Anda di halaman 1dari 4

KEGEL EXERCISE

A) Materi
Pengertian Senam kegel adalah latihan yang digunakan untuk memperkuat otot
dasar panggul.

Tujuan :

1. Menguatkan otot-otot yang panggul


2. Dapat mencegah robekan perineumpada ibu nifas
3. Mencegah prolap uteri atau turunnya Rahim
4. Untuk mengatasi inkontinensia urine
5. Mempermudah persalinan

Indikasi

1. Untuk ibu hamil dan bersalin


2. Untuk ibu pasca melahirkan
3. Untuk lansia dengan masalah inkontinensia urine

B) Prosedural
Prosedur

1. Berikan salam, perkenalkan diri dan identitas klien


2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Berikan kesempatan klien untuk bertanya tentang prosedur
4. Menanyakan kesiapan klien
5. Minta klien mengambil posisi bisa dengan duduk, terlentang ataupun berdiri.
6. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul.
7. Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus,
dengan cara kaki ditekuk dan mengangkat pantat ditahan 5 sampai 10 detik.
8. Kemudian minta klien merelaksasikan otot-otot secara keseluruhan
9. Ulangi latihan tersebut selama kurang dari 15 menit

C) Hasil Penelitian Terkait


Seiring dengan bertambahnya usia mengakibatkan terjadinya perubahan
anatomi dan fungsi organ kemih yang disebabkan karena melemahnya otot dasar
panggul. Di Indonesia 32,2 % lansia mengalami inkontinensia yang merupakan salah
satu masalah kesehatan atau keluhan utama pada penderita lanjut usia. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam kegel terhadap frekuensi BAK pada
lansia dengan inkontinensia urine di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
Sicincin Tahun 2015.Jenis penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan desain
one group Pretest-postest yang dilaksanakan pada bulan Januari – Agustus 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Sabai Nan Aluih dengan jumlah sampel yaitu 12 orang dengan teknik pengambilan
sampel total sampling. Data dianalisis secara univariat dan untuk bivariat
menggunakan uji statistik T- test dependent dengan uji normalitas Shapiro-Wilk.
Hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi bak inkontinensia urine pada lansia
sebelum dilakukan senam kegel memiliki rerata 10.58, sesudah dilakukan senam
kegel memiliki rerata 8.00 dan terdapat pengaruh inkontinensia urine sebelum dan
sesudah dilakukan senam kegel pada lansia.Senam kegel dapat mengurangi
inkontinensia urine disarankan agar dapat diterapkan sebagai kegiatan harian yang
dilakukan di panti.

Sumber : PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BAK PADA LANSIA


DENGAN INKONTINENSIA URINE 1) Milya Novera , 1 Stikes Alifah Padang email:
milya_novera87@yahoo.co.id Submission: 12-11-2016, Reviewed: 02-12-2016, Accepted:
21-01-2017 https://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i3.589

JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292 Research of Applied Science and Education
V11.i3 (240 -245) E-ISSN:2460-5611

BLADDER TRAINING
A. Materi
DEFINISI
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik
(potter & perry, 2005). Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara
terapi non-farmakologi.
Pengendalian kandung kemih dan sfingter dilakukan agar terjadi pengeluaran urin
secara kontinen. Latihan kandung kemih harus dimulai dahulu untuk mengembangkan
tonus kandung kemih saat mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang dalam
waktu lama, dengan tindakan ini bisa mencegah retensi (Smeltzer & Bare, 2002).

TUJUAN
Tujuan dari bladder training adalah untuk meningkatkan jumlah waktu
pengosongan kandung kemih, secara nyaman tanpa adanya urgensi, atau inkontinensia
atau kebocoran. Bladder training juga bisa untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih (potter&perry, 2005)
INDIKASI dan KONTRAINDIKASI BLADDER TRAINING
Bladder Training dapat dilakukan pada pasien anak yang mengalami retensi urin,
pada pasien anak yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi spingter
kandung kemih terganggu. Bladder training juga bisa dilakukan pada pasien anak yang
menggunakan kateter yang lama, dan pasien anak yang mengalami inkontinensia urin.
Indikasi :
- Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.
- Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter
- Klien yang mengalami inkontinensia urin
- Klien post operasi
- Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
- Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin

Kontraindikasi :
Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal. karena akan terdapat batu
ginjal,yang di observasi hanya kencingnya. Jadi tidak boleh di bladder training.
- Sistitis berat
- Pielonefritis
- Gangguan/kelainan uretra
- Hidronefrosis
- Vesicourethral reflux
- Batu traktus urinarius
- Penderita tidak kooperatif

B. Prosedural
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan antara lain :
- Pola berkemih
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan
waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
- Ada tidaknya infeksi saluran kemih atau penyakit penyebab
Bila terdapat infeksi saluran kemih atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam
waktu yang sama.
- Kebutuhan klien akan bladder training
Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder training.

2. Prosedur
- Persiapan pasien
- Sampaikan salam

- Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan


- Persiapan alat
- Jam
- klem
- Air minum dalam tempatnya
- Obat deuritik jika diperlukan

3. Pelaksanaan

Prosedur kerja dalam melakukan bladder training menurut Suharyanto (2008) yaitu :

1. Lakukan cuci tangan.


2. Mengucapkan salam.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan.
5. Atur posisi pasien yaitu dengan posisi dorsal recumbent
6. Pakai sarung tangan disposibel
7. Lakukan pengukuran volume urin pada kantong urin.
8. Kosongkan kantong urin.
9. Klem selang kateter sesuai dengan program selama 1 jam yang memungkinkan kandung
kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi, supaya meningkatkan volume urin
residual.
10. Anjurkan klien minum (200-250 cc).
11. Tanyakan pada klien apakah terasa ingin berkemih setelah 1 jam.
12. Buka klem dan biarkan urin mengalir keluar.
13. Lihat kemampuan berkemih klien
14. Lepaskan sarung tangan dan merapikan semua peralatan.

c. Hasil Penelitian Terkait

Anda mungkin juga menyukai