Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

POST OP CABG

DISUSUN OLEH :
HOTNIDA BR SITORUS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab tunggal terbesar kematian di negara
maju dan di negara berkembang. Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit
jantung koroner (WHO, 2013).
Pada tahun 2004, diperkirakan 17,1 juta orang meninggal karena PJK.Angka ini
merupakan 29% dari penyebab kematian global dengan perincian7,2 juta meninggal karena PJK
dan sekitar 5,7 juta orang meninggal karena stroke (Kulick, 2011).
Sedangkan Kemenkes RI menyatakan bahwa pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak
17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Lebih dari 3 juta kematian tersebut
terjadi sebelum usia 60 tahun. Kematian dini yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular
berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi dinegara
berpenghasilan rendah (Riskesdas, 2013).
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, banyak penderita jantung koroner dapat
ditingkatkan kualitas hidupnya dengan cara pembedahan yang merupakan salah satu upaya yang
harus dilakukan dengan cara revaskularisasi, artinya memberi jalan baru otot jantung dapat
menerima suplai darah yang sangat berguna untuk kelangsungan tugasnya. Teknik
revaskularisasi tersebut adalah dengan jalan operasi dengan memasang pembuluh darah baru
yang akan memberikan suplai ke otot jantung. Teknik operasi ini dikenal dengan nama operasi
bedah pintas koroner (CABG).
Di rumah sakit Murni teguh Memorial Hospital sudah dilakukan untuk pertama kali
tindakan CABG. Keberhasilan dan kesembuhan pasien tergantung pada banyak faktor antara lain
kondisi pasien selama pre operasi, intra operasi dan pasca opersi. Oleh karena itu, asuhan
keperawatan pre, intra dan post operasi sangat menunjang keberhasilan operasi dan kesembuhan
pasien.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan sumber informasi tentang asuhan keperawatan post operatif pada
pasien dengan penatalaksanaan CABG.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui:
a. Pengertian post bedah CABG
b. Asuhan keperawatan post bedah CABG
BAB II
TINJAUAN TEORI
CORONARY ARTERY BYPASS GRAFTING (CABG)

A. Pengertian
Coronary Artery Bypass Graft merupakan salah satu penanganan intervensi dari PJK dengan
cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan atau
penyumbatan ( Feriyawati,2005).
Coronary Artery Bypass Grafting adalah operasi pintas koroner yang dilakukan untuk
membuat saluran baru melewati bagian arteri koroner yang mengalami penyempitan atau
penyumbatan ( Medical Surgical Nursing vol 1, 2000)
Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik yang menggunakan
pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang
menghalangi pemasokan darah ke jantung.
Rekomendasi untuk melakukan CABG didasarkan atas beratnya keluhan angina dalam
aktifitas sehari-hari. Respon terhadap intervensi non bedah PCI atau stent dan obat-obatan serta
harapan hidup pasca operasi yang didasarkan atas fungsi jantung secara umum sebelum operasi
(Woods, et all. 2000).

B. Tujuan
1. Meningkatkan sirkulasi darah ke arteri korona
2. Mencegah terjadinya iskemia yang luas
3. Meningkatkan kualitas hidup
4. Meningkatkan toleransi aktifitas
5. Memperpanjang masa hidup

C. Indikasi
Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA):
1. Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan
2. Angina yang tidak dapat di kontrol dengan terapi medis
3. Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah yang maksimal
4. Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang mengancam daerah
miokardium
5. Klien dengan komplikasi kegagalan PTCA
6. Sumbatan/stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 %

D. Kontraindikasi
Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner kurang dari 70% maka
aliran darah tersebut masih cukup banyak sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada
pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan pada graft sehingga hasil operasi akan menjadi sia-sia.
(Muttaqin,2009).

E. Manifestasi klinis
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau di iris-iris
3. Dada terasa seperti ditindih benda berat, leher tercekik
4. Nyeri terkadang di daerah epigastrium dan bisa menjalar ke punggung
5. Berkeringat dingin dan lemas

F. Komplikasi
1. Nyeri pasca operasi
Setelah dilakukan bedah jantung, pasien dapat mengalami nyeri yang diakibatkan luka
insisi dada atau kaki, selang dada atau peregangan iga selama operasi. Ketidaknyamanan
insisi kaki sering memburuk setelah pasien berjalan khususnya bila terjadi pembengkakan
kaki. Peregangan otot punggung dan leher saat iga diregangkan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan punggung dan leher. Nyeri dapat merangsang sistem saraf simpatis,
meningkatkan frekuensi jantung dan tekanan darah yang dapat mengganggu hemodinamik
pasien. Ketidaknyamanan dapat juga mengakibatkan penurunan ekspansi dada, peningkatan
atelektasis dan retensi sekresi. Tindakan yang harus dilakukan yaitu memberikan
kenyamanan maksimal, menghilangkan faktor-faktor peningkatan persepsi nyeri seperti
ansietas, kelelahan dengan memberikan penghilang nyeri.
2. Penurunan curah jantung
Disebabkan adanya perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup atau keduanya.
Bradikardia atau takikardi pada paska operasi dapat menurunkan curah jantung. Aritmia
sering terjadi 24 jam – 36 jam paska operasi. Takikardi menjadi berbahaya karena
mempengaruhi curah jantung dengan menurunkan waktu pengisian diastolik ventrikel,
perfusi arteri koroner dan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Bila penyebab dasar
dapat diidentifikasikan maka dapat diperbaiki.
3. Perubahan cairan
Setelah bypass volume cairan tubuh total meningkat sebagai akibat dari hemodilusi.
Peningkatan vasopressin, dan perfusi non perfusi ginjal yang mengaktifkan mekanisme
rennin-angiotensin-aldosterone (RAA). Ketidakseimbangan elektrolit pasca operasi paling
umum adalah kadar kalsium abnormal. Hipokalemia dapat diakibatkan oleh hemodilusi,
diuretik dan efek-efek aldosteron yang menyebabkan sekresi kalium ke dalam urine pada
tubulus distal ginjal saat natrium diserap. Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat jumlah
besar larutan kardioplegia atau gagal ginjal akut.
4. Perubahan tekanan darah
Setelah bedah jantung ditemukan adanya hipertensi atau hipotensi.Intervensi
keperawatan diarahkan pada antisipasi perubahan dan melakukan intervensi untuk mencegah
atau untuk memperbaiki dengan segala tekanan darah pada rentang normotensi.
a. Hipotensi
Pada tandur vena safena dapat kolaps jika tekanan perfusi terlalu rendah, vena tidak
memiliki dinding otot seperti yang di miliki oleh arteri, sehingga mengakibatkan
iskemia miokard. Hipotensi juga dapat disebabkan oleh penurunan volume
intravaskuler, vasodilatasi sebagai akibat penghangatan kembali kontraktilitas
ventrikel yang buruk atau disritmia.Tindakan dengan pemberian cairan atau obat
vasopressor jika hipotensi disebabkan oleh penurunan kontraktilitas.
b. Hipertensi
Hipertensi setelah paska operasi jantung dapat menyebabkan rupture atau
kebocoran jalur jahitan dan meningkatkan pendarahan.Dapat juga disebabkan
karena riwayat hipertensi, peningkatan kadar katekolamin atau renin, hipotermia
atau nyeri, terkadang ditemukan tanpa penyebab yang jelas. Hipertensi dapat
diterima oleh narkotik analgesik atau sedatif intravena. Hipertensi ini umumnya
bersifat sementara dan dapat di turunkan dalam 24 jam. Bila tidak mungkin,
anti hipertensi oral dapat di mulai untuk memudahkan penghentian
nitroprusid. Pada klinik sering digunakan gabungan inotropik dan vasodilator
seperti golongan milirinone.
5. Perdarahan pasca operasi
Ada 2 jenis perdarahan, yaitu:
a. Perdarahan arteri
Meskipun jarang,namun hal ini merupakan kedaruratan yang mengancam hidup
yang biasanya diakibatkan oleh ruptur atau kebocoran jalur jahitan pada satu dari
3 sisi: Anastomosis proksimal tandur vena ke aorta, anastomosis distal tandur vena
ke arteri koroner atau kanulasi sisi ke aorta dimana darah yang mengandung
O2 dikembalikan ke pasien selama bypass.
b. Perdarahan vena
Hal ini lebih umum terjadi dan disebabkan oleh masalah pembedahan atau
koagulopati, kesalahan hemostasis dari satu atau lebih pembuluh darah
mengakibatkan abnormalitas pendarahan.Tindakan ditujukan pada penurunan
jumlah perdarahan dan memperbaiki penyebab dasar.
6. Infeksi luka
Infeksi luka luka pasca operasi dapat terjadi pada kaki atau insisi sternotomi median
atau pada sisi pemasangan selang dada.Perawatan untuk mencegah infeksi yaitu dengan
mempertahankan insisi bersih dan kering dan mengganti balutan dengan teknik
aseptik.Infeksi juga dapat didukung dari keadaan pasien dengan nutrisi tidak adekuat dan
immobilisasi.
7. Tamponade jantung awal
Tamponade jantung terjadi apabila darah terakumulasi di sekitar jantung akibat
kompresi jantung kanan oleh darah atau bekuan darah dan menekan miokard. Hal ini
mengancam aliran balik vena, menurunkan curah jantung dan tekanan darah. Tindakan
meliputi pemberian cairan dan vasopressor untuk mempertahankan curah jantung dan
tekanan darah sampai dekompresi bedah dilakukan.
8. Post perfusion syndrome
Kerusakan sementara pada neuro kognitif, namun penelitian terbaru menunjukan bahwa
penurunan kognitif tidak disebabkan oleh CABG tetapi lebih merupakan konsekuensi
dari penyakit vaskuler.
9. Disfungsi neurologi
Dapat bervariasi dalam beratnya keadaan dari kerusakan sementara konsentrasi ringan
sampai periode agitasi dan kekacauan mental dan cedera serebrovaskuler atau koma.
Perubahan perfusi serebral dan mikro embolisme lemak atau agregasi trombosit
selama bypass dan embolisasi bekuan, bahan partikular atau udara, semua dapat
menyebabkan sequel neurologis. Tindakan meliputi mempertahankan curah jantung adekuat,
tekanan darah dan AGD (Analisa Gas Darah) menjamin perfusi serebral dan oksigenasi
normal.

G. Arteri atau vena yang digunakan sebagai graft


1. Arteri radialis
2. Arteri mamaria interna
3. Vena saphenous
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn J
Umur : 46 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Batak/Indonesia
Agama : Kristen
Status : Menikah
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Pegawai swasta
Tanggal MRS : 26/06/2020
Tanggal tindakan : 27/06/2020
Tanggal pengkajian : 26/06/2020
Diagnose medis : Chf, Aritmia, Anemia
Tindakan : CABG x4 (LIMA-LAD, SVG-OM-D, SVG-PDA)
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada dan sesak nafas dalam beberapa bulan
dengan hasil kateterisasi CAD 3VD
b. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri dada hilang timbul, rencana Pro CABG
c. Riwayat penyakit terdahulu
Hipertensi
d. Riwayat pemakaian obat
Furosemid 40 mg, Bisoprolol 5mg, Isdn 5mg, Ramipril 2.5 mg
e. Faktor resiko
Tensi naik turun
f. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
g. Riwayat psikososial
Tidak ada
h. Riwayat spiritual
Klien beragama kristen
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat badan : 55 kg
d. Tinggi badan : 155 cm
e. Tanda-tanda vital : Td: 100/60 mmhg, Hr: 76x/I, Rr: 20x/I, Term: 36”C, Spo2:
100%, Nrs: 2, Ews: 1
f. Kepala : Mesosefal
g. Leher : Tidak ada kelainan
h. Dada :
Inspeksi : Tampak balutan post op, pergerakan dinding dada simetri, drain
intrapleura sudah teraff.
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V
Perkusi : Perkusi jantung terdengar suara redup
Auskultasi : Bunyi jantung normal, murmur dan gallop tidak ada
i. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk normal, tidak tampak asites
Palpasi : Pembesaran hepar tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
j. Genitalia : Kateter sudah teraff, tidak ada kelainan
k. Kulit : Turgor kulit baik
4. Pola fungsional
a. Nutrisi : Nafsu makan pasien baik
b. Eliminasi : Selama pengkajian, rawatan 5 hari post op, urine 550
ml/8jam
c. Kebiasaan istirahat : Istirahat cukup
d. Kebiasaan aktivitas : 5 hari post op, pasien sudah ke kamar mandi untuk BAK dan
BAB
e. Kebutuhan hygiene : Hari ke 5 dan 6, keluarga dibantu perawat
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium post op (yang lainnya terlampir di Kthis)

b. Rontgen (yang lainnya terlampir di Kthis)


6. Terapi
Analisa data
No Data fokus Etiologi Masalah
1 Ds: Pasien mengatakan nyeri post op Post pembedahan Nyeri akut
masih ada
Do: K/u sedang, kesadaran Cm, Nrs: 3
P = Beraktivitas
Q = Tersayat
R = Daerah kaki kanan
S = Nrs 3
T = Hilang timbul
2 Ds: - Post pembedahan dan Resiko infeksi
Do: Luka post op di dada dan kaki kanan post pemasangan alat
(+), Wsd sudah di aff invasif
3 Ds: Pasien mengatakan bila berjalan Post pembedahan Resiko jatuh
masih lemah
Do: Pasien tampak lemah, nilai resiko
jatuh 45
4 Ds: - Post pembedahan Penurunan curah
Do: Luka post op (+) di dada dan kaki jantung
kanan, akral dingin kering.
Td: 87/60 mmhg, Hr: 93x/i, Rr: 20x/I,
Term: 37”C, Spo2: 995, Produksi urine
550 ml/6jam dari jam 23.00 sampai jam
05.00 wib , hasil echo psot op tidak ada.
5 Ds: - Post pembedahan Resiko perdarahan
Do: Pasien masih terpasang wsd, cairan
minimal.

B. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Resiko jatuh
4. Penurunan curah jantung

C. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut
a. Kaji nyeri yang dialami (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas)
b. Observasi reaksi non verbal, ketidaknyamanan pada pasien yang tidak komunikatif
c. Bantu pasien/keluarga menyediakan dukungan
d. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, kompres hangat/dingin, pijat)
e. Kaji riwayat penggunaan analgesik
2. Resiko infeksi
a. Alokasikan kesesuaian luas ruang dengan pedoman PPI
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Ajarkan teknik cuci tangan bagi pasien dan keluarga yang tepat
d. Monitor Iv line dan perawatan luka yang tepat
e. Edukasi pasien dan keluarga penggunaan antibiotic
f. Penanganan infeksius yang tepat
3. Resiko jatuh
a. Tempatkan tempat tidur pasien dalam posisi terendah
b. Selalu pasang pagar pengaman tempat tidur pasien
c. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk
jatuh (misalnya, lantai yang licin dan tangga terbuka)
d. Mendekatkan bel ke dekat pasien
4. Penurunan curah jantung
a. Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas, lokasi, durasi)
b. Monitor balance cairan
c. Monitor adanya perubahan tekanan darah
d. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
e. Monitor toleransi aktivitas pasien
f. Monitor pola pernapasan abnormal
5. Resiko perdarahan
a. Catat nilai hb dan hematokrit sebelum dan sesudah kehilangan darah sesuai indikasi
b. Monitor tanda-tanda vital
c. Berkolaborasi untuk pemberian produk-produk pengganti darah

http://batabual.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Anda mungkin juga menyukai