DISUSUN OLEH:
Ceni Merti
PO.62.20.1.17.321
2. Penyebab
Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
namun keadaan hiperglikemik lama dianggap sebagai faktor resiko utama.Lamanya
terpapar hiperglikemik menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang akhinya
menyebabkan perubahan kerusakan endotel pembuluh darah. Perubahan abnormalitas
sebagian besar hematologi dan biokimia telah dihubungkan dengan prevalensi dan
beratnya retinopati antara lain : 1) adhesi platelet yang meningkat, 2) agregasi eritrosit
yang meningkat, 3) abnormalitas lipid serum, 4) fibrinolisis yang tidak sempurna, 4)
abnormalitas serum dan viskositas darah.
3. Patofisiologi
Retina merupakan suatu struktur berlapis ganda dari fotoreseptor dan sel
saraf.Kesehatan dan aktivitas metabolisme retina sangat tergantung pada jaringan kapiler
retina.Kapiler retina membentuk jaringan yang menyebar ke seluruh permukaan retina
kecuali suatu daerah yang disebut fovea.Kelainan dasar dari berbagai bentuk retinopati
diabetik terletak pada kapiler retina tersebut.Dinding kapiler retina terdiri dari tiga lapisan
dari luar ke dalam yaitu sel perisit, membrana basalis dan sel endotel.Sel perisit dan sel
endotel dihubungkan oleh pori yang terdapat pada membrana sel yang terletak diantara
keduanya. Dalam keadaan normal, perbandingan jumlah sel perisit dan sel endotel retina
adalah 1:1 sedangkan pada kapiler perifer yang lain perbandingan tersebut mencapai 20:1.
Sel perisit berfungsi mempertahankan struktur kapiler, mengatur kontraktilitas, membantu
mempertahankan fungsi barrier dan transportasi kapiler serta mengendalikan proliferasi
endotel.Membran basalis berfungsi sebagai barrier dengan mempertahankan
permeabilitas kapiler agar tidak terjadi kebocoran. Sel endotel saling berikatan erat satu
sama lain dan bersama-sama dengan matriks ekstrasel dari membran basalis membentuk
barrier yang bersifat selektif terhadap beberapa jenis protein dan molekul kecil termasuk
bahan kontras flouresensi yang digunakan untuk diagnosis penyakit kapiler retina.
Perubahan histopatologis kapiler retina pada retinopati diabetik dimulai dari penebalan
membrane basalis, hilangnya perisit dan proliferasi endotel, dimana pada keadaan lanjut,
perbandingan antara sel endotel dan sel perisit mencapai 10:1. Patofisiologi retinopati
diabetik melibatkan lima proses dasar yang terjadi di tingkat kapiler yaitu (1)
pembentukkan mikroaneurisma, (2) peningkatan permeabilitas pembuluh darah, (3)
penyumbatan pembuluh darah, (4) proliferasi pembuluh darah baru (neovascular) dan
jaringan fibrosa di retina, (5) kontraksi dari jaringan fibrous kapiler dan jaringan vitreus.
Penyumbatan dan hilangnya perfusi menyebabkan iskemia retina sedangkan kebocoran
dapat terjadi pada semua komponen darah.
6. Penatalaksanaan Medis
Terapi utama untuk retinopati diabetik yang mengancam penglihatan adalah laser.
Angiogram fluoresein dapat dilakukan pada beberapa pasien untuk menilai derajat iskemia
retina dan mendapatkan area kebocoran baik dari mikroaneurisma maupun dari pembuluh
darah baru. Makulopati diabetik diterapi dengan mengarahkan laser pada titik-titik
kebocoran.
Pengobatan terapi retinopati diabetic selain laser yaitu fotokkoagulasi sinar laser dan
vitrektomi. Fotokoagulasi panretina argon, tekniknya dengan menembakkan sinar laser
pada retina yang rusak dengan tidak mengenai bagian sentral yang dibatasi oleh discus
dan pembuluh vascular temporal utama diharapkan dapat menutup kebocoran pembuluh
darah disekitar macula, menimbulkan regresi dan hilangnya neovaskularisasi. Pada kasus
sulit dan tidak berhasil ditangani dengan koagulasi sinar laser diperlukan tindakan
pembedahan misalnya vitrektomi digunakan untuk terapi perdarahan vitreus dan
pelepasan retina yang tidak teratasi. Vitrektomi adalah tindakan bedah mikro yang
dikerjakan dengan bius umum dikamar operasi. Dalam hal ini vitreus yang penuh darah
akan dikeluarkan dan diganti dengan cairan jernih. Sekitar 70% penderita yang menjalani
operasi vitrektomi akan mengalami perbaikan penglihatan. Harapan perbaikan setelah
operasi vitrektomi lebih besar pada kasus yang pernah menjalani fotokoagulasi laser dan
pada kasus dengan macula yang masih melekat.
7. Terapi Obat
Pengobatan utama pada retinopati diabetik adalah mengatur kadar gula darah agar
tetap dalam kondisi terkontrol. Pengaturan kadar gula darah tidak menyembuhkan
retinopati diabetik, melainkan untuk mencegah memburuknya fungsi penglihatan. Pada
sebagian kasus, mengontrol kadar gula darah dapat menyebabkan tajam penglihatan
membaik. Selain itu, ada beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu
Pemberian obat anti-VEGF (vascular endothelial growth factor) obat ini diberikan dengan
cara disuntikkan ke dalam mata. Tujuannya adalah untuk mencegah memburuknya
retinopati diabetik. Dokter akan memberikan suntikan obat langsung ke dalam bola mata,
untuk mencegah pembentukan pembuluh darah baru [ CITATION kli19 \l 1033 ].
B. Konsep Asuhan Keperawatan Retinopati Diabetik
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat ;
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi, koma, penurunan
kekuatan otot
b. Sirkulasi ;
- Adanya riwayat hipertensi, MCI
- Klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas
- Ulkus, penyembuhan luka lama
- Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak
ada, disritmia, krekles
- Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritasego;
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi,
Ansietas, peka rangsang
c. Eliminasi ;
- Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang
- Diare, nyeri tekan abdomen
- Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada infeksi
- Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen keras,
adanya asites
d. Makanan / cairan ;
- Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa /
karbohidrat
- Penurunan berat badan
- Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic ( Tiazid ), kekakuan / distensi abdomen
- Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas
aseton).
e. Neurosensori :
- Pusing, pening, sakit kepala
- Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan,
disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan memori ( baru, masa lalu ),
kacau mental, reflek tendon dalam menurun/koma, aktifitas kejang
f. Nyeri / kenyamanan ;
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
f. Pernafasan ;
- Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi
- Frekuensi pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen
i. Keamanan ;
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya kekuatan umum /
rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk otot-otot pernafasan,( jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam) ,demam, diaphoresis
2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler,
peningkatan TIO
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan
cermat dan rinci. Implementasi ini biasanya selesai setelah dianggap permanen.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga kriteria dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil :perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian :pasien menunujukan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
Daftar Pustaka
klikdokter.com. (2019, Oktober). Retrieved Maret 2021, from Penyakit Retinopati Diabetik:
https://www.klikdokter.com/penyakit/retinopati-diabetik
P2PTM Kemenkes RI. (2018, Oktober 3). Retrieved Maret 29, 2021, from DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/gangguan-indera/page/7/apa-itu-retinopati-diabetik