Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

HEALTH EDUCATION & SOP BLADDER TRAINING

DOSEN PEMBIMBING :

Irfani Nurul Hamid, SST. M.Tr.Kep

DISUSUN OLEH :

Lovita Salsabila Balkis (P27820119022)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HEALTH
EDUCATION & SOP BLADDER TRAINING”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 24 September 2021

Penyusun

i
ii
HEALTH EDUCATION BOWEL

A. DEFINISI
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsikandung kemih
yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsioptimal neurogenik (potter &
perry, 2005). Bladder training merupakan salahsatu terapi yang efektif di antara terapi non-
farmakologi.
Pengendalian kandung kemih dan sfingter dilakukan agar terjadi pengeluaran urin secara
kontinen. Latihan kandung kemih harus dimulai dahulu untuk mengembangkan tonus
kandung kemih saat mempersiapkanpelepasan kateter yang sudah terpasang dalam waktu
lama, dengan tindakan ini bisa mencegah retensi (Smeltzer & Bare, 2002).

B. TUJUAN
Tujuan dari bladder training adalah untuk meningkatkan jumlah waktu pengosongan
kandung kemih, secara nyaman tanpa adanya urgensi, atau inkontinensia atau kebocoran.
Bladder training juga bisa untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal
perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (potter&perry,
2005).

C. PENDIDIKAN KESEHATAN
Menurut (Notoatmodjo, 2003) pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Dalam
keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang
mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat
berperan sebagai perawat pendidik.

D. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan antara lain :
- Pola berkemih
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan
waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
- Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab
Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu yang sama.

1
E. MACAM-MACAM KATETER
Macam-macam kateter dapat di bedakan berdasarkan :
1. Bentuk
Straight : lurus tanpa ada cabang
Contoh :
 Robinson kateter
 Nelaton kateter

Coude catheter : kateter dengan ujung lengkung dan ramping


Contoh :
 Kateter Tiemann

Self retaining kateter : dipakai menetap


Contoh:
 Molecot kateter
 Foleey kateter

Ukuran
 Skala Cheriere”s (Franch)
 Ich atau Fr 0,33 mm
 Atau 1 mm = 3 Fr
Contoh :
Kateter 18 Fr artinya diameter luarnya 6 mm
Bahan
 Stainless
 Lateks (karet)
 Siikon
 Dilapisi silikon
Jumlah percabangan
 Cabang 2
 Cabang 3

2
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pemasangan kateter antara lain :
 Bacterial shock
 Striktur uretra
 Rupture uretra
 Perforasi buli-buli
 Perdarahan
 Balon pecah atau tidak bias dikempeskan
Komplikasi operasi :
 Pneumo atau hematothoraks
 Thrombosis vena
 Cedera arteri atau saraf
 Fistula arteriovena
 Chylothoraks
 Infeksi
 Emboli udara morbiditas (morbiditas 0-15%)

G. INDIKASI
Bladder Training dapat dilakukan pada pasien anak yang mengalami retensi urin, pada
pasien anak yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi spingter
kandung kemih terganggu. Bladder training juga bisa dilakukan pada pasien anak yang
menggunakan kateter yang lama, dan pasien anak yang mengalami inkontinensia urin.
Indikasi :
- Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.
- Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter
- Klien yang mengalami inkontinensia urin
- Klien post operasi
- Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
- Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin

H. PENATALAKSANAAN
- Pengaturan diet dan menghidari makanan / minuman yang mempengaruhi pola berkemih
(seperti kafein, alkohol)

3
- Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic floor
exercise) latihan fungsi kandung kemih (bladder training) dan program kateterisasi
intermitten.
- Latihan otot dasar panggul menggunakan bio feed back
- Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy. Selain behavioral
therapies, dikenal pula intervensi lain, yaitu perawatan dan pemanfaatan berbagai alat
bantu terapi

I. KONTRAINDIKASI
Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal. karena akan terdapat batu ginjal,yang
di observasi hanya kencingnya. Jadi tidak boleh di bladder training.
- Sistitis berat
- Pielonefritis
- Gangguan/kelainan uretra
- Hidronefrosis
- Vesicourethral reflux
- Batu traktus urinarius
- Penderita tidak kooperatif

4
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

BLADDER TRAINING

1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan antara lain :
- Pola berkemih
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu 2
minggu atau lebih untuk dipelajari.
- Ada tidaknya infeksi saluran kemih atau penyakit penyebab
Bila terdapat infeksi saluran kemih atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu
yang sama.
- Kebutuhan klien akan bladder training
Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder training

2. Prosedur
Persiapan pasien
- Sampaikan salam
- Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Persiapan alat
- Jam
- klem
- Air minum dalam tempatnya
- Obat deuritik jika diperlukan

3. Pelaksanaan
scheduled bathroom trips
- Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam sepanjang siang
dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari.
- Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk berkemih.
- Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan berkemihnya
tidak dapat di tahan.

5
- Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah ditentukan 2-3
jam sekali
- 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien untuk
memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.
Kegel exercise
- Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
- Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
- Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot anterior secara
perlahan sampai hitungan ke empat
- Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
- Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
- Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada klien
Delay urination
- Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
- Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian memulainya
kembali.
- Praktikan setiap kali berkemih
Prosedur kerja dalam melakukan bladder training menurut Suharyanto (2008) yaitu :
1. Lakukan cuci tangan.
2. Mengucapkan salam.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan.
5. Atur posisi pasien yaitu dengan posisi dorsal recumbent
6. Pakai sarung tangan disposibel
7. Lakukan pengukuran volume urin pada kantong urin.
8. Kosongkan kantong urin.
9. Klem selang kateter sesuai dengan program selama 1 jam yang memungkinkan kandung kemih
terisi urin dan otot destrusor berkontraksi, supaya meningkatkan volume urin residual.
10. Anjurkan klien minum (200-250 cc).
11. Tanyakan pada klien apakah terasa ingin berkemih setelah 1 jam.
12. Buka klem dan biarkan urin mengalir keluar.
13. Lihat kemampuan berkemih klien
14. Lepaskan sarung tangan dan merapikan semua peralatan.

6
7
DAFTAR PUSTAKA

Anne Griffin Perry, A. Potter. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta : EGC
Brunner, Suddarth. 1998. Manual of nursing practice edisi 4. Jakarta : EGC
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/seniors/common-older/798.html
Notoatmodjo. 2003. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter & perry. 2005. Fundamental Keperawatan vol 2 .Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai