Anda di halaman 1dari 3

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi. Fraktur
adalah terputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
ruda paksa. Sehingga fraktur pelvis dapat dikatakan sebagai trauma tulang rawan
pada pelvis yang disebabkan oleh ruda paksa, misal: kecelakaan, benturan hebat
yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas (T. Heather, 2010).
Negara Indonesia merupakan berkembang yang berada dalam taraf halusinasi
menuju industri tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat
atau mobilitas masyarakat yang meningkat otomatis terjadi. Peningkatan
penggunaan alat- alat transportasi atau kendaraan bermotor khususnya bagi
masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus
lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan
terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut cenderung
menyebabkan fraktur.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012
jumlah kasus fraktur ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin
tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari
total penduduk dunia. Sebanyak 95% pasien di Indonesia memiliki riwayat
penyakit brbagai macam fraktur.
Fraktur pada pelvis terjadi akibat trauma tumpul dan berhubungan dengan
angka mortalitasantara 6% sampai 50%. Walaupun hanya terjadi pada 5% trauma,
penderita biasanya mempunyai angka ISS (injury severity score) yang tinggi dan
sering juga terdapat trauma mayor di organ lain, karena kekuatan yang dibutuhkan
untuk terjadinya fraktur pelvis cukup signifikan. Sebagai contoh, insidensi
robekan aorta thoracalis meningkat secara signifikan pada pasien dengan fraktur
pelvis terutama tipe AP kompresi. Pada pasien dengan trauma pelvis dapat terjadi
hemodinamik yang tidak stabil, dandibutuhkan tim dari berbagai disiplin ilmu.
Status hemodinamik awal pada pasien denganfraktur pelvis adalah faktor prediksi

1
2

utama yang dihubungkan dengan kematian. Fangio P,etal (2005)


mempublikasikan pada penelitiannya bahwa angka kematian pada pasien dengan
hemodinamik stabil adalah 3,4% yang dibandingkan dengan yang hemodinamik
tidak stabiladalah sebesar 42%.
Penanganan segera pada klien dengan masalah fraktur adalah dengan
mengimbolisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah
fiksasi interna melalui oprasi Orif. Penanganan tersebut dilakukan untuk
mencegah terjadinya koplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga faktor
utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi.
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembahasan di atas “Bagaimana pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Fraktur Pelvis + VL Scorotum
Di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya mulai dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi keperawatan? ”

.3 Tujuan Penulisan
.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Fraktur Pelvis + VL Scorotum
Di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan menggunakan
proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.
.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Fraktur
Pelvis + VL Scorotum Di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Fraktur
Pelvis + VL Scorotum Di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.3.2.3 Mengidentifikasi intervensi pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Fraktur
Pelvis + VL Scorotum Di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
3

1.3.2.4 Mengidentifikasi implementasi pada Tn. Y Dengan Diagnosa Fraktur


Pelvis + VL Scorotum Di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Fraktur Pelvis + VL Scorotum Di
Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien Fraktur
Pelvis + VL Scorotum yang digunakan dalam peningkatan profesi keperawatan
dan pelayanan kesehatan.
1.4.2 Bagi Pengembangan IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatan.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.2 Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan khususnya
bagi mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Fraktur Pelvis + VL Scorotum sehingga dapat diterapkan
di masa yang akan datang.
1.4.3.2 Rumah Sakit
Memberikan kerangka pemikiran ilmiah yang bermanfaat bagi rumah sakit
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan gambaran
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Fraktur Pelvis + VL
Scorotum.
1.4.3.3 Bagi Profesi
Asuhan keperawatan dengan klien Fraktur Pelvis + VL Scorotum ini
diharapkan dapat memberikan masukan sebagai salah satu referensi bagi perawat
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai