CORONARY ARTERY
BYPASS GRAFT (CABG)
Tn H
1. Arterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteria
bedah pintas
3. Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) atau bedah pintas koroner
merupakan salah satu upaya atau tindakan yang di lakukan untuk
revaskularisasi pada penderita penyakit jantung koroner. Upaya ini
koroner bertujuan untuk mengatasi berkurang atau terhambatnya aliran arteri
koroner akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantung
dengan memberikan aliran darah baru ke otot jantung yang mengalami
gangguan pembuluh suplai darah akibat tersumbatnya aliran darah
koroner.
1. Indikasi CABG
Menurut Arif Muttaqin (2009), pasien penyakit jantung koroner yang dianjurkan
untuk bedah CABG adalah pasien yang hasil kateterisasi jantung ditemukan
adanya:
1. Penyempitan >50% dari left main disease atau left main equivelant yaitu
penyempitan menyerupai left main arteri misalnya ada penyempitan bagian
proximal dari arteri anterior desenden dan arteri circumflex.
2. Penderita dengan three vessel disease yaitu tiga arteri koroner semuanya
Indikasi dan mengalami penyempitan bermakna yang fungsi jantung mulai menurun (EF
<50%)
3. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.
CABG
tetapi secara relatif CABG dikontraindikasikan bila terdapat berbagai faktor
yang akan memperberat atau meningkatkan resiko selama dan sesudah bedah
seperti :
1. Faktor usia yang sudah sangat tua. ( >75 tahun menurut WHO)
2. Pasien dengan penyakit pembuluh darah koroner kronik akibat diabetes
mellitus dan EF yang sangat rendah <50%. Pada pasien dengan EF yang
3. kurang dari 50% ini operasi akan dilakukan dengan teknik On Pump.
4. Sklerosis aorta yang berat.
5. Struktur arteri koroner yang tidak mungkin untuk disambung
1. Hipertensi
Hipertensi setelah pasca bedah jantung dapat menyebabkan rupture atau kebocoran jalur jahitan dan
meningkatkan pendarahan. Dapat juga disebabkan karena riwayat hipertensi, terkadang ditemukan tanpa
penyebab yang jelas. Hipertensi ini umumnya bersifat sementara dan dapat diturunkan dalam 24 jam.
2. Aritmia.
Takiaritmia yang terjadi dapat mempengaruhi curah jantung, dapat menurunkan waktu pengisian diastolik
ventrikel, juga menurunkan perfusi arteri koroner. Aritmia sering terjadi 24-36 jam pasca bedah. Bradi
aritmia dan blok terjadi karena depresi sel sistem konduksi oleh kardioplegi atau cedera pada nodus dan
jalur konduksi oleh manipulasi pembedahan, jahitan, edema local.
4. Hipovolemia.
Prosedur operasi menyebabkan kehilangan darah meski sudah dilakukan penggantian cairan. Namun, pada
Komplikasi saat suhu tubuh dinaikkan yang awalnya hipotermi mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga
dibutuhkan lebih banyak cairan untuk memenuhi rongga pembuluh darah.
CABG
5. Tamponade.
Terjadi apabila darah terakumulasi disekitar jantung akibat kompresi jantung kanan oleh darah atau bekuan
darah dan menekan miokard. Hal ini mengancam aliran balik vena, menurunkan curah jantung dan tekanan
darah. Tindakan meliputi pemberian cairan dan vasopressor untuk mempertahankan curah jantung dan
tekanan darah sampai dekompresi bedah dilakukan.
6. Infeksi luka paska operasi
7. Perdarahan .
Ada 2 jenis perdarahan yaitu :
a. Perdarahan arteri. Meskipun jarang, namun hal ini merupakan kedaruratan yang mengancam
hidup yang biasanya diakibatkan oleh ruptur atau kebocoran jalur jahitan.
b. Perdarahan vena. Menurut Arif Muttaqin (2009) perdarahan vena lebih umum terjadi dan
disebabkan oleh masalah pembedahan atau koagulopati, kesalahan hemostasis dari satu atau lebih
pembuluh darah mengakibatkan abnormalitas pendarahan. Tindakan ditujukan pada penurunan
jumlah perdarahan dan memperbaiki penyebab dasar
Persiapan CABG
1. Persiapan administrasi : SPR, SIO, Surat Jaminan
3. Laboratorium Lengkap
4. Persiapan darah
• PRC : 750 cc
• FFP : 500 cc
5. Pemeriksaan penunjang : Jawaban konsul dr gigi, THT, rehab medik, thorak, EKG, dll.
6. Persiapan mental
7. Obat-obatan: antiplatelet dihentikan 1 minggu sebelum operasi; anti koagulan stop 5 hari pra
bedah
ASUHAN KEPERAWATAN CABG PADA TN H
1. Pengkajian
- Keluhan : “ pasien mudah lelah saat beraktivitas, post
serangan 2 bulan yang lalu, cemas akan dilakukan
operasi
- Riwayat penyakit : HT, post serangan 2 bulan yang lalu
2. Data Penunjang :
• Hasil EKG : SR, LAD, LAE, Q pat II, III, aVF, V2-V4
• Hasil Echo : EF 42%
• Hasil x-ray thorax tgl 11/07/22 : Kesan : Kardiomegali
dengan kalsifikasi aorta. Tidak tampak gambaran
infiltrat yang jelas di kedua lapangan paru saat ini.
Suspek efusi pleura minimal kiri.
• Hasil Labolatorium :
• Obat-obatan yang rutin diminum : atorvastatin 1x20mg,
amlodpine 1x5mg, isdn 3x5mg, candesartan 1x32mg,
concor 1x2.5mg, lansoprozole 1x30mg
Diagnosa
Keperawatan