Anda di halaman 1dari 9

CASE STUDY SISTEM KARDIOVASKULER PEMBEDAHAN AORTA

Oleh :
Ni Putu Wanda Kartika Dewi (18D10150)
Ni Putu Wulan Ratnadi Asih (18D10151)
Ni Wayan Eni Sukmawati (18D10152)
Ni Wayan Meliandani (18D10153)
Ni Wayan Nova Pebriyanti (18D10154)
Ni Wayan Sri Inten Putriani (18D10155)
Norlailiyah (18D10156)
Novita Dwi Harsrikristuti Prabawati (18D10157)
Novy Natalia Latuihamallo (18D10158)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI


PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOL

i
TAHUN 2020/2021

ii
CASE STUDY SISTEM KARDIOVASKULER
KASUS

Pasien Ny. R, Perempuan berusia 52 Tahun, dengan DX. Medis: DISEKSI AORTA
STANDFORD A DEBAKEY 1,

Riwayat Penyakit sebelumnya: Klien memiliki riwayat Masuk Rumah Sakit karena merasa
Nyeri dada dan Ulu hati seperti terbakar dimulai sejak 2 bulan sebelumnya, nyeri pada dada dan
punggung yang dirasakan sangat hebat dengan skala nyeri NRS 9/10 sampai klien pingsan dan
dibawa ke RS A. Saat dirawat di RS A selama seminggu nyeri yang dirasakan terasa berkurang
namun masih terasa penuh disekitar lambung. Bulan berikutnya rasa nyeri dada hebat dan
menjalar ke sekitar uluhati dan punggung kembali dirasakan dengan skala NRS 7/10 dan dibawa
kembali ke RS A. Karena peralatan tidak memadai pasien selanjutnya dirujuk ke RS B untuk
dilakukan pemeriksaan lanjutan. Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan penunjang
lainnya di RS B pasien di diagnosa Diseksi Aorta+HHD. Klien kemudian dirujuk ke RSJPD
Harapan Kita untuk dilakukan pengobatan lanjut (Operasi).

Pengkajian di RSJPDHK hasil pemeriksaan keluhan nyeri dada dan punggung klien hilang
timbul dengan skala NRS 4/10, kesadaran CM, TD 178/72 mmHg, HR 110 x/mnt, SaO2 100%,
BJ 1 dan 2 tunggal regular, murmur-, gallop -, suara paru vesikuler, akral hangat edema
extremitas -., orthopnoe -, PND -,
Klien dengan riwayat Hipertensi selama 2 thn terkontrol.
Pemeriksaan X-Ray: CTR 65%, Ao dilatasi, Po mendatar, Apex tertanam (kesan Kardiomegali,
Aneurisma aorta asenden, efusi pleura kiri).
Echokardiografi: Fungsi sistolik LV global LV menurun, EF 42%, RV normal, fungsi sistolik
RV baik, TAPSE 19 mm, - LA dilatasi, RA normal

Pemeriksaan MSCT: Root Ao 30.03 mm, sinotubular 82.9 mm, diseksi (+), Ao Ascenden 22.4
mm, Ao Arch 24.3 mm, Ao Descenden 22.4 mm, Ao Thoraco abdominal 22.0 mm. Bentuk dan
ukuran caliber baik, kalsified (-), IMH (-),
Kesan: Aneurisma sinotubular aorta, diseksi (+), IMH (-).

3
Laboratorium: Hb 12.2, Ht 37, Leukosit 5000, SGOT 18, SGPT 9, Ur 45.1 Creatinin 0.85, BUN
21, GDS 115.
Terapi yg diperoleh; Perdipine 0,5 micro/KgBB drip IV, Bisoprolol 5 mg 1x PO, Doxiciclyn 100
gr 2xPO, Diazepam 5 mg 1x PO, Laxadine CI 1x PO, simvastatin 20 gr 1x PO, V-Block 6,25 gr
2x PO, Candesartan 16 mg 2x PO
Pengkajian ABI ext. 1.06/1.0, riwayat Hipertensi 2 thn,
EKG: AV Block derajat I, LVH, VES.
Pasien direncanakan tindakan Operasi Bental prosedure 2 hari berikutnya.

Pertanyaan :
1. Apa masalah Kesehatan yang dihadapi oleh pasien
Pasien mengalami direksi aorta yang ditandai dengan gejala nyeri hilang timbul yang
dirasakan menjalar di sekitar ulu hati dan pungung seperti terbakar sejak 2 bulan yang lalu,
saat pengkajian di RSJPDHK skala nyeri yang dirasakan NRS 4/10. Pasien pada awal gejala
sempat mengalami pingsan dan pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun lalu namun
terkontrol. Pasien didiagnosa dengan Direksi Aorta + HHD yaitu tipe Stanford A DeBekey I
yang didapatkan dari pemeriksaan X- ray yaitu CRT 65%, AO dilatasi, Po mendatar, pada
pemeriksaan Echokardiografi fungsi sistolik LV global LV menurun dan LA mengalami
dilatasi, dari pemeriksaan MSCT : aorta sinotubular mengalami pelebaran dengan 82,9 mm.
Pasien kemudian direncanakan melakukan operasi Bental Prosedur.
Masalah Anastesi yang dialami pasien :
a. Pre Anastesi
- Nyeri
- Risiko Cidera Agent Anastesi
b. Intra Anastesi
- Rk trauma fisik pembedahan
- Rk disfungsi respirasi
- Rk disfungsi Kardiovaskular
c. Post Anastesi
- Rk disfungsi respirasi

4
2. Persiapan apa yang harus dilakukan pada pasien tersebut untuk operasi Bental
Prosedurnya: Persiapan di ward, dan saat di ruang operasi
a. Pre Anestesi
1) Identifikasi pasien, melakukan verifikasi dokumen pasien, pemasangan akses
intravena, memberikan kenyamanan dan dukungan psikologi
2) Kontrol Hipertensi dengan beta blockers seperti esmolol dan metoprolol
3) Pemeriksaan Lab
4) Pemeriksaan EKG: Ischemia/infark
5) Echocardiography: Evaluasi fungsi jantung dan fungsi katup jantung, perikardial
effusi/tamponade.
b. Intra Anestesi
1) Monitor/line placements: Standar monitor, foley cateter, arterial line, PA line,
TEE
2) Kontrol hipertensi dan kurangi kontraktilitas dengan kombinasi dari vasodilator
dan beta blockers
3) Monitor juga adanya potensi terjadinya pericardial efusi
4) Saat induksi: perhatikan hemodinamik terutama saat melakukan laringoskopi,
gunakan kombinasi obat obatan narkotik, midazolam dengan agen agen
vasoactive seperti beta blocker, ntp, ntg, untuk kontrol BP dan HR untuk
mengurangi potensi hipertensi intra operative dan takikardia
5) Perhatian khusus pada diseksi aorta type A adalah kemungkinan terjadi
perdarahan massive saat pericardium dibuka
c. Post Anestesi
Nyeri: bisa ditangani dengan obat golongan analgetik

3. Teknik anestesi apa yang mungkin dipergunakan pada pasien tersebut


a. Jenis anestesi : General Anestesi
b. Teknik anestesi : Balance Anestesi (TIVA & Inhalasi) dengan ETT
c. Obat-obatan :
1) Premedikasi
- Anti emetic : Ondansentron 4 mg IV

5
- Agent sedative : Midazolam 0,05 mg/KgBB IV
- Analgetik : Fentanyl 1-3 mcg/KgBB IV
2) Induksi
Propofol 1,5-2,5 mg/Kg BB IV
3) Pelumpuh otot
Vecuronium 0,05 mg/KgBB
4) Maintenance
O2 7 Lpm + Sevoflurane 1-8 vol%
5) Obat emergency
- Adrenaline 0,05 mcg/Kg/menit
- Dobutamine 5-10 mcg/Kg/menit

4. Resiko apa yang mungkin dihadapi pasien tersebut saat dilakukan tindakan anastesi
pembedahan
a. Rk cidera agent anestesi
Pada pemberian agent anestesi kemungkinan menimbulkan risiko cedera bisa disebabkan
pada saat dilakukan intubasi, leher pendek, pasien tidak puasa sehingga menyebabkan
aspirasi hal tersebut bisa menimbulkan rk cidera agent anestesi
b. Rk trauma pembedahan
Segala tindakan pembedahan yang dilakukan tentu akan menimbulkan resiko. Seperti
salah memposisikan pasien sehingga menimbulkan resiko trauma pembedahan
c. Rk disfungsi respirasi
Ketika Airway, breathing, dan circulation pasien terganggu maka akan menimbulkan
masalah selama dilakukan pembedahan. Maka pada rk disfungsi respirasi hal yang
beresiko terjadi ialah ( hipoksia, bronkospasme, edema laring
d. Rk disfungsi kardivokaskuler
System kardivaskuler memiliki fungsi mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Saat
dilakukan tindakan anestesi pembedahan akan menimbulkan resiko seperti Penurunan
CO, hipotensi, hipertensi, disritmia/aritmia, cardiac arest

6
5. Apa saja kemungkinan penyulit yang akan timbul untuk tindakan anestesi pasien
tersebut?
Pembedahan untuk diseksi akut biasanya dipersulit dengan lebih banyak kehilangan
darah Kesulitan dengan hemostasis hasil dari kerapuhan jaringan aorta, lama CPB dan
DHCA, aktivasi kaskade antifibrinolitik koagulasi oleh proses diseksi, menghasilkan
koagulopati intravascular, setiap mekanisme yang menyebabkan kelemahan pada lapisan
media dinding aorta yang diikuti dengan peningkatan wall stress akan menyebabkan
dilatasi aneurismatik dan selanjutnya dapat terjadi pendarahan intramural

6. Intervensi yang harus dilakukan pada masalah tersebut?


a. Pre Anestesi
1) RK cidera agent anestesi
a) Kaji adanya penyulit yang dicurigai akan terjadi
- Penyakit kardiovaskular
- Penyakit pernapasan
- Diabetes mellitus
- Penyakit Hati, Penyakit ginjal, Suhu tubuh
b) Lakukan pengkajian 6B
- Breathing
- Blood
- Brain
- Bowel
- Blader
- Bone
c) Tanggalkan segala aksesoris pasien
d) Lakukan pengkajian AMPLE
- A (Alergi)
- M (Medikasi)
- P (Past illness/penyakit penyerta)
- L (Last meal/Makan terakhir)
- E (event/lingkungan)

7
e) Lakukan persiapan pasien sebelum pembedahan
- Pengosongan kandung kemih/pemasangan DC
- Status nutrisi pasien/timbang BB/TB
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Informed consent (persetujuan Tindakan anestesi)
f) Tetapkan kriteria mallampati dan pemeriksaan tiromentalis
g) Tentukan status fisik pasien
h) Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang jenis dan teknik anestesi yang akan
digunakan
i) Kolaborasi pemberian premedikasi
j) Lakukan monitoring fungsi respirasi dan kardiovaskular selama anestesi
b. Intra Anestesi
1) RK Trauma Pembedahan
a) Atur posisi pasien
b) Pasang alat monitoring non invasive
c) Lakukan preoksigenasi sesuai instruksi dokter anestesi
d) Kolaborasi dalam melakukan induksi
e) Kolaborasi dalam melakukan rumatan anestesi
f) Lakukan prosedur ceklis keselamatan pasien
g) Lakukan monitoring TTV selama pembedahan
h) Lakukan monitoring perdarahan intra dan pasca operasi
i) Kolaborasi dalam pengakhiran anestesi
2) Rk disfungsi respirasi
a) monitoring tanda-tanda vital
b) Monitoring Airway, Ventilasi dan Oksigenasi
c) lakukan pengkajian pra anestesi meliputi : pemeriksaan jalan napas dan riwayat
batuk lendir, riwayat asma dan pemeriksaan fungsi paru
d) persiapkan alat dan obat anestesi sesuai dengan perencanaan teknik anestesi
e) Pertahankan stadium anestesi : stadium 3 plana 3
f) Kolaborasi pemberian rumatan anestesi :
3) Rk disfungsi kardiovaskuler

8
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Pasang Bedside monitor
c) Monitor EKG
d) Monitor MAP
e) Monitoring Airway, Ventilasi dan Oksigenasi
f) Pertahankan stadium anestesi : stadium 3 plana 3
g) Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan dan darah
h) Kolaborasi dalam pemberian obat dengan dr. Sp.An
c. Pasca anestesi
1) Rk disfungsi respirasi
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Atur posisi pasien
c) Pasang Bedside monitor
d) Monitor Airway, Ventilasi dan Oksigenasi
e) Kolaborasi dalam pemberian oksigen

Anda mungkin juga menyukai