T RAUMA KEPALA
Dyah Egi Prameswari
Makalah kgd
Maria Ira Erlinda
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA KLIEN SDR.A DENGAN CLOSE FRAKTUR MANUS (D)
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT KRISTEN
MOJOWARNO JOMBANG
OLEH:
JONATHAN CHRISTOFER RIWU RATU
2012.01.013
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan penyertaan-Nya kami selaku kelompok dapat menyelesaikan tugas
“Laporan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Klien Sdr. A dengan
Close Fraktur Manus (D) di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kristen
Mojowarno Jombang”.
Tugas ini disusun sebagai salah satu persyaratan tugas Lab. Klinik
Keperawatn Gawat Darurat. Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapatkan
banyak pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Pandeirot M. Nancye, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.J selaku Ketua STIKES
William Booth Surabaya,
2. Hendro Djoko Tjahjono, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Kepala Prodi S1
Keperawatan STIKES William Booth Surabaya dan juga sebagai
pembimbing dalam proses pembuatan tugas Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat.
3. Pramasti Ratri, Amd.,Kep. selaku Kepala Ruangan Instalasi Gawat Darurat di
Rumah Sakit Kristen Mojowarno Jombang.
4. Para Perawat dan Petugas kesehatan lain di Rumah Sakit Kristen Mojowarno
Jombang yang telah banyak membantu dalam membimbing penulis dalam
melaksanakan praktik klinik.
Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Terima kasih banyak, Tuhan Memberkati.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB 1 – PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 3
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | iii
BAB 4 – PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan ................................................................................... 28
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan adalah sebagai
berikut.
1.3.1 Mampu mengetahui karakteristik klien dengan diagnosa Close
Fracture Manus (D).
1.3.2 Mampu mendiagnosa klien dengan Close Fracture Manus (D).
1.3.3 Mampu mengintervensi klien dengan diagnosa Close Fracture
Manus (D).
1.3.4 Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosa Close Fracture Manus (D).
1.3.5 Selaku mahasiswa mampu mengetahui cara mendiagnosa dan
intervensi apa saja yang dapat dilakukan untuk menangani klien
dengan diagnosa Close Fracture Manus (D).
2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang dapat disebabkan
pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrim (Brunner & Sudarth, 2002). Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Berdasarkan tempat
Fraktur Humerus, Tibia, Klavikula, Ulna, Radius, dst.
2.2.2 Berdasarkan komplit dah ketidak komplitan fraktur
a. Fraktur komplit, yaitu garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang.
b. Fraktur tidak komplit, bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang.
2.2.3 Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
a. Fraktur komunitif, garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b. Fraktur segmental, garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur multipel, garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang
yang sama.
2.2.4 Berdasarkan posisi fragmen
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser), garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2.4 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekatan dan gaya begas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematom di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah
yang merupakan dasar dari penyembuhan tulang nantinya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi fraktur dibagi menjadi dua yaitu faktor ekstrinsik;
tekanan dari luar yanga bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur, dan faktor
intrinsik; kapasitas absorbsi, tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan
tulang.
2.7 Komplikasi
2.7.1 Komplikasi awal, seperti kerusakan arteri, sindrom kompartemen, emboli
lemak, infeksi, avaskuler nekrosis, shock, dan osteomyelitis.
2.7.2 Komplikasi dalam waktu lama, seperti delayed union, non-union, dan mal-
union pada proses penyatuan tulang.
Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit sehingga bisa ditentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
b. Riwayat penyakit dahulu
Dilakukan untuk menentukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit tertentu seperti Paget’s atau Ca tulang yang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk disambung. Selain itu
penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kroni dan menghambat proses
penyembuhan tulang.
c. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,
dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 10
f. Resiko terjadi gangguan integritas kulit/ jaringan yang berhubungan
dengan adanya fraktur, pemasangan gips/ traksi dan gangguan
sirkulasi.
g. Resiko terjadi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer (rusak
kulit/ jaringan, prosedur invasif, traksi tulang).
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 11
6) Follow-up pemeriksaan X-ray. R/ Mengetahui proses tumbuhnya
calus untuk menentukan tingkat aktivitas dan memerlukan
perubahan atau tambahan terapi.
7) Pertahankan fisioterapi jika perlu. R/ Membantu menguatkan
pertumbuhan tulang dalam penyembuhan.
Rencana tindakan:
1) Lakukan imobilisasi (bed-rest, gips, bidai dan traksi). R/
Mengurangi nyeri dan mencegah perubahan posisi tulang serta
luka pada jaringan.
2) Tinggikan dan sangga daerah luka. R/ Meningkatkan aliran vena,
mengurangi edema dan mengurangi nyeri.
3) Tinggikan bagian depan tempat tidur. R/ Memberikan rasa
nyaman.
4) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Meningkatkan kemampuan mengurangi rasa nyeri.
5) Lakukan latihan range of motion. R/ Mempertahankan
kemampuan otot dan menghindari pembengkakan pada jaringan
yanag luka.
6) Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai terapi. R/ Meningkatkan
relaksasi otot dan menekan rangsangan nyeri.
7) Evaluasi rasa nyeri, lokasi, dan karakteristik, termasuk intensitas.
Perhatikan juga rasa nyeri non-verbal (tanda vital, emosi,
pergerakan/ perilaku). R/ Monitor keefektifan intervensi, tingkat
kecemasan dapat menunjukkan reaksi dari nyeri.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 12
c. Resiko terjadi gangguan integritas kulit/jaringan b/d compound
fracture, pemasangan traksi, gangguan sensasi, sirkulasi dan
imobilisasi fisik.
Hasil yang diharapkan:
Rencana tindakan:
1) Periksa kulit sekitar luka, kemerahan, perdarahan, perubahan
warna kulit. R/ Memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit
dan masalah-masalah yang mungkin disebabkan oleh
penggunaakn traksi dan terbentuknya edema.
2) Masase kulit dan tempat yang menonjol, menjaga alat tenun tetap
kering, memberikan alas yang lembut pada siku dan tumit. R/
Mengurangi penekanan pada daerah yang beresiko lecet dan rusak.
3) Ubah posisi selang-seling sesuai indikasi. R/ Mengurangi
penekanan yang terus menerus pada posisi tertentu.
4) Kaji posisi splint ring traksi. R/ salah posisi akan menyebabkan
kerusakan kulit.
5) Pakai bed-matras/ air-matras. R/ Mencegah perlukaan setiap
anggota tubuh, dan untuk anggota tubuh yang kurang gerak efektif
untuk mencegah penurunan sirkulasi.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 13
2.9.5 Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan aktivitas
berkesinambungan dari tahap awal (pengkajian) sampai tahap akhir
(evaluasi) dan melibatkan klien/ keluarga. Evaluasi bertujuan untuk
menilai efektivitas rencana dan strategi asuhan keperawatan. Ada tiga
alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu:
a. Masalah teratasi, apabila klien menunjukkan perubahan perilaku dan
perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan
yang ditetapkan.
b. Masalah sebagian teratasi, apabila klien menunjukkan perubahan dan
perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi, jika klien sama sekali tidak menunjukkan
perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul
masalah baru.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 14
WOC
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 15
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama Klien : Sdr. A Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 020868 Pekerjaan : Swasta
Alamat : Mojokerto Agama : Islam
Umur : 24 tahun Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
Dx. Medis : Close Fracture Manus (D)
3.1.3 TTV
Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5oC RR : 24 x/menit
BB : 60 Kg TB : 174 cm
G-C-S : 14 (E3 – V5 – M6)
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 16
3.1.4 Pengkajian Gawat Darurat
Sistem Diagnosa Tindakan Hasil/ Evaluasi
Keperawat- Keperawatan
an
Airway Jalan nafas
(jalan napas) tidak
efektif
Sumbatan:
Benda asing Monitor RR: 24x/ menit
Pernafasan
Sputum Auskultasi suara vesikuler pada
nafas lapang paru,
bentuk dada
normal
Darah Bantu klien Posisi: sim
mengatur posisi
Lidah Kolaborasi Klien dipasang O2
broncho-dilator nasal volume 2
lpm
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 17
Sesak nafas -
Frekuensi 24x/ menit
teratur v
tidak teratur -
apnoe -
Bunyi nafas
wheezing -
Ronchii -
Coarce -
Crackles
Fine Crackles -
Dyspnoe saat Gangguan
perfusi
jaringan
Aktivitas Auskultasi suara S1 dan S2 tunggal
jantung, catat
adanya suara
tambahan
Tanpa Observasi GCS: 14
aktivitas tingkat (E3-V5-M6)
kesadaran
Dengan alat Observasi suhu Suhu 36,5oC
tambahan tubuh, warna warna kulit:
kulit/ mukosa kemerahan
warna mukosa:
merah muda
Ukur Urine dalam
pengeluaran kantong urine
urine 100cc
Palpasi nadi Nadi: reguler
perifer: lemah
frekuensi, HR: 84x/ menit
kekuatan, dan
kelenturan
Atur posisi klien posisi: sim
sesuai dengan
daerah yang
mengalami
gangguan
perfusi
Kolaborasi: terlampir
Pemeriksaan
laboratorium,
pemberian obat-
obatan
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 18
Circulation Gangguan
(Sirkulasi) sirkulasi
nadi Karotis palpasi nadi Rate: 84x/ menit
karotis, reguler
frekuensi,
kekuatan, dan
keteraturan
Observasi Hematom pada
adanya sianosis daerah sekitar mata
dan pipi kanan
Observasi Terdapat luka
daerah robekan pada
ekstremitas pelipis kiri ±3cm,
Observasi dan pada jari
adanya edema kelingking kanan
±4cm, dengan
dalam ±0,5cm.
Perdarahan (+),
Luka tampak kotor
dan terdapat darah
yang mengering
pada kulit sekitar
luka
Kaki tangan -
dingin
mimisan -
epistaksis
edema -
gemetaran -
kesemutan -
nyeri dada -
CRT 2-3 detik
(Capillary
Refill Time)
Fluid (cairan
dan elektrolit)
Turgor baik
Mukosa lembab
mulut
BAB -
BAK Klien terpasang
kateter urine 16 fr,
urine dalam
kantong urine
100cc
Intoksikasi Resiko -
penyebaran
Toksin
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 19
keseluruh
tubuh
GCS 13 – 15
(E3-V5-M6)
Berikan Brankart terpasang
pengaman pagar, klien
tempat tidur, tampak lemah,
observasi respon klien kooperatif
perilaku
Neuro- Resiko
sensorik tinggi
trauma
Spasme otot Kaji adanya -
twitching pada
kaki/ tangan/
otot wajah
Parastesia Pasang -
pengaman
tempat tidur
Perubahan Suction dengan -
pergerakan kateter yang
lembut
Kerusakan Istirahatkan Terdapat luka
jaringan, klien selama robekan pada
vulnus fase akut pelipis kiri ±3cm,
dan pada jari
kelingking kanan
±4cm, dengan
dalam ±0,5cm.
Perdarahan (+),
Luka tampak kotor
dan terdapat darah
yang mengering
pada kulit sekitar
luka
Krepitasi Cegah perluasan Klien dilakukan
kerusakan hacthing pada
jaringan dan bagian robekan
kemungkinan pelipis kiri dengan
terjadinya benang seide/silk
infeksi rawat 4-0, diberi salep
luka dengan ikamicetin
teknik aseptik (chlorampenicol)
dan dibalut kasa
Fraktura Kolaborasi terlampir
pemberian obat
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 20
Integumen Gangguan
integritas
kulit
Luka bakar -
Nyeri Catat durasi, Klien mengatakan
intensitas, nyeri pada bagian
penyebaran kepala dan lengan
nyeri dengan VAS 4
(skala 1 – 10)
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 21
3.1.7 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds: Kecelakaan lalu lintas Gangguan
- Klien mengatakan rasa
sebelumnya ia hendak ke nyaman:
kota M, lalu tiba-tiba Trauma jaringan tubuh Nyeri
tertabrak Truk.
- Klien mengatakan
merasa nyeri pada Terputusnya kontinuitas
bagian kepala depan dan jaringan
lengan kanan.
Respon Nyeri
Nyeri
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 22
3.3 Intervensi Keperawatan
Tanggal : 14 Maret 2015
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang (fraktur) akibat kecelakaan lalu lintas yang
ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala depan
dan lengan kanan, terdapat luka robekan di pelipis kiri ± 3 cm dan pada jari
kelingking kanan ± 4 cm dengan kedalaman ± 0,5 cm, VAS nyeri 4 (Skala 1
– 10).
Tujuan dan Rencana dan Rasional
Kriteria Hasil
Tujuan 1. Kaji intensitas dan skala nyeri. R/ Nyeri
Setelah dilakukan merupakan respon subjektif yg dapat dikaji dengan
tindakan menggunakan skala.
keperawatan
selama 1x24 jam, 2. Berikan klien posisi semifowler. R/ Posisi dengan
diharapkan nyeri kepala lebih tinggi dapat memperlambat aliran
yang dirasakan darah dan cairan ke kepala sehingga dapat
klien berkurang, mempertahankan tekanan intrakranial dalam abtas
normal sehingga mencegah nyeri bertambah kuat.
Kriteria Hasil
1. Klien 3. Ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam. R/
mengatakan Memfokuskan perhatian klein pada kontrol nafas
nyeri yang sehingga dapat mengurangi fokus perhatian pada
dirasakan nyeri sehingga dapat dirasa berkurang.
berkurang.
2. Klien tidak 4. Observasi ROM (Range of Movement) klien, minta
gelisah klien menggerakkan anggota gerak/ekstremitasnya
3. Klien yang tidak terdapat kecurigaan fraktur semaksimal
mengidentifikas mungkin mulai dari daerah distal ke proksimal
i aktivitas yang (jari-jari kemudian ke lengan), tanyakan apabila
dapat klien merasa sudah maksimal/ merasa nyeri. R/
mengurangi ROM menentukan lokasi dan batasan gerak klien
nyeri. serta nyeri yang dirasakan
4. VAS nyeri
turun menjadi 5. Anjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan
1-2 rontgen daerah kepala dan bagian tubuh lain yang
(skala 1 – 10) tampak mengalami deformitas, curiga memar CF,
atau teraba nyeri. R/ Hasil rontgen menunjukkan
kondisi tulang/ bagian dalam tubuh klien apabila
dicurigai terdapat close fracture tambahan selain
yang nampak saat melakukan inspeksi, sehingga
dapat diintervensi lebih lanjut untuk
meminimalkan nyeri yang dirasakan klien.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 23
6. Lakukan pembidaian sementara pada bagian
ekstremitas yang tampak mengalami deformitas,
memar curiga CF dan nyeri apabila dilakukan
perabaan/palpasi. R/ Pembidaian meminimalkan
pergerakan pada daerah ekstremitas tersebut
sehingga meminimalkan rasa nyeri yang muncul.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 24
3.4 Implementasi Keperawatan
Tanggal : 14 Maret 2015
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang (fraktur) akibat kecelakaan lalu lintas yang
ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepala depan
dan lengan kanan, terdapat luka robekan di pelipis kiri ± 3 cm dan pada jari
kelingking kanan ± 4 cm dengan kedalaman ± 0,5 cm, VAS nyeri 4 (Skala 1
– 10).
Waktu Tindakan dan Respon Klien Ttd.
10.00 Klien dipindahkan dari mobil pick-up ke brankart Jr
pasien. R/ Pemindahan klien ke brankar dibantu
pengantar.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 25
daerah yang akan dilakukan hacthing. R/ Klien
kooperatif saat dilakukan hatching. perdarahan 5 cc.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 26
3.5 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Waktu Evaluasi
Gangguan rasa nyaman: 13.00 S :
Nyeri berhubungan - Klien mengatakan nyeri yang
dengan terputusnya dirasakan telah berkurang.
kontinuitas jaringan O :
tulang (fraktur) akibat - Klien tampak tenang namun
kecelakaan lalu lintas sesekali meringis kesakitan dengan
yang ditandai dengan VAS 2 (skala 1-10).
klien mengatakan - Hasil pengukuran TTV: Suhu
merasa nyeri pada 36OC, Nadi: 84x/menit, Tekanan
bagian kepala depan dan darah: 130/80 mmHg, dan RR
lengan kanan, terdapat 20x/menit.
luka robekan di pelipis - Klien tidak gelisah dan tampak
kiri ± 3 cm dan pada jari tenang.
kelingking kanan ± 4
cm dengan kedalaman ± A : Masalah teratasi
0,5 cm, VAS nyeri 4 P : Hentikan intervensi
(Skala 1 – 10).
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 27
BAB 4
PEMBAHASAN
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 28
Diagnosa fokus yang diprioritaskan penulis dalam melakukan
perawatan kepada klien Sdr. A adalah diagnosa keperawatan Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri, karena kasus fraktur; yang merupakan kejadian dimana
terputusnya kontinuitas jaringan, dimanifestasikan secara nyata lewat keluhan
nyeri, sehingga dalam perawatan atau tindakan yang dilakukan di ruang unit
gawat darurat Rumah Sakit Kristen Mojowarno Jombang, manajemen terhadap
nyeri dan evaluasi skala nyeri menjadi penting untuk mengetahui bahwa fraktur
yang dialami klien tidak bergeser atau bertambah buruk, sehingga dapat dilakukan
tindakan lebih lanjut untuk mengkoreksi struktur anatomis tulang yang mengalami
fraktur.
Intervensi keperawatan yang terdapat pada teori yang berfokus pada
manajemen penanganan nyeri adalah tindakan edukatif seperti pengenalan tentang
penyebab nyeri, melakukan bedrest, mengatur posisi bed untuk meningkatkan
kenyamanan, teknik relaksasi, latihan ROM (Range of Movement), tindakan
kolaboratif berupa pemberian obat-obatan anti nyeri, serta evaluasi mengenai rasa
nyeri klien baik secara verbal maupun non verbal. Pada kasus nyata, intervensi
yang dibuat adalah mengkaji intensitas dan skala nyeri, memberikan posisi
semifowler, menganjurkan klien teknik relaksasi nafas dalam, observasi Range of
Movement, menganjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan X-ray/ Rontgen,
melakukan pembidaian sementara pada bagian ekstremitas yang tampak
mengalami deformitas dan nyeri apabila dilakukan perabaan, melakukan tindakan
Hacthing, dan kolaborasi untuk pemberian obat-obatan. Intervensi fokus
keperawatan yaitu mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam masih menjadi
pilihan karena masih dianggap cukup efektif dalam mengalihkan rasa nyeri akut
yang diderita klien. Intervensi pemberian posisi semifowler pada teori dan kasus
nyata tampak memiliki perbedaan yaitu alasan secara rasional, dimana pada teori
posisi semifowler lebih ditekankan pada pemberian rasa nyaman saja, namun pada
kasus nyata, intervensi yang diberikan bertujuan agar dapat memperlambat laju
aliran darah dan cairan ke otak, sehingga mencegah nyeri bertambah kuat,
mengingat perbedaan latar belakang penyebab dimana kasus nyata klien dengan
fraktur disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 29
Terdapat beberapa intervensi yang tidak diimplementasikan pada
implementasi keperawatan yang dilakukan terhadap klien Sdr. A, yaitu pemberian
posisi semifowler, karena keterbatasan waktu dan alat, dimana pada saat itu, klien
menggunakan brankar yang tidak memiliki fungsi mengelevasi bagian kepala dan
bantal segitiga yang biasa dipergunakan untuk memberikan klien posisi
semifowler apabila menggunakan brankar, sedang dipergunakan oleh klien lain di
ruangan itu. Implementasi pada klien dilakukan dengan cepat namun tetap
memperhatikan ketepatan dalam melakukan tindakan, dan tindakan yang
difokuskan adalah tindakan yangbertujuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar
dahulu, yaitu pemasangan infus, selang O2 nasal dengan volume 3 liter/menit, dan
pemasangan DK (Douer Kateter) untuk memfasilitasi klien dalam Buang air kecil.
Untuk implementasi yang berfokus pada manajemen nyeri adalah imobolisasi
sementara sampai diketahui bagian mana yang mengalami fraktur lewat
pemeriksaan rontgen, dan setelah itu melakukan pembidaian dengan tujuan untuk
lebih meminimalkan pergerakan terhadap bagian yang mengalami deformitas.
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada klien Sdr. A adalah bahwa
masalah gangguan rasa nyaman nyeri klien telah teratasi, dimana seluruh kriteria
hasil yang ditetapkan lewat intervensi sebelumnya telah terpenuhi seperti
ungkapan klien mengenai rasa nyeri yang dirasakan telah berkurang, data objektif
berupa pengamatan bahwa klien tampak tenang dengan VAS 2 (skala 1 – 10),
hasil pengukuran keempat aspek TTTV dalam batas normal, klien tidak gelisah
dan tampak tenang.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 30
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8.
Jakarta: EGC.
IAI. 2012. ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia. Vol.47 – 2012 s/d 2013
ISSN 0854-4492. Jakarta: Isfi Penerbitan.
L a p o r a n A s u h a n K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t | 31