dengan spontan, klien dapat diekstubasi berdasarkan
instruksi dokter. Oksigen yang digunakan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang
diharapkan.
Tujuan perawatan pasca besah dalam 24 jam pertama adalah mempertahankan
tekanan darah dan curah jantung yang adekuat,mengoreksi masalah dengan koagulasi dan
kadar kalsium, dan menstabilkan volume intravaskular [ CITATION Bla14 \l 1033 ] . Obat-
obatan untuk mempertahankan curah jantung meliputi agen inotropik, kalsium, dan
vasokonstriktor.Vasodilator dapat digunakan untuk memperbaiki tahan/resistensi vascular
perifer dan preload.

3
Program penyembuhan yang cepat bagi klien dengan pembedahan jantung yang
akan mengurangi lama tinggal dirumah sakit sampau 4 hari [ CITATION Bla14 \l 1033 ] .
Dengan program oemulihan cepat, kebanyakan waktu pemulihan klien terjadi di ruamh,
dengan klien dan keluarga sebagai penangung jawab terutama pada aspek
perawatan.Perencanaan pemulangan dimulai saat klien masuk rumah sakit, aktivitas
meningkat selama periode pasca operasi, dan edukasi klien beserta keluarganya berlanjut
setiap hari selama periode rawat inap.

G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi pada bedah CABG mengenai area
berikut[ CITATION Bla14 \l 1033 ]:
1. Komplikasi pada kardiovaskular meliputi gangguan preload, afterload, frekuensi
denyut nadi dan kontraktilitas.
a. Gangguan preload meliputi hipovolemi, perdarahan menetap, tamponade jantung
dan kelebihan cairan.
b. Gangguan afterload sering disebabkan oleh perubahan suhu tubuh pasien. Pada
hipotermia terjadi konstriksi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan
afterload.
c. Hipertensi terjadi akibat peningkatan afterload. Jika pasien sudah mengalami
hipertensi sebelum pembedahan maka penetalaksanaan terapinya di sesuaikan
seperti sebelum operasi
d. Aritmia dapat mempengaruhi curah jantung. Tujuan utama penanganannya adalah
mengembalikan irama jantung ke irama sinus normal dan mencapai irama stabil
yang menghasilkan curah jantung yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
e. Gangguan kontraktilitas. Gagal jantung terjadi jika jantung tidak mampu
memompakan darah sesuai kebutuhan tubuh. Gejala klinis yang muncul adalah
terjadi penurunan tekanan arteri rata-rata, takikardi, gelisah, kesulitan bernapas,
edema dan terjadi peningkatan PCWP, PA dan CVP.
f. Infark miokard post operasi terjadi kematian sebagian otot jantung sehingga
menurunkan kontraktilitas.

4
2. Komplikasi pulmonal meliputi :
a. Hematothorax dan pnemuthotax. Adanya insisi pada torax dan komponen-
komponennya dapat menyebabkan perdarahan. Pemasangan WSD berguna untuk
mengalirkan perdarahan yang terjadi sehingga dapat mencegah akumulasi darah
pada rongga thorax.
b. Atelectasis bisa disebabkan oleh obat-obat anastesi atau faktor-faktor negative
dari pasien itu sendiri. Saat intubasi ventilator hendaknya disesuaikan dengan
kondisi pasien dan adekuat untuk mencegah atelectasis terutama pada pasien post
op.
c. Pneumonia insiden pneumonia pada operasi jantung terjadi antara 2-9%. Pasien
yang mengalami penyakit paru kronik pre op kolonisasi disaluran pernapasan,
atau perokok mempunyai insiden angka kejadian untuk terkena pneumonia. Oleh
karena itu, pengkajian kesehatan secara lengkap sangan diperlukan dan
dikomunikasikan juga di post op.
d. Emboli paru. Insiden emboli paru 1-2 % terutama disebabkan oleh heparinisiasi
selama operasi dan hemodelusi setelah operasi. Stoking kompresi dan latihan
mobilisasi di bed dan ROM tiap hari mungkin diperlukan untuk mencegah emboli
paru
e. Kegagalan weaning. Insufisiensi respirasi adalah salah satu komplikasi setelah
operasi jantung. Ketergantungan ventilator yang lama akan menyebabkan
kegagalan weaning. Intervensi keperawatan yang penting segera dilakukan adalah
weaning ventilator sesuai protocol, mobilisasi pasien sedini mungking, pasien
didorong untuk bernapas sponta, manajemen nyeri dan cemas.
3. Komplikasi neurlogis meliputi stroke dan ensefalopati. Stroke dapat bersifat embolik
atau trombolitik; embolik karena gangguan plak atau udara pada mesin pintas,
sedangkan stroke trombolitik biasanya berasal dari dinding atrium atau arteri karotis.
Ensefalopati dapat terjadi karena stroke ringan, edema cerebri atau iskemia cerebri
4. Komplikasi hematologis termasuk pendarahan dan pembekuan darah. Mesin pintas
dapat menyebabkan pembentukan bekuan, sehingga darah perlu mendapatkan
antikoagulan, tetapi terapi ini akan menyebabkan pendarahan persisten. Selain itu,

5
respon inflamasi dipicu dan menyebabkan edema karena permeabilitas kapiler yang
meningkat.
5. Komplikasi ginjal meliputi gagal ginjal dan ketidakseimbangan elektrolit.
a. Hypokalemia dapat disebabkan oleh masukan yang kurang, pemberian diuretic ,
muntah diare dan stress pembedahan. Kolaborasi pemberian kalium intravena
perlu dilakukan
b. Hyperkalemia dapat disebabkan oleh peningkatan asupan, hemolysis sel darah
merah, insufiensiensi ginjal, nekrosis jaringan.
c. Hipernatremi dan hiponatremi
d. Hipokalsemia dan hyperkalsemia
6. Infeksi luka dapat pula terjadi setelah pembedahan.

6
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, status pernikahan, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat yang bisa dihubungi, status,
alamat, nomor telepon, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Status kesehatan saat ini
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
hiperlipidemia.Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan
alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul.
5. Riwayat keluarga
Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada
anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit
jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor
risiko utama untuk penyakit jantung pada keturunannya.
6. Status kardiovaskular
Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena
sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru (PCWP), bentuk gelombang
pada tekanan darah invasive, curah jantung dan cardiac index, serta drainase rongga
dada.
7. Status respirasi
Meliputi ukuran dan tanggal pemasangan ETT, masalah yang timbul selama
intubasi, gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume tidal,
konsentrasi oksigen, mode, PEEP), kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi
oksigen, serta analisa gas darah.

7
8. Status neurologi
Meliputi tingkat kesadaran, orientasi,pemberian sedasi, ukuran refleks pupil
terhadap cahaya, gerakan reflex (reflex muntah, patella, tendon), memori, nervus
cranial, serta gerakan ekstremitas.
9. Status fungsi ginjal
Meliputi haluaran urine, warna urine, osmolalitas urine, distensi kandung
kemih, serta kebutuhan cairan.
10. Status gastrointestinal
Meliputi bising usus, frekuensi bising usus, palpasi abdomen, nyeri pada saat
palpasi, mual, muntah, frekuensi BAB, konsistensi dan warna feses,
11. Status musculoskeletal
Meliputi kondisi kulit, gerakan ekstremitas, lokasi luka, kekuatan dan tonus
otot.
12. Nyeri
Meliputi lokasi, onset, paliatif, kualitas, medikasi, serta efek nyeri terhadap
aktivitas.
13. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG
b. Echocardiogram
c. Lab

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan,
mucus berlebihan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi,
perubahan membrane alveolar-kapiler
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload, afterload,
kontraktilitas, frekuensi jantung
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
5. Risiko infeksi

8
WEB OF CAUTION

Merokok Pertambahan Usia Penginkatan kadar Obesitas Diabetes Inaktivitas fisik


kolestrol serum

Pengendapan lemak
pada pembuluh darah

Aterosklerosis arteri
koroner

Tindakan pembedahan
(CABG)

Tindakan intubasi Penurunan Sternotomi atau Risiko infeksi


kontraktitilas jantung insisi tungkai

Pemasangan ETT & Jantung tidak dapat Trauma jaringan


ventilator berkontraksi dengan sekunder
penuh
Merangsang serabut
Mucus berlebihan dan
Penurunan cardiac saraf sensorik
sekresi tertahan
output
Rangsangan
Ketidakefektifan dihantarkan ke
Penurunan curah
bersihan jalan nafas thalamus
jantung

Persepsi nyeri

Nyeri

9
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manaejemn Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.

Bulecheck, G., Butcher, H., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing Intervention
Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Trans.)
Jakarta: Mocomedia.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2015). Nanda International Inc. diagnosis
keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. (B. A. Keliat, H. D. Windarwati, A.
Pawirowiyono, & M. A. Subu, Trans.) Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (Eds.). (2016). Nursing Outcome
Classification (NOC). (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Trans.) Jakarta: Mocomedia.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Volume
3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth’s
textbook of medical-surgical nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Timby, B. K., & Smith, N. E. (2010). Introductory medical-surgical nursing. Philadelphia:


Wolters Kluwer Health.

10

Anda mungkin juga menyukai