Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN

TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRE OPERASI


CLOSE FRAKTUR

JURNAL PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma III Keperawatan

Disusun oleh :

AAN ISTINA ERLY


NIM : 2016.011879

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN PRE OPERASI CLOSE FRAKTUR

THE RELATIONSHIP OF ANXIETY WITH AN INCREASE IN BLOOD


PRESSURE IN PATIENTS PRE CLOSE FRACTURE SURGERY

Aan Istina Erly​1​, Yuli Widyastuti​2​, Nanang Sri Mujiono​3


Prodi D3 Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
JL. Tulang Bawang Selatan No.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta
Email: ​aanistina16@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau
patahnya tulang yang utuh, salah satu tindakan yang harus dilakukan adalah
dengan pembedahan. Tindakan pembedahan merupakan tindakan yang berisiko
baik terhadap pasien maupun terhadap operator beserta staf, sehingga dapat
menyebabkan pasien menjadi cemas dan tekanan darah meningkat. Tujuan:
Mengetahui hubungan kecemasan dengan peningkatan tekanan darah pada pasien
pre operasi close fraktur. Metode Penelitian: Jenis penelitian kuantitatif dengan
metode korelasi, menggunakan pendekatan ​cross sectional​. Penelitian dilakukan
di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tanggal 21 Januari-21 Maret 2019.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan operasi fraktur
tertutup dan sampel yang didapatkan pada penelitian ini sejumlah 31 responden.
Instrumen berupa kuesioner dan tensimeter. Data di uji menggunakan uji
normalitas ​Shapiro Wilk d​ ata diperoleh berdistribusi tidak normal. Teknik analisa
data penelitian ini menggunakan uji ​Spearman ​pada signifikansi 0.01% < 0.05%.
Hasil: Kecemasan pada pasien pre operasi close fraktur sebagian besar adalah
kecemasan sedang dan mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 15
responden (53.6%). Terdapat hubungan positif antara kecemasan dengan
peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi close fraktur dengan nilai ​r
0.568 dan ​p value 0.001. Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat kecemasan maka
semakin tinggi tekanan darah pasien pre operasi close fraktur.
Kata Kunci: Kecemasan, Tekanan Darah, Pre Operasi Close Fraktur

ABSTRACT
Background: Fracture is a breakdown of bone continuity, cracked or fracture of
the whole bone, one of the actions that must be done is surgery. Surgery is a risk
action for both the patient and the operator and staff, so that it can cause patients
to become anxious and blood pressure to increase. Objective: Knowing the
relationship of anxiety with an increase in blood pressure in patients pre close
fracture surgery. Methods: Type of quantitative research with correlation method,
using cross sectional approach. The study was conducted at the dr. Soehadi
Public Hospital Prijonegoro Sragen on 21 January - 21 March 2019. The
population in this study were all patients who would have closed fracture surgery
and the samples obtained in this study were 31 respondents. Instrument in the
form of a questionnaire and sphygmomanometer. The data is tested using the
Shapiro Wilk normality test the data obtained are abnormally distributed. The
data analysis technique of this study used the Spearman test on the significance of
0.01% < 0.05%. Results: Anxiety in patients preoperative close fracture is mostly
moderate anxiety and has increased blood pressure by 15 respondents (53.6%).
There is a positive relationship between anxiety and increased blood pressure in
patients with preoperative close fractures with a value of r 0.568 and p-value
0.001. Conclusion: The higher the level of anxiety, the higher the patien’s blood
pressure pre close fracture surgery.
Keywords​:​ Anxiety, Blood Pressure, Pre-operative Close Fracture
1. PENDAHULUAN Prevalensi fraktur di Provinsi
Jawa Tengah sekitar 2.700 orang,
Fraktur adalah terputusnya dari semua insiden tersebut sebanyak
kontinuitas tulang, retak atau 56% penderita mengalami kecacatan
patahnya tulang yang utuh, yang fisik, 24% meninggal dunia, 15%
biasanya disebabkan oleh trauma/ mengalami kesembuhan dan
rudapaksa atau tenaga fisik yang sebanyak 5% mengalami gangguan
ditentukan jenis dan luasnya trauma secara psikologis (Triono dan
(Ningsih & Lukman, 2009). Fraktur Murianto, 2015). Penanganan
merupakan rusaknya kontinuitas terhadap fraktur dapat dengan
tulang yang disebabkan oleh tekanan pembedahan atau tanpa pembedahan,
eksternal yang datang lebih besar meliputi imobilisasi, reduksi, dan
dibandingkan dengan yang dapat rehabilitasi. Kondisi fraktur, baik
diserap oleh tulang (Susaldi dkk, pada fase awal atau pada pasien
2016). dengan fraktur dalam kondisi
Prevalensi fraktur di dunia malunion, akan mengidentifikasi
cukup tinggi. ​World Health tindakan invasif bedah fiksasi
Organization ​(WHO) mencatat di internal reduksi terbuka ​(Open
tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 Reduction Internal/ ORIF) ​sebagai
juta orang meninggal dikarenakan intervensi untuk mempertemukan
insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 serta memfiksasi kedua ujung
juta orang mengalami kecacatan fisik fragmen tulang yang patah atau
(WHO, 2011). fraktur sedapat mungkin kembali ke
Berdasarkan hasil Riset letak asalnya (Sjamsuhidajat & Jong
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) dalam Khashinah, 2015).
oleh badan penelitian dan Tindakan pembedahan
pengembangan Depkes RI tahun merupakan tindakan yang berisiko
2013 di Indonesia terjadi kasus baik terhadap pasien maupun
fraktur yang disebabkan oleh cedera terhadap operator beserta staf. Risiko
antara lain karena jatuh, kecelakaan yang sering terjadi adalah
lalu lintas, dan trauma benda tajam kontaminasi mikroorganisme baik
atau tumpul. Dari 84.774 orang yang bakteri maupun virus. Penularan
mengalami cedera. Penyebab cedera dapat melalui darah, saliva, dan
terbanyak yaitu jatuh 34.673 orang instrumen bedah. Selain kontaminasi
dan kecelakaan lalu lintas sepeda mikroorganisme juga terdapat
motor sebanyak 34.418 orang. komplikasi selama pembedahan dari
Selanjutnya penyebab cedera karena komplikasi ringan sampai pada
benda tajam tumpul 6.188 orang, kematian pasien (Riawan dkk, 2014).
transportasi darat lainnya 6.018 Segala bentuk prosedur
orang, dan kejatuhan 2.119 orang. pembedahan selalu didahului dengan
Sedangkan untuk penyebab yang suatu reaksi emosional tertentu oleh
belum disebutkan proporsinya sangat pasien, apakah reaksi tersebut jelas
kecil yang mengalami fraktur atau tersembunyi, normal atau
sebanyak 4.917 orang se-Indonesia abnormal. Sebagai contoh, ansietas
(Depkes, 2013). pra operatif kemungkinan merupakan
suatu respon antisipasi terhadap keberhasilan pelaksanaan
suatu pengalaman yang dapat pembedahan, terutama terjadinya
dianggap pasien sebagai suatu peningkatan tekanan darah karena
ancaman terhadap perannya dalam dapat memicu respon yang lebih
hidup, integritas tubuh, atau bahkan besar selain itu juga dapat
kehidupan-Nya itu sendiri. Sudah mempengaruhi status kesehatan serta
diketahui bahwa pikiran yang dapat mengubah prosedur diagnosa
bermasalah secara langsung yang telah ditentukan
mempengaruhi fungsi tubuh. (Wahyuningsih, 2011).
Karenanya, penting artinya untuk Tekanan darah adalah gaya
mengidentifikasi kecemasan yang yang dikeluarkan darah melawan
dialami pasien (Brunner & Suddarth, dinding arteri. Tekanan paling tinggi
2016). ketika darah dipompa oleh ventrikel
Kecemasan adalah gangguan kiri. Tekanan darah setiap orang naik
alam perasaan yang ditandai dengan dan turun, bukan hanya dengan
perasaan ketakutan atau setiap denyutan tetapi juga
kekhawatiran yang mendalam dan bergantung pada kondisi terjaga atau
berkelanjutan, tidak mengalami tertidur, melakukan pekerjaan berat
gangguan dalam menilai realitas, atau bersantai, dan bergairah atau
kepribadian masih tetap utuh, tenang. Bahkan orang yang biasanya
perilaku dapat terganggu tetapi masih memiliki tekanan darah tinggi
dalam batas-batas normal (Hawari, sementara selama stres (Wade,
2016). Berbagai alasan kecemasan 2016).
pada pasien pra bedah antara lain :
cemas menghadapi pembiusan, takut
2. METODE PENELITIAN
mati saat operasi, cemas menghadapi
Metode penelitian ini
citra tubuh yang berupa cacat yang
merupakan jenis penelitian
akan mengganggu fungsi peran
kuantitatif dengan metode korelasi,
pasien, dan cemas masalah biaya
yaitu menghubungkan antara
perawatan yang membengkak.
variabel bebas dengan variabel
Pandangan bahwa pembedahan akan
terikat. Pada penelitian ini akan
menimbulkan kerusakan pada bagian
dilakukan dengan pendekatan cross
tubuh tertentu serta nyeri yang hebat
sectional dimana data yang
menyebabkan klien pada umumnya
menyangkut variabel bebas atau
merasa takut atau cemas.
resiko dan variabel terikat atau
Kecemasan pre operasi
akibat, akan dikumpulkan dalam
bersifat subyektif, dan secara sadar
waktu yang bersamaan
perasaan tentang kecemasan serta
(Notoatmodjo, 2010).
ketegangan yang disertai
Populasi dalam penelitian ini
perangsangan sistem saraf otonom
adalah seluruh pasien yang akan
menyebabkan peningkatan tekanan
operasi fraktur tertutup di bangsal
darah, denyut jantung, dan tingkat
mawar RSUD dr.Soehadi
respirasi. Respon berlebih yang
Prijonegoro, Sragen, Jawa Tengah
disebabkan oleh cemas inilah yang
pada bulan Januari – Maret 2019.
ditakutkan dapat mempengaruhi
Teknik sampling yang digunakan Tabel 4.2. Distribusi frekuensi
adalah incidental sampling. responden berdasarkan umur.
Instrumen penelitian menggunakan Umur Frekuensi Persentase
skala HRS-A untuk mengukur (Tahun) (%)
kecemasan dan Sphygmomanometer 20-25 6 19.4%
(tensimeter) untuk mengukur tekanan 26-40 7 22.6%
darah. Penelitian ini menggunakan 41-45 7 22.5%
uji shapiro wilk untuk uji 46-50 7 22.6%
kenormalan data. Kemudian ​uji 51-60 4 12.9%
bivariate yaitu analisa yang Total 31 100%
digunakan untuk membuktikan Berdasarkan tabel 4.2.
hipotesis penelitian antara variabel diketahui bahwa mayoritas
independen dan variabel dependen. responden memiliki umur 26-50
Menggunakan ​uji spearman, karena tahun yaitu sebanyak 21 orang
data yang tidak normal. Uji ini (67.75%), sedangkan responden yang
digunakan untuk melihat apakah ada memiliki umur 20-25 tahun sebanyak
hubungan antara kecemasan dengan 6 orang (19.4%) dan responden yang
peningkatan tekanan darah pada memiliki umur 51-60 tahun sebanyak
pasien pre operasi close fraktur. 4 orang (12.9%).
c. Deskripsi tentang tingkat
pendidikan responden
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.3. Distribusi frekuensi
Analisis Univariat bertujuan responden berdasarkan tingkat
untuk menjelaskan atau pendidikan.
mendeskripsikan karakteristik setiap Tingkat Frekuensi Persentase
variabel penelitian. Pendidikan (%)
a. Deskriptif tentang jenis kelamin SD 7 22.6%
responden SMP 4 12.9%
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi SMA 14 45.2%
responden berdasarkan jenis kelamin Sarjana 6 19.4%
Jenis Frekuensi Persentase Total 31 100%
kelamin (%) Berdasarkan tabel 4.3.
Laki-laki 16 51.6% diketahui bahwa sebagian besar
Perempuan 15 48.4% pendidikan responden adalah SMA
Total 31 100% yaitu sebanyak 14 orang (45.2%),
sedangkan responden yang memiliki
Berdasarkan tabel 4.1. tingkat pendidikan SD sebanyak 7
diketahui bahwa mayoritas orang (22.6%), responden yang
responden berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat pendidikan SMP
yaitu sebanyak 16 orang (51.6%), sebanyak 4 orang (12.9%) dan
sedangkan responden yang berjenis responden yang memiliki tingkat
kelamin perempuan sebanyak 15 pendidikan Sarjana sebanyak 6 orang
orang (48.4%). (19.4%).
b. Deskripsi tentang umur d. Deskripsi tentang pekerjaan
responden responden.
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi Tabel 4.6. Distribusi frekuensi
responden berdasarkan pekerjaan. tentang tingkat kecemasan
Pekerjaan Frekuensi Persentase responden.
(%) Kecemasan Frekuensi Persentase
Tidak 8 25.8% (%)
Bekerja Ringan 3 9.7%
Wiraswasta 8 25.8% Sedang 15 48.4%
Swasta 12 38.7% Berat 13 41.9%
PNS 3 9.7% Total 31 100%
Total 31 100% Berdasarkan tabel 4.6.
Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa mayoritas
diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat
pekerjaan responden adalah sebagai kecemasan sedang yaitu sebanyak 15
pegawai swasta yaitu sebanyak 12 orang (48.4%), sedangkan responden
orang (38.7%), sedangkan responden yang memiliki tingkat kecemasan
yang bekerja sebagai wiraswasta ringan sebanyak 3 orang (9.7%) dan
sebanyak 8 orang (25.8%), responden yang memiliki tingkat
responden yang bekerja sebagai PNS kecemasan berat sebanyak 13 orang
sebanyak 3 orang (9.7%) dan (41.9%).
responden yang tidak bekerja Analisis Bivariat
sebanyak 8 orang (25.8%). Analisa bivariat dalam
e. Peningkatan tekanan darah penelitian ini dilakukan dengan
responden mendeskripsikan hubungan
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi kecemasan dengan peningkatan
tentang peningkatan tekanan darah tekanan darah pada pasien pre
responden. operasi close fraktur.
Peningkatan Frekuensi Persentase Tabel 4.7. Hasil uji normalitas
TD (%) Shapiro-Wilk
Tidak 3 9.7% Statistic df Sig.
meningkat Kategori
Meningkat 28 90.3% Tekanan .340 31 .000
Total 31 100% Darah
Berdasarkan tabel 4.5. setelah Kategori
dilakukan dua kali pengukuran Tingkat .771 31 .000
tekanan darah pada pasien H-1 Kecemasan
sebelum operasi dan H-3 jam Berdasarkan tabel 4.7. Data
sebelum operasi dapat diketahui di uji menggunakan uji normalitas
bahwa mayoritas responden Shapiro Wilk d​ an diperoleh hasil
mengalami peningkatan tekanan kecemasan 0.000 < 0.050 dan
darah yaitu sebanyak 28 orang peningkatan tekanan darah 0.000 <
(90.3%), sedangkan responden yang 0.050 sehingga dapat disimpulkan
tidak mengalami peningkatan data berdistribusi tidak normal.
tekanan darah/ tekanan darah tetap Karena data berdistribusi tidak
sebanyak 3 orang (9.7%). normal, maka uji analisis
f. Tingkat kecemasan responden menggunakan ​uji Spearman.
Tabel 4.8. Hasil uji analisis korelasi tekanan darah pada pasien pre
(​uji Spearman) operasi close fraktur. Hasil penelitian
yang dilakukan pada responden
Tekanan darah sejumlah 31 orang yang dilakukan
Tingkat r = 0,568 pada pasien yang akan operasi
kecemasan p = 0,001 (p < 0,05) fraktur tertutup di bangsal mawar
n = 31 RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Berdasarkan tabel 4.8. dapat Sragen. Distribusi frekuensi
diketahui bahwa dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, diketahui
diperoleh hasil ​p value a​ dalah 0.001 mayoritas pasien terdapat 16
yang berarti bahwa Ha diterima dan responden (51.6%) berjenis kelamin
artinya ada hubungan kecemasan laki-laki. Penelitian diatas didapatkan
dengan peningkatan tekanan darah data yang paling banyak responden
pada pasien pre operasi ​close fraktur. pada laki-laki sebanyak 16 orang
Nilai korelasi r 0,568 menunjukkan (51.6%). Hal ini karena kebanyakan
korelasi positif. fraktur lebih sering terjadi pada
Tabel 4.9 Tabulasi kecemasan dan orang laki-laki daripada orang
peningkatan tekanan darah. perempuan. Fraktur disebabkan oleh
cedera antara lain karena jatuh,
Peningkatan TD T kecelakaan lalu lintas, dan trauma
Kategori benda tajam atau tumpul (Depkes,
o
Tingkat 2013).
Tidak t
Kecemasa Distribusi frekuensi
Meningka Meningka a
n berdasarkan umur, diketahui
t t l
Ringan 3 0 3 mayoritas responden memiliki umur
Sedang 0 15 15 26-50 tahun terdapat 21 orang
(67.75%). Seseorang yang
Berat 0 13 13
mempunyai usia lebih muda ternyata
Total 3 28 31
lebih mudah mengalami gangguan
akibat kecemasan daripada seseorang
Dari tabel diatas dapat
yang lebih tua, tetapi ada juga yang
disimpulkan bahwa pasien yang
berpendapat sebaliknya (Arni, 2011).
memiliki kecemasan ringan ada 3
Distribusi frekuensi
responden dengan tekanan darah
berdasarkan tingkat pendidikan,
yang tidak mengalami peningkatan.
diketahui bahwa mayoritas
Pasien yang memiliki kecemasan
pendidikan responden adalah SMA
sedang ada 15 responden dengan
yaitu sebanyak 14 orang (45.2%).
tekanan darah yang mengalami
Tingkat pendidikan seseorang atau
peningkatan dan pasien yang
individu akan berpengaruh terhadap
memiliki kecemasan berat ada 13
kemampuan berpikir rasional dan
responden dengan tekanan darah
menangkap informasi baru termasuk
yang mengalami peningkatan.
dalam menguraikan masalah yang
Dalam penelitian ini peneliti
baru, tingkat pengetahuan yang
ingin mengetahui hubungan
kurang kemudian menimbulkan
kecemasan dengan peningkatan
kecemasan pada seseorang (Stuart, operasi ​close fraktur​. Hal ini sejalan
2010). dengan penelitian yang dilakukan
Distribusi frekuensi oleh Muliana pada tahun 2016 yang
berdasarkan pekerjaan, diketahui mengatakan bahwa ada hubungan
bahwa sebagian besar pekerjaan antara antara tingkat kecemasan
responden adalah sebagai pegawai pasien pre operasi dengan
swasta yaitu sebanyak 12 orang peningkatan tekanan darah yang
(38.7%). Pekerjaan seseorang bernilai signifikan (​p-value:​ 0,003),
mempengaruhi status ekonomi dengan demikian dapat disimpulkan
seseorang, seorang pekerja yang bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang
belum tetap cenderung diajukan dalam penelitian ini telah
kecemasannya meningkat dibanding dapat diterima dan hipotesis nol (Ho)
seseorang yang sudah bekerja tetap, ditolak.
hal ini disebabkan pekerja tidak tetap Tekanan darah dapat
keadaan ekonomi yang rendah akan dipengaruhi oleh banyak faktor salah
menyebabkan kecemasan meningkat satunya adalah kecemasan. Hal ini
karena dalam proses penyembuhan dikarenakan tekanan darah pada
pasien tidak dapat bekerja dan sistem kardiovaskular diatur oleh
pemasukan berkurang (Rizka, 2015). sistem saraf otonom. Kecemasan
Hasil penelitian diketahui merupakan sifat subjektif dan secara
bahwa dari 31 responden (100.0%) sadar disertai perangsangan sistem
pasien yang memiliki peningkatan saraf otonom yang dapat
tekanan darah ada 28 responden meningkatkan tekanan darah, denyut
(90.3%), sedangkan pasien yang jantung dan respirasi. Berdasarkan
tidak mengalami peningkatan teori tersebut dapat dijelaskan bahwa
tekanan darah ada 3 responden peningkatan tekanan darah
(9.7%). Hasil penelitian diketahui merupakan respons fisiologis dan
responden dengan kecemasan ringan psikologis dari kecemasan. Kedua
sebagian besar tekanan darah tetap hal ini saling berhubungan sebagai
sebanyak 3 responden (100.0%), dampak dari perubahan psikologis
responden dengan kecemasan sedang yang akan mempengaruhi fisiologis,
sebagian besar tekanan darah begitu pula sebaliknya. Apabila
meningkat sebanyak 15 responden pasien mengalami kecemasan maka
(53.6%) dan responden dengan akan berdampak pada peningkatan
kecemasan berat seluruhnya tekanan tekanan darah. Hal ini dikarenakan
darah meningkat sebanyak 13 pusat pengaturan tekanan darah
responden (46.4%). Hasil analisis dilakukan oleh sistem saraf, sistem
diperoleh menggunakan ​uji humoral dan sistem hemodinamik
Spearman didapatkan bahwa nilai (Wahyuningsih, 2011).
p-value 0,001. Karena ​p-value Berbagai kemungkinan buruk
(0,001) < α (0,050) maka Ha bisa saja terjadi dan akan
diterima. Sehingga dapat membahayakan bagi diri pasien,
disimpulkan bahwa ada hubungan sehingga tidak heran jika sering kali
kecemasan dengan peningkatan pasien menunjukkan sikap yang
tekanan darah pada pasien pre berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami. Kecemasan yang swasta sejumlah 12 responden
mereka alami biasanya terkait (38.7%).
dengan segala macam prosedur asing 3. Pasien pre operasi close fraktur
yang akan dijalani dan juga ancaman di RSUD dr. Soehadi
terhadap keselamatan jiwa akibat Prijonegoro Sragen memiliki
segala macam prosedur pembedahan. kecemasan ringan sebagian besar
Kecemasan merupakan respon yang tekanan darah tetap sebanyak 3
wajar terjadi apabila kita berhadapan responden (100.0%), responden
dengan masalah atau sesuatu yang dengan kecemasan sedang
baru dan bersifat mengancam sebagian besar tekanan darah
keamanan dan keselamatan diri. meningkat sebanyak 15
Beberapa orang kadang tidak mampu responden (53.6%) dan
mengontrol kecemasan yang responden dengan kecemasan
dihadapi, sehingga terjadi disharmoni berat seluruhnya tekanan darah
dalam tubuh, hal ini akan berakibat meningkat sebanyak 13
buruk, karena apabila tidak segera responden (46.4%).
ditangani akan meningkatkan 4. Pasien pre operasi close fraktur
tekanan darah yang dapat di RSUD dr. Soehadi
menyebabkan perdarahan naik pada Prijonegoro Sragen mayoritas
saat pembedahan atau pasca memiliki tekanan darah yang
pembedahan (Sadock, 2010). meningkat sejumlah 28
responden (90.3%), sedangkan
4. SIMPULAN yang memiliki tekanan darah
Berdasarkan penelitian dan tidak meningkat/tetap sebanyak
analisis data yang telah dilakukan, 3 responden (9.7%).
sesuai dengan tujuan yang telah 5. Ada hubungan positif antara
ditentukan dapat diambil kesimpulan kecemasan dengan peningkatan
sebagai berikut : tekanan darah pada pasien pre
1. Ada hubungan kecemasan operasi close fraktur, maka
dengan peningkatan tekanan semakin tinggi tingkat
darah pada pasien pre operasi kecemasan, maka semakin tinggi
close fraktur di RSUD dr. tekanan darah pasien pre operasi
Soehadi Prijonegoro Sragen. close fraktur.
2. Pasien pre operasi close fraktur
di RSUD dr. Soehadi 5. REFERENSI
Prijonegoro Sragen mayoritas Arni. 2011. ​Teori dan Praktek
berjenis kelamin laki-laki Konseling & Psikoterapi.
sejumlah 15 responden (51.6%), Bandung : Refika Aditama.
sebagian besar pasien berusia Carlos, Wade. 2016. ​Mengatasi
26-50 tahun sejumlah 21 Hipertensi.​ Bandung :
responden (67.75%) dengan Cendekia.Departemen
tingkat pendidikan mayoritas Kesehatan RI. 2013. ​Riset
SMK sejumlah 14 responden Kesehatan Dasar
(45.2%) dan mayoritas pekerjaan (RISKESDAS).h​ ttp://www.dep
pasien yaitu sebagai pegawai kes.go.id/resources/download/g
eneral/Hasil%20Riskesdas%20 Suddarth dan Brunner. 2013. ​Buku
213.pdf​. Diakses tanggal 20 Ajar Keperawatan Medikal
oktober 2018. Bedah.​ Edisi 8. Vol1. Jakarta :
Hawari, D. 2016. ​Manajemen Stres EGC.
Cemas dan Depresi​. Edisi 11. __________________, 2016. ​Buku
Jakarta : FKUI. Ajar Keperawatan Medikal
Kasim dan Riawan. 2014. ​Bedah Bedah.​ Edisi 8. Vol 1. Jakarta :
Dento-Alveolar​. Jakarta : EGC. EGC.
Khashinah, N. 2015. ​Pengaruh Sujarweni, Wi. 2014. ​Metodologi
pemberian Terapi Murottal Penelitian​. Yogyakarta :
Juz’ Amma Terhadap Tingkat Pustaka Baru.
Nyeri pada Pasien Post Open Susaldi, dkk. 2016. ​Keperawatan
Reduction Internal Fixation Medikal Bedah : Sistem
(ORIF) di RS PKU Muskuloskeletal.​ Jakarta :
Muhammadiyah Yogyakarta​. Erlangga.
Jurnal Kedokteran Townsend, Mary C. 2010. ​Buku Ajar
Brawijaya,Vol. 28 No. 3 : Keperawatan Jiwa.​ Jakarta :
213-216. Salemba.
Muliana. 2016. ​Hubungan Tingkat Triono, Murinto. 2015. Aplikasi
Kecemasan dengan Pengolahan Citra untuk
Peningkatan Tekanan Darah Mendeteksi Fraktur Tulang
pada Pasien Pre Operasi dengan Metode Deteksi Tepi
Benigna Prostat Hiperplasia Canny​. Program Studi Teknik
(BPH) di RSUD PROF Dr. Informatika Universitas
Margono Soekarjo. V ​ ol. 09 Ahmad Dahlan, Vol. 9, No. 2.
Nomor 16 : Viva Medika. http://journal.uad.ac.ad/inex.ph
Notoatmodjo, S. 2010. ​Metodologi p/JIFO/artecle/view/296&ved​.
Penelitian Kesehatan.​ Jakarta : Diakses tanggal 20 Oktober
Rineka Cipta. 2018 jam 19.00.
__________, 2012. M​etodologi Wade. 2016. ​Mengatasi Hipertensi​.
Penelitian Kesehatan.​ Jakarta : Bandung : Nuansa Cendekia.
PT Rineka Cipta. Wahyuningsih, Zeni. 2011.
Sadock, Benjamin S dan Sadock Hubungan Cemas dengan
Virgina A. 2010. ​Kaplan & Peningkatan Tekanan Darah
Sadock; Buku Ajar Psikiatri pada Pasien Pre Operasi di
Klinis edisi ke-2.​ Jakarta: EGC. Ruang Bougenvil RSUD DR.
Sjamsuhidajat, R. 2017. ​Buku Ajar Soegiri Lamongan.​ Vol. 01,
Ilmu Bedah​. Jakarta : EGC. No. VIII : Surya.
___________, dan Karnadiharja, W World Health Organization. 2011.
dkk. 2010. ​Buku Ajar Ilmu G​lobal Health Observatory
Bedah.​ Jakarta : EGC. Data Respiratory.​ Dalam
Stuart, Gail W. 2010. ​Buku Saku http://apps.who.int/who/data/?t
Keperawatan Jiwa edisi 5. heme-main​. Diakses tanggal 18
Jakarta: EGC. Oktober 2018.
Wulandari dan Susilo. 2011. ​Cara
Jitu Mengatasi Hipertensi​.
Edisi 1. Yogyakarta :Andi.
Yusuf, dkk. 2015. ​Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.​
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai