Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN HERPES ZOSTER


Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep.,Ns.,M.Kep
 
Disusun Oleh :
Lovita Salsabila Balkis (P27820119022 )
—Herpes Zoster—

https://www.alodokter.com/herpes-zoster
Pengkajian
Identitas Klien : Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa
muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.

Keluhan Utama : Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan
adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada fase-fase awal

Riwayat Penyakit Sekarang : Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami demam

Riwayat Kesehatan Dahulu : Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya

Riwayat Kesehatan Keluarga : Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman
dekat yang terinfeksi virus ini.
Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat : Pada umumnya pada pola presepsi pada pasien
herpes zoster mengalami gangguan terutama pada body image, penderita merasa rendah diri dan
merasa terkucilkan. Sistem imun lemah karena kurang aktif atau tidak berolahraga.
2. Pola nutirsi dan metabolisme : pada herpes zoster pasien mengalami penurunan nafsu makan .
Karena mengeluh nyeri pada daerah wajah dan pipi sehingga pasien tidak dapat mengunyah
makanan dengan baik karena disebabkan oleh rasa nyeri.
3. Pola eliminasi : Pada Pola eleminasi alvi dan uri pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan
4. Pola istirahat dan tidur : Pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, gatal,
pusing dan demam.
5. Pola aktivitas dan latihan : dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan terjadi penurunan pada
saat aktivitas berlebih, sehingga klien akan membatasi pergerakan aktivitas
6. Pola persepsi diri : Presepsi klien tentang penyakitnya dan bagaimana konsep dalam menghadapi
penyakitnya yang diderita. Perasaan tidak percaya diri atau minder, Perasaan terisolasi
7. Pola sensori dan kognitif : Pada pasien herpes zoster terdapat nyeri otot, kepala
dan pada pola kognitif pasien biasanya tidak mengerti penyebab penyakitnya.
8. Pola penanggulangan stress : Bagaimana klien menghadapi masalah yang
dibebani sekarang dan cara penanggulangannya. Emosi tidak stabil, Ansietas,
takut akan penyakitnya, Gelisah
9. Pola reproduksi sexsual : Pada umumnya pada pola produksi seksual klien tidak
mengalami gangguan.
10. Pola hubungan dan peran : klien akan sedikit mengalami penurunan psikologis,
isolasi karena adanya gangguan citra tubuh
11. Pola tata nilai dan kepercayaan : Pada umumnya terjadi distress spiritual pada
penderita namun kadang - kadang ada penderita yang lebih takun dalam beribadah
setelah mendapatkan penyakit ini
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Mata Mulut dan faring
Tidak terjadi gangguan pada
Kesadaran, tekanan darah, suhu, Pada herpes zoster mulut dan faring
nadi frekuensi dan kualitas. oftaimikus terdapat kelainan
Penapasan frekuensi, irama tipe pada mata Leher
pernapasan
Tidak terjadi gangguan pada
Kepala Telinga leher
Pada pasien herpes zoster
Terdapat nyeri kepala pasien tidak terjadi gangguan pada Thorak
herpes zoster telinga Pada pasien herpes zoster
daerah yang paling sering
Muka Hidung terkena adalah daerah
Pada sindrom rumsay hunt Pada pasien herpes zoster thorak.
terdapat kelainan pada otot tidak terjadi gangguan pada Paru
muka dan kelainan kulit muka hidung Pada pasien herpes zoster tidak terja
gangguan pada paru
Jantung Integumen
Terdapat eritema, gatal-gatal, vesikel
Pada pasien herpes zoster tidak terjadi
yang bergerombol dengan dasar kulit
gangguan pada jantung
yang eritematosa dan odema, vesikel
berisi cairan jernih kemudian dapat
Abdomen menjadi pustul dan krustu

Pada pasien herpes zoster tidak terjadi


gangguan pada abdomen Ekstermitas dan neurologis
Inguinal Herpes zoster oftalmikus terdapat
gangguan pada nervus trigeminus.
Pada pasien herpes zoster Pada sindrom ramsay hunt terdapat
terjadi pembesaran, kelenjar gangguan nervuys fasilitas dan otikus
getah bening
Pemeriksaan Penunjang

1. Tzanck Smear : Mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan
herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk membedakan diagnostic herpes virus.
3. Immunoflourorescent: mengidentifikasi varicella di sel kulit.
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Kultur virus
6. Identifikasi Antigen / asam nukleat VVZ.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pengobatan topical
• Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah
• Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x
sehari selama 20 menit
• Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi
sekunder selama 3 x sehari.
b. Pengobatan sistemik
• Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan
infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral.
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap
postherpetic neuralgia.
• Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
• Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena
dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune.
• Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.

2. Penderita dengan keluhan mata,


Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus
ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan

3. Neuralgia Pasca Herpes zoster


a. Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik
( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari)
b. Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan
Invasi Virus Varisela Zoster
Susunan saraf tepi
Replikasi Virus Varisela Zoster
PATHWAY Menyerang gangglion anterior
Herpes zoster Menyebar
Masuk melalui aliran darah Dialiran darah perifer
Menetap diganglion sensorik Reaksi sensitisasi tubuh
Reaktivasi Virus Varisela Zoster Pruritus (Gatal)
Kelainan/ Lesi kulit pada daerah gangglion
GANGGUAN
H E R PE S Z O STE R RASA NYAMAN

Merangsang pelepasan mediator kimiawi


Reaksi alergi

Pelepsan zat Pelepasan zat pirogen endogen Timbul eritema


Bradiakimin serotin & histamin
Merangsang peningkatan
Merangsang Nosiseptor Vesikel berkelompok
Titik patokan suhu tubuh
Gejala Lokal Tonjolan kulit < 0.5 cm & terisi air
Gejala sistemik
Nyeri, Kesemutan / Rasa Terbakar
Didaerah dada Demam KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
NYERI AKUT HIPERTERMIA
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d
tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur
2. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh
diatas normal
3. Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi d.d
kerusakan lapisan kulit
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional

Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi skala nyeri
fisiologis (inflamasi) d.d tampak keperawatan dalam jangka waktu Rasional : untuk mengetahui
meringis, gelisah, frekuensi nadi 2X24 jam tinngkat nyeri menurun skala nyeri pada klien
meningkat, sulit tidur dengan 2. Identifikasi respon nyeri non
verbal
Kriteria Hasil : Rasional : untuk mengetahui
1. Keluhan nyeri (menurun) respon nyeri non verbal pada klien
2. Meringis (menurun) 3. Kontrol lingkungan yang
3. Gelisah (menurun) memperbesar rasa nyeri
4. Kesulitan tidur (menurun) Rasional : untuk mengetahui
kontrol lingkungan yang
memperbesar rasa nyeri klien
4. Fasilitas istirahat dan tidur
Rasional : untuk mengetahui
fasilitas istirahat dan tidur klien
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional

Hipertermia b.d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh
(infeksi) d.d suhu tubuh diatas keperawatan dalam jangka waktu Rasional : untuk mengetahui
normal 2x24 jam diharapkan termogurasi suhu tubuh pada klien
membaik dengan 2. Berikan cairan oral
Rasional : untuk memenuhi cairan
Kriteria Hasil : tubuh yang hilang akibat
1. Suhu tubuh membaik hipertermia
2. Suhu kulit membaik 3. Lakukan pendinginan ekternal
(kompres)
Rasional : membantu
memurunkan suhu tubuh klien
4. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : membantu
mempercepat penurunan suhu
tubuh
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional

Gangguan integritas kulit b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab gangguan
perubahan sirkulasi d.d kerusakan keperawatan dalam jangka waktu integritas kulit
lapisan kulit 2x24 jam diharapkan integritas kulit Rasional : untuk mengetahui
dengan penyebab gangguan integritas kulit
klien
Kriteria Hasil : 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
1. Kerusakan lapisan kulit baring
menurun Rasional : untuk mengetahui
2. Nyeri menurun posisi klien tiap 2 jam
3. Gunakan produk berbahan ringan /
alami hipoalergik pada kulit sensitif
Rasional : untuk mengetahui
produk berbahan ringan / alami
hipoalergik pada kulit sensitif klien
Implementasi Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
Pelaksanaan implementasi Evaluasi merupakan langka
keperawatan merupakan proses keperawatan yang
tahap proses keperawatan memungkinkan perawat
dimana perawat memberikan untuk menentukan apakah
intervensi keperawatan intervensi keperawatan telah
langsung dan tidak langsung berhasil meningkatkan
terhadap klien kondisi klien
Daftar Pustaka

Bruner dan Suddart. 2002. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGC


Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta : FKUI
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Stadar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Persatuan Perawat
Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Stanar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai