Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS PADA RETINOPATI

DISUSUN OLEH:

Ceni Merti
PO.62.20.1.17.321

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


JURUSAN KEPERAWAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER ANGKATAN IV SEMESTER VIII
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Konsep Dasar Retinopati Diabetik
1. Pengertian
Retinopati diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi diabetes melitus, di mana
kadar gula yang tinggi pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah
retina mata, terutama di jaringan-jaringan yang sensitif terhadap cahaya. Kondisi ini dapat
diderita oleh siapapun yang menderita diabetes tipe 1 maupun 2, terutama mereka yang
gula darahnya tidak terkontrol dan telah menderita diabetes dalam jangka waktu yang
lama.Pada awalnya, retinopati diabetik seringkali hanya menunjukkan gejala ringan, atau
bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali. Namun apabila tidak ditangani, retinopati
diabetik dapat menyebabkan kebutaan. Maka dari itu, penderita diabetes melitus selalu
disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata rutin setidaknya satu kali dalam setahun
meskipun tidak merasakan keluhan apapun pada mata [ CITATION P2P18 \l 1033 ].

2. Penyebab
Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
namun keadaan hiperglikemik lama dianggap sebagai faktor resiko utama.Lamanya
terpapar hiperglikemik menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang akhinya
menyebabkan perubahan kerusakan endotel pembuluh darah.  Perubahan abnormalitas
sebagian besar hematologi dan biokimia telah dihubungkan dengan prevalensi dan
beratnya retinopati antara lain : 1) adhesi platelet yang meningkat, 2) agregasi eritrosit
yang meningkat, 3) abnormalitas lipid serum, 4) fibrinolisis yang tidak sempurna, 4)
abnormalitas serum dan viskositas darah.

3. Patofisiologi
Retina merupakan suatu struktur berlapis ganda dari fotoreseptor dan sel
saraf.Kesehatan dan aktivitas metabolisme retina sangat tergantung pada jaringan kapiler
retina.Kapiler retina membentuk jaringan yang menyebar ke seluruh permukaan retina
kecuali suatu daerah yang disebut fovea.Kelainan dasar dari berbagai bentuk retinopati
diabetik terletak pada kapiler retina tersebut.Dinding kapiler retina terdiri dari tiga lapisan
dari luar ke dalam yaitu sel perisit, membrana basalis dan sel endotel.Sel perisit dan sel
endotel dihubungkan oleh pori yang terdapat pada membrana sel yang terletak diantara
keduanya. Dalam keadaan normal, perbandingan jumlah sel perisit dan sel endotel retina
adalah 1:1 sedangkan pada kapiler perifer yang lain perbandingan tersebut mencapai 20:1.
Sel perisit berfungsi mempertahankan struktur kapiler, mengatur kontraktilitas, membantu
mempertahankan fungsi barrier dan transportasi kapiler serta mengendalikan proliferasi
endotel.Membran basalis berfungsi sebagai barrier dengan mempertahankan
permeabilitas kapiler agar tidak terjadi kebocoran. Sel endotel saling berikatan erat satu
sama lain dan bersama-sama dengan matriks ekstrasel dari membran basalis membentuk
barrier yang bersifat selektif terhadap beberapa jenis protein dan molekul kecil termasuk
bahan kontras flouresensi yang digunakan untuk diagnosis penyakit kapiler retina.
Perubahan histopatologis kapiler retina pada retinopati diabetik dimulai dari penebalan
membrane basalis, hilangnya perisit dan proliferasi endotel, dimana pada keadaan lanjut,
perbandingan antara sel endotel dan sel perisit mencapai 10:1. Patofisiologi retinopati
diabetik melibatkan lima proses dasar yang terjadi di tingkat kapiler yaitu (1)
pembentukkan mikroaneurisma, (2) peningkatan permeabilitas pembuluh darah, (3)
penyumbatan pembuluh darah, (4) proliferasi pembuluh darah baru (neovascular) dan
jaringan fibrosa di retina, (5) kontraksi dari jaringan fibrous kapiler dan jaringan vitreus.
Penyumbatan dan hilangnya perfusi menyebabkan iskemia retina sedangkan kebocoran
dapat terjadi pada semua komponen darah.

4. Tanda dan Gejala


Retinopati diabetik sering asimtomatis, terutama pada tahap awal penyakit. Seiring
dengan bertambah beratnya penyakit, penglihatan pasien dapat memburuk atau bierubah-
ubah. Retinopati tahap lanjut dapat berakibat kebutaan total.
Non-proliferative diabetic retinopathy dikarakteristikan pada tahap awal dengan
ditemukannya bilateral dot/bintik perdaraan intraretina, eksudat baik keras maupun tidak,
mikroaneurisma, dan cotton wool spots. Dengan bertambah beratnya retinopati, dapat
terlihat rangkaian vena dan abnormalitas pembuluh darah kecil intraretina.
Kehilangan penglihatan berhubungan dengan iskemia dan edema makula,
digolongkan CSME apabila terdapat salah satu dari:
1. Penebalan retina <500 μm dari tengah fovea
2. Hard exudatei <500 μm dari tengah fovea dengan penebalan disekitarnya
3. Penebalan retina >1 diskus pada daerah <1 diskus diameter dari tengah fovea
pada titik-titik kebocoran.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dan terapi yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetika antara lain:
1. Indirect of Thalamoskop
Diperiksa seluruh permukaan fundus  sampai belakang penggantung lensa dapat
dilihat dengan alat indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien ditetes dengan
midirasil.
2. Foto fundus
Dilakukan foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan nampak optikus, retina dan
pembuluh darah diretina, sebelumnya penderitaditetesi medriasil.
3. Foto Fluorescein Angiografi
Dilakukan pemotretan fundus, seperti diatas tetapi sebelumnya penderita selain ditetes
medriasil, akan diinjeksi intravena dengan zat kontrassehingga gambaran detail halus
epitel pigmen retina, aliran sirkulasi darah retina, gambaran pembuluh darah dan
integritas fungsinya. Selain itu FFA juga berfungsi untuk memonitor terapi
fotokoagulasi pada penyakit Retina dan Khoroid.
4. Foto Koagulasi Laser
Adalah teknik terapi menggunakan sumber sinar kuat untuk mengkoagulasikan
jaringan, tujuannya merusak jaringan retina yang tidak normal, antara lain
menghilangkan adanya pembuluh darah, melekatkan jaringan chorioretina yang
terlepas maupun robek dll.
5. Operasi Vitreoretina, Vitrektomi
Penderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut, didapatkan Vitreus/badan kaca keruh
akibat pendarahan retina masuk kebadan kaca, dan juga berakibat adanya jaringan
ikat dibadan kaca yang akan mengakibatkan tarikan retina, sehingga akan berakibat
terlepasnya retina atau ablasio-retina. Operasi Vitrektomi digunakan untuk
menjernihkan badan kaca dan juga mengupas jaringan ikat yang ada, sehingga lokasi
asal perdarahan dapat dilakukan photokoagulasi laser, dan adanya tarikan retina
dapat dihindarkan.

6. Penatalaksanaan Medis
Terapi utama untuk retinopati diabetik yang mengancam penglihatan adalah laser.
Angiogram fluoresein dapat dilakukan pada beberapa pasien untuk menilai derajat iskemia
retina dan mendapatkan area kebocoran baik dari mikroaneurisma maupun dari pembuluh
darah baru. Makulopati diabetik diterapi dengan mengarahkan laser pada titik-titik
kebocoran.
Pengobatan terapi retinopati diabetic selain laser yaitu fotokkoagulasi sinar laser dan
vitrektomi. Fotokoagulasi panretina argon, tekniknya dengan menembakkan sinar laser
pada retina yang rusak dengan tidak mengenai bagian sentral yang dibatasi oleh discus
dan pembuluh vascular temporal utama diharapkan dapat menutup kebocoran pembuluh
darah disekitar macula, menimbulkan regresi dan hilangnya neovaskularisasi. Pada kasus
sulit dan tidak berhasil ditangani dengan koagulasi sinar laser diperlukan tindakan
pembedahan misalnya vitrektomi digunakan untuk terapi perdarahan vitreus dan
pelepasan retina yang tidak teratasi. Vitrektomi adalah tindakan bedah mikro yang
dikerjakan dengan bius umum dikamar operasi. Dalam hal ini vitreus yang penuh darah
akan dikeluarkan dan diganti dengan cairan jernih. Sekitar 70% penderita yang menjalani
operasi vitrektomi akan mengalami perbaikan penglihatan. Harapan perbaikan setelah
operasi vitrektomi lebih besar pada kasus yang pernah menjalani fotokoagulasi laser dan
pada kasus dengan macula yang masih melekat.

7. Terapi Obat
Pengobatan utama pada retinopati diabetik adalah mengatur kadar gula darah agar
tetap dalam kondisi terkontrol. Pengaturan kadar gula darah tidak menyembuhkan
retinopati diabetik, melainkan untuk mencegah memburuknya fungsi penglihatan. Pada
sebagian kasus, mengontrol kadar gula darah dapat menyebabkan tajam penglihatan
membaik. Selain itu, ada beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu
Pemberian obat anti-VEGF (vascular endothelial growth factor) obat ini diberikan dengan
cara disuntikkan ke dalam mata. Tujuannya adalah untuk mencegah memburuknya
retinopati diabetik. Dokter akan memberikan suntikan obat langsung ke dalam bola mata,
untuk mencegah pembentukan pembuluh darah baru [ CITATION kli19 \l 1033 ].
B. Konsep Asuhan Keperawatan Retinopati Diabetik
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat ;
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi, koma, penurunan
kekuatan otot
b. Sirkulasi ;
- Adanya riwayat hipertensi, MCI
- Klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas
- Ulkus, penyembuhan luka lama
- Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tak
ada, disritmia, krekles
- Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
c.   Integritasego;
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi,
Ansietas, peka rangsang
c. Eliminasi ;
- Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang
- Diare, nyeri tekan abdomen
- Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada infeksi
- Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen keras,
adanya asites
d. Makanan / cairan ;
- Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa /
karbohidrat
- Penurunan berat badan
- Haus dan lapar terus, penggunaan diuretic ( Tiazid ), kekakuan / distensi abdomen
- Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas
aseton).
e. Neurosensori :
- Pusing, pening, sakit kepala
- Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan,
disorientasi, mengantuk, stupor / koma , gangguan memori ( baru, masa lalu ),
kacau mental, reflek tendon dalam menurun/koma, aktifitas kejang
f.      Nyeri / kenyamanan ;
Abdomen tegang/nyeri, wajah meringis, palpitasi
f. Pernafasan ;
- Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi
- Frekuensi pernafasan meningkat, merasa kekurangan oksigen
i.        Keamanan ;
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya kekuatan umum /
rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk otot-otot pernafasan,( jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam) ,demam, diaphoresis

2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler,
peningkatan TIO

2. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan


penerimaan sensori/status organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
3. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan
tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi


1 Risiko cedera berhubungan Menyatakan 1.Menunjukkan perubahan 1.Diskusikan
dengan kehilangan vitreus, pemahaman perilaku, pola hidup untuk apa yang
perdarahan intraokuler, terhadap faktor menurunkan faktor risiko dan terjadi tentang
peningkatan TIO yang terlibat untuk melindungi diri dari kondisi paska
dalam cedera. operasi, nyeri,
kemungkinan 2.Mengubah lingkungan sesuai pembatasan
cedera. indikasi untuk meningkatkan aktivitas,
keamanan. penampilan,
balutan mata.
2.Beri klien
posisi
bersandar,
kepala tinggi,
atau miring ke
sisi yang tak
sakit sesuai
keinginan.
3.Batasi
aktivitas
seperti
menggerakkan
kepala tiba-
tiba,
menggaruk
mata,
membongkok.
4.Ambulasi
dengan
bantuan:
berikan kamar
mandi khusus
bila sembuh
dari anestesi.
5.Dorong
napas dalam,
batuk untuk
menjaga
kebersihan
paru.

2 Gangguan persepsi sensori- Meningkatkan 1.Mengenal gangguan sensori 1.Tentukan


perseptual penglihatan ketajaman dan berkompensasi terhadap ketajaman
berhubungan dengan penglihatan perubahan. penglihatan,
gangguan penerimaan dalam batas 2.Mengidentifikasi/memperbaiki catat apakah
sensori/status organ indera, situasi individu, potensial bahaya dalam satu atau dua
lingkungan secara terapeutik mengenal lingkungan. mata terlibat
dibatasi. gangguan 2.Orientasikan
sensori dan klien tehadap
berkompensasi lingkungan
terhadap 3.Observasi
perubahan. tanda-tanda
disorientasi
4.Pendekatan
dari sisi yang
tak dioperasi,
bicara dengan
menyentuh
5.Perhatikan
tentang suram
atau
penglihatan
kabur dan
iritasi mata,
dimana dapat
terjadi bila
menggunakan
tetes mata

3 Defisit pengetahuan tentang Klien Melakukan prosedur dengan 1.Kaji


kondisi, prognosis, pengobatan menunjukkan benar dan menjelaskan alasan informasi
berhubungan dengan tidak pemahaman tindakan tentang
mengenal sumber informasi, tentang kondisi
kurang kondisi, proses individu,
terpajan/mengingat,keterbatas penyakit dan prognosis, tipe
an kognitif pengobatan. prosedur,
lensa
2.Tekankan
pentingnya
evaluasi
perawatan
rutin, beri tahu
untuk
melaporkan
penglihatan
berawan
3.Informasikan
klien untuk
menghindari
tetes mata
yang dijual
bebas
4.Diskusikan
kemungkinan
efek/interaksi
antar obat
mata dan
masalah
medis klien
5.Anjurkan
klien
menghindari
membaca,
berkedip,
mengangkat
berat,
mengejan saat
defekasi,
membongkok
pada panggul,
dll
6.Dorong
aktivitas
pengalihan
perhatian

4. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan
cermat dan rinci. Implementasi ini biasanya selesai setelah dianggap permanen.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga kriteria dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil :perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian :pasien menunujukan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
Daftar Pustaka

klikdokter.com. (2019, Oktober). Retrieved Maret 2021, from Penyakit Retinopati Diabetik:
https://www.klikdokter.com/penyakit/retinopati-diabetik

P2PTM Kemenkes RI. (2018, Oktober 3). Retrieved Maret 29, 2021, from DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/gangguan-indera/page/7/apa-itu-retinopati-diabetik

Sudiana N . Ilmu Penyakit Mata. Trisakti Press , Jakarta 2015;


Valero SO, Droilhet JH . Background of retinopathy Diabetic . E medicine 2017
Harding S, Kohner E. Clinical Evidence of Retinopathy Diabetic : Virectomy in people with
maculopathy .E-medicine 2015

Anda mungkin juga menyukai