NIM : 190106132
Kelas : 6C D4 Anestesiologi
Penanganan Perioperatif
Anamnesis:
c) Dispneu
d) Hemoptisis
f) Sinkop
g) Edema
h) Palpitasi
i) Kelemahan
j) Lain-lain: nausea, anoreksia, mulut kering, poliuria, batuk, sakit kepala, mimpi buruk dan
nyeri perut
b. Foto thorak : menunjukan pembesaran bayangan jantung karena disfungsi atrial, ventrikel
atau katup.
c. Scan pencitraan miocard: menunjukan area iskemik atau kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau menganggu Gerakan dinding atau kemampuan
pompa.
d. Uji latih jantung : untuk mengukur kemampuang aktivitas jantung sat melakukan
aktivitas, dengan sepeda statis atau tredmill.
e. Echo jantung: untuk melihat struktur fungsi jantung, prosedur ini dengan alat yang
menggunakan gelombang suara.
1) Kecemasan.
2) RK aritmia.
3) RK gangguan hemodinamik.
1) RK trauma pembedahan.
3) RK disfungsi respirasi.
4) RK disfungsi kardiovaskuler.
5) RK ketidakseimbangan cairan.
6) RK disfungsi termoregulasi.
1) RK perdarahan.
2) RK syok
3) RK neuromuskuler.
3) RK disfungsi respirasi.
4) RK disfungsi kardiovaskuler.
5) RK ketidakseimbangan cairan.
6) RK disfungsi termoregulasi.
7) RK perdarahan.
8) RK syok
9) RK neuromuskuler.
Intervensi
1. Pra anestesi
Persiapan pasien :
a. Informed consent
e. Atasi kecemasan dengan non farmakologi dan farmakologi ( berkolaborasi dengan dokter
spesialis anestesi).
f. Puasa 6 – 8 jam.
j. Kaji mallampati.
Pra anestesi
d. Mencegah resiko aspirasi dari regurgitasi gaster ( H2 antagonis, antacid dan anti emetic)
e. Untuk pasien trauma kapitis, kolaborasi dengan spesialis anestesi pemberian midazolam
dan narkotik untuk premedikasi.
f. Persiapan obat anestesi : obat yang mencapai trias anestesi dengan titrasi, obat anti
dotum, obat live saving, obat anti mual dan muntah.
GA :
2. Induksi anestesi mencegah terjadinya hipotensi dengan dosis minimal ( missal propofol 1
mg/KGBB.) obat pilihan barbiturate, etomidate, bezodiazepim.
4. Hindari ketamin.
5. Intubasi dengan ETT/ LMA secara halus.( sudah masuk stadium III plana 3. dilakukan
dengan pendekatan induksi kerja pendek (missal : propofol dosis rendah di kombinasi
opioid dosis kecil dan lidokain 50 mg – 100 mg untuk menumpulkan respon simpatis saat
pemasangan laringoskopi dan intubasi
GA :
1. Rumatan :
3. Obat volatile anestesi memiliki sifat kardioprotektif maka di berikan secara titrasi untuk
mencapai trias anestesi.
MONITORING :
2. Perubahan irama jantung jantung aritmia, jika segmen ST depresi perbaiki oksigenasi,
berikan vasodilator coroner kolaborasi dengan spsialis anestesi.
3. Jika terjadi elevasi segmen ST, kemungkinsn terjadi infark, segera laporkan ke spesialis
anestesi.
c. Monitoring blockade, untk mengetahui relaksasi otot setelah anestesi otot sudah Kembali
normal atau belum.
d. Monitoring system saraf: reflek pupil, respon relaksasi otot cukup atau tidak, dan respon
nyeri di tandai dengan keluar air mata.
TERAPI CAIRAN :
a. Terapi cairan yang optimal, di awali dengan penilai klinis pasien untuk menentukan
kebutuhan dan cara pemberiannya.
b. Perhitungan cairan berdasarkan 3 aspek : deficit cairan yang sudah hilang, kebutuhan
caran maintenance dan kebutuhan cairan yang akan hilang.
b. ekstubasi dalam jika pasien sudah bernafas spontan adekuat dan hemodinamik baik.
REGIONAL ANESTESI :
▪ Rehidrasi cairan elektrolit 1000 -1500 ml atau koloid 500 ml sebelum Tindakan atau
sesuai dengan hasil kolaborasi dengan spesialis anestesi.
● Epidural.
● SAB
Monitoring :
b. Perubahan irama jantung jantung aritmia, jika segmen ST depresi perbaiki oksigenasi,
berikan vasodilator coroner kolaborasi dengan spsialis anestesi.
c. Jika terjadi elevasi segmen ST, kemungkinsn terjadi infark, segera laporkan ke spesialis
anestesi.
TERAPI CAIRAN
a. Penilaian keadaan pasien dengan Aldrete skore, brpmage skore atau steward skore.
d. Pertahankan hemodinamik
g. Monitoring perdarahan.
Evaluasi
2. Normo hemodinamik.
8. Termoregulasi efektif.
I. Kecemasan.
VI. Hipotermia
VIII. Dispnoe
IX. Sinkope
X. Kelemahan
XI. RK aritmia.
i. RK trauma pembedahan.
v. RK ketidakseimbangan cairan.
vii. RK perdarahan.
viii. RK syok
ix. RK neuromuskuler.
4) RK disfungsi kardiovaskuler.
5) RK ketidakseimbangan cairan.
6) RK disfungsi termoregulasi.
7) RK perdarahan.
8) RK syok
9) RK neuromuskuler.
Faktor yang berhubungan dengan komplikasi jantung selama operasi non jantung
Faktor pre-operatif
o EKG abnormal
Faktor intra-operatif
b. Takikardi
c. Hipotensi diastolik
a. Anemia
b. Hipoksaemia arterial
c. Takikardi
d. Hipertensi sistemik
f. Peningkatan afterload
Intervensi
1. Oksigenasi
2. Therapi cairan
Intervensi Farmakologis
β –bloker
Agonis α2-adrenoseptor
Statin
Nitrogliserin
Lain-lain : ACE-inhibitor
• Takikardi
nitrogliserin
β –bloker titrasi
OBAT OBATAN
1. OBAT KARDIOVASKULER
• Antihipertensi
• Antiangina
• Antiaritmia
• Diuretika
Obat Anestesi
2. obat volatile
3. Gas Anestesi
1. Hiperbarik.
2. Isobarik.
Obat emergency
3. OBAT ANALGETIK
a. Pascaoperasi yang penting efektif untuk menghindari stres, gejolak hemodinamik, dan
hiperkoagulasi.
b. Untuk pasien kooperatif tanpa kontraindikasi yang menjalani operasi abdominal atau
thoraks mayor dengan insisi besar, anestesi epidural disarankan untuk analgesia
preemptive pascaoperasi.
c. Sebagai alternatif, pemberian opioid subarachnoid yang bekerja lebih lama (contoh,
morfin atau hidromorfon) dapat memberikan 12 hingga 24 jam analgesia pascaoperasi.
d. Patient-controlled analgesia (PCA).
Pertimbangan Anestesi
▪ Tehnik anestesi terpilih adalah yang paling kecil mengakibatkan takikardia atau yang
menggangu status hemodinamik. Untuk prosedur perifer, block syaraf atau plexus atau
saddle block yang terpilih. Spinal dan epidural dapat setidaknya secara tiba-tiba
menurunkan preload dan afterload, yang dapat memberatkan MVP. Menghindari obat-
obatan yang melepaskan histamine, dan pemilihan obat muscle relacsan haruslah dengan
pertimbangan terhadap efek kardiovaskular. Atropin, ketamin hendaknya dihindari, dan
pada keadaan dehidrasi serta penggantian cairan dan darah hendaknya secara agresif
dilakukan. Jika takikardia timbul pada keadaan euvolemia maka pengobatan dengan beta-
bloker sesuai untuk diberikan. Jika vasopressor dibutuhkan pada keadaan hipovolemia
relatif (pada spinal tinggi) maka phenylepinefrin yang terpilih.
▪ General Anestesi
a. Kombinasi propofol dan potassium iodide sebelum pmeberian panastesi dan pembedahan
d. Ketamin dan Pankuronium tidak dianjurkan karena dapat mengaktivasi system saraf
simpatis
e. Kombinasi obat-obat anestesi atau tehnik yang spesifik tidak dianjurkan dalam
menangani pasien dengan regurgitasi tricuspid. Namun anastesi volatile yang dapat
menyebabkan vasodilatasi pulmonal dapat dipertimbangkan untuk digunakan, dan
ketamin dapat digunakan karena efeknya dalam mempertahankan aliran balik vena.
Nitro-oksida adalah vasokonstriktor yang lemah apabila dikombinasikan dengan opioid
dan dapat memperparah regurgitasi tricuspid dengan mekanisme ini. Penggunaan nitro-
oksida akan membantu mengontrol aliran darah balik vena sentral dan kemungkinan
dapat membantu meningkatkan tekanan atrium kanan.
1. Kecemasan.
2. RK gangguan hemodinamik.
4. RK disfungsi respirasi.
5. RK disfungsi kardiovaskuler.
1. RK trauma pembedahan.
3. RK disfungsi respirasi.
4. RK disfungsi kardiovaskuler.
5. RK ketidakseimbangan cairan.
6. RK disfungsi termoregulasi.
7. RK perdarahan.
8. RK syok
9. RK neuromuskuler.
3. RK disfungsi respirasi.
4. RK disfungsi kardiovaskuler.
5. RK ketidakseimbangan cairan.
6. RK disfungsi termoregulasi.
7. RK perdarahan.
8. RK syok
9. RK neuromuskuler.
Intervensi
1. Pra anestesi
Persiapan pasien :
A. Informed consent
D. Penilaian kelayakan untuk dilakukan tindakan anestesi dengan menetapka status fisik
ASA.
E. Atasi kecemasan dengan non farmakologi dan farmakologi ( berkolaborasi dengan dokter
spesialis anestesi).
F. Puasa 6 – 8 jam.
G. Kosongkan kandung kemih.
J. Kaji mallampati.
Pra anestesi
D. Mencegah resiko aspirasi dari regurgitasi gaster ( H2 antagonis, antacid dan anti emetic)
E. Untuk pasien trauma kapitis, kolaborasi dengan spesialis anestesi pemberian midazolam
dan narkotik untuk premedikasi.
F. Persiapan obat anestesi : obat yang mencapai trias anestesi dengan titrasi, obat anti
dotum, obat live saving, obat anti mual dan muntah.
GA :
• Induksi anestesi mencegah terjadinya hipotensi dengan dosis minimal ( missal propofol 1
mg/KGBB.) obat pilihan barbiturate, etomidate, bezodiazepim.
• Muscle relaxant pilihan vecurorium, rocurorium.
• Hindari ketamin.
• Intubasi dengan ETT/ LMA secara halus.( sudah masuk stadium III plana 3. dilakukan
dengan pendekatan induksi kerja pendek (missal : propofol dosis rendah di kombinasi
opioid dosis kecil dan lidokain 50 mg – 100 mg untuk menumpulkan respon simpatis saat
pemasangan laringoskopi dan intubasi.
GA :
Rumatan :
Obat volatile anestesi memiliki sifat kardioprotektif maka di berikan secara titrasi untuk
mencapai trias anestesi.
MONITORING :
b. Perubahan irama jantung jantung aritmia, jika segmen ST depresi perbaiki oksigenasi,
berikan vasodilator coroner kolaborasi dengan spsialis anestesi.
c. Jika terjadi elevasi segmen ST, kemungkinsn terjadi infark, segera laporkan ke spesialis
anestesi.
e. Monitoring perdarahan.
g. Monitoring blockade, untk mengetahui relaksasi otot setelah anestesi otot sudah Kembali
normal atau belum.
h. Monitoring system saraf: reflek pupil, respon relaksasi otot cukup atau tidak, dan respon
nyeri di tandai dengan keluar air mata.
TERAPI CAIRAN :
▪ Terapi cairan yang optimal, di awali dengan penilai klinis pasien untuk menentukan
kebutuhan dan cara pemberiannya.
▪ Perhitungan cairan berdasarkan 3 aspek : deficit cairan yang sudah hilang, kebutuhan
cairan maintenance dan kebutuhan cairan yang akan hilang.
b. ekstubasi dalam jika pasien sudah bernafas spontan adekuat dan hemodinamik baik.
REGIONAL ANESTESI :
2. Rehidrasi cairan elektrolit 1000 -1500 ml atau koloid 500 ml sebelum Tindakan atau
sesuai dengan hasil kolaborasi dengan spesialis anestesi.
PILIHAN ANESTESI :
1. Epidural.
2. SAB
3. PNB
Monitoring :
b. Perubahan irama jantung jantung aritmia, jika segmen ST depresi perbaiki oksigenasi,
berikan vasodilator coroner kolaborasi dengan spsialis anestesi.
c. Jika terjadi elevasi segmen ST, kemungkinsn terjadi infark, segera laporkan ke spesialis
anestesi.
TERAPI CAIRAN
2. Penilaian keadaan pasien dengan Aldrete skore, brpmage skore atau steward skore.
5. Pertahankan hemodinamik
8. Monitoring perdarahan.
11. Pertahankan toleransi nyeri dengan managemen nyeri pasca operasi atau dengan PAC
(patient controlled analgesia).
1. Penilaian keadaan pasien dengan Aldrete skore, brpmage skore atau steward skore.
7. Monitoring perdarahan.
10. Pertahankan toleransi nyeri dengan managemen nyeri pasca operasi atau dengan PAC
(patient controlled analgesia).
Evaluasi
2. Normo hemodinamik.
8. Termoregulasi efektif.