0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan6 halaman
Kombinasi senam Kegel dan latihan kandung kemih berhasil menurunkan episode inkontinensia urin pada lansia. Frekuensi buang air kecil dan inkontinensia berkurang, sedangkan waktu tahanan bertambah. Terapi perilaku non-farmasi seperti senam Kegel dan latihan kandung kemih efektif mengurangi gejala pada lansia dan harus dicoba terlebih dahulu.
Kombinasi senam Kegel dan latihan kandung kemih berhasil menurunkan episode inkontinensia urin pada lansia. Frekuensi buang air kecil dan inkontinensia berkurang, sedangkan waktu tahanan bertambah. Terapi perilaku non-farmasi seperti senam Kegel dan latihan kandung kemih efektif mengurangi gejala pada lansia dan harus dicoba terlebih dahulu.
Kombinasi senam Kegel dan latihan kandung kemih berhasil menurunkan episode inkontinensia urin pada lansia. Frekuensi buang air kecil dan inkontinensia berkurang, sedangkan waktu tahanan bertambah. Terapi perilaku non-farmasi seperti senam Kegel dan latihan kandung kemih efektif mengurangi gejala pada lansia dan harus dicoba terlebih dahulu.
GANGGUAN ELIMINASI URINE DI RUANG RUHAMA RSIY PDHI
YOGYAKARTA
DISUSUN OLEH :
SINDI FEBRIYANA CAHYANINGRUM
P2105030
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN 2021 ANALISIS JURNAL Effect Of Combination Of Kegel's Exercise And Bladder Training In Reducing Urine Inncontinency Episodes In Elderly In Persahabatan Hospital, Jakarta No Komponen Hasil Analisa 1. Pendahuluan Proses penuaan didefinisikan oleh perubahan perilaku organisme sesuai dengan usia, yang biasanya mengakibatkan penurunan kemampuan untuk bertahan hidup dan mengurus diri sendiri. Kemunduran ini pada manusia dapat dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, sosial, fungsional dan spiritual.
Inkontinensia urin adalah kondisi yang biasanya menyerang orang
tua, dan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari penderitanya. Penelitian ini mengkaji pengaruh kombinasi senam Kegel dan latihan kandung kemih dalam menurunkan episode inkontinensia urin pada lansia.
Terapi perilaku yang meliputi senam kegel dan latihan kandung
kemih sebagai bentuk intervensi keperawatan terkait latihan fisik yang berpengaruh positif pada pasien.
Beberapa artikel penelitian berbasis bukti merekomendasikan
program pelatihan kandung kemih untuk pasien dengan inkontinensia urin. Pasien didorong untuk mengikuti jadwal yang direkomendasikan secara optimal. Pada dasarnya, bladder training mendorong pasien untuk secara konsisten mengontrol urgensi dan jadwal buang air kecil pada interval tertentu, serta meningkatkan interval buang air kecil menjadi lebih lama.
Pasien dapat menggunakan teknik seperti mengencangkan otot dasar
panggul dan distraksi dan/atau relaksasi untuk membantu mengurangi keinginan berkemih sampai interval tercapai. Jarak interval awal harus disesuaikan dengan kebiasaan pasien saat ini, kemudian ditingkatkan dengan menambahkan 15-30 menit, dengan tujuan akhir mencapai jarak pengosongan 3-4 jam. Prosesnya dapat dilakukan di mana saja dalam waktu satu hingga beberapa minggu 2. Metode Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu dengan desain Pretest-Posttest with Control Group design. Kelompok perlakuan dan kelompok kontrol melakukan tes sebelum diberikan program latihan, tes meliputi pengamatan frekuensi buang air kecil, rata-rata waktu tahan dan frekuensi inkontinensia urin 24 jam yang diamati dalam 2 hari. Kemudian kelompok perlakuan diberikan program kombinasi latihan Kegel dan latihan kandung kemih selama 6 minggu menggunakan 6 hari efektif. Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan program kombinasi senam kegel dan latihan kandung kemih, responden aktif mengikuti kegiatan senam senior setiap pagi kecuali hari sabtu dan minggu libur, mengurangi minum pada malam hari, dan kedua kelompok diobservasi selama 6 minggu. Kemudian, kelompok perlakuan dan kelompok kontrol melakukan tes kembali setelah menjalani program selama 6 minggu, yang meliputi frekuensi buang air kecil, rata-rata waktu tahan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami gejala inkontinensia urin yang berada di RS Persahabatan Jakarta. Jumlah lansia yang mengalami gejala inkontinensia urin pada periode 2008 di kedua panti asuhan adalah 72 orang. Penentuan jumlah sampel (sampling) dalam penelitian ini menggunakan metode restriksi yaitu penerapan kriteria restriksi dalam memilih subjek penelitian. Pembatasan digunakan dalam studi observasional dan eksperimental Kriteria sampel Sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria penelitian inklusi, yaitu: - Mengalami gejala inkontinensia urin termasuk frekuensi buang air kecil≥ 11 dan urgensi. - Kondisi kognitif responden kuat (dalam rentang fungsi intelektual utuh sampai gangguan intelektual ringan). - Kemampuan fisik memungkinkan untuk berolahraga. - Memiliki kemauan untuk menjalani program latihan untuk mengatasi inkontinensia urin. - Tidak sedang menjalani program pengobatan yang mempengaruhi kondisi inkontinensia urin. - Tidak ada cedera tulang belakang. - Bersedia menjadi responden penelitian.
Sedangkan kriteria eksklusi yaitu:
- Memiliki penyakit terminal pada stadium lanjut. - Mengalami prolaps dasar panggul stadium IV. - Dalam keadaan sakit, atau jatuh sakit selama program latihan. - Mengalami gejala infeksi saluran kemih, konstipasi. - (e) Hiperglikemia yang tidak terkontrol 3. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan rentang usia responden pada kelompok perlakuan berada pada rentang usia 61-82 tahun dengan rata-rata 73,00 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol 63-89 tahun dengan rata-rata 74,88 tahun. Menurut WHO, batasan usia tersebut berada pada rentang usia lanjut (lansia) dan usia lanjut (old). Hal ini memperkuat teori bahwa kejadian inkontinensia urin meningkat dengan bertambahnya usia dan mendukung penelitian yaitu pada usia 65 dan lebih tua, 15% -30% di masyarakat dan setidaknya 50% dalam perawatan jangka panjang mengalami inkontinensia urin. Usia dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk mempertahankan kontinensia, tetapi inkontinensia bukanlah konsekuensi normal dari proses penuaan. Setelah menopause, perubahan hormonal mengakibatkan penurunan estrogen yang dapat menyebabkan kekeringan pada vagina dan uretra. Kondisi ini dapat mengganggu fungsi pelumasan sfingter uretra pada uretra sehingga menyebabkan inkompetensi dan kebocoran urin. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lebih banyak responden berjenis kelamin perempuan dibandingkan laki-laki baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol, yaitu 13 orang (76,5%) pada kelompok perlakuan dan 14 orang (82,4%) pada kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan survei yang menunjukkan bahwa inkontinensia urin merupakan masalah yang dialami oleh lebih dari 13 juta orang Amerika, 85% di antaranya adalah wanita.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi senam kegel dan
bladder training yang dilakukan pada kelompok perlakuan berhasil menurunkan episode inkontinensia urin, frekuensi berkemih menurun dari 14,94 kali/24 jam menjadi 8,91 kali/24 jam, waktu penahanan meningkat dari 1,66 jam sampai 2,8 jam dan terdapat perbedaan frekuensi inkontinensia urin yang bermakna antara sebelum dan sesudah senam Kegel dan latihan kandung kemih (p=0,0001). Hasil mendukung penelitian yang menunjukkan bahwa kombinasi latihan Kegel dan pelatihan kandung kemih pada wanita rata-rata 50% dapat menurunkan episode inkontinensia urin dan hampir 40% mencapai kontinensia secara keseluruhan. Latihan ini sama efektifnya bila digunakan untuk mengatasi desakan, stres atau inkontinensia campuran [30]. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa metode senam kegel dan latihan kandung kemih yang dilakukan pada lansia baik wanita maupun pria memberikan efektifitas yang sama yaitu dapat menurunkan episode inkontinensia urin. Kelemahan pada otot dasar panggul atau ketidakstabilan otot kandung kemih dapat menyebabkan inkontinensia urin, dan bahkan orang tua dapat diobati dengan terapi yang tepat. Terapi pertama yang dipilih adalah terapi nonfarmakologi termasuk terapi perilaku utama yaitu Kegel's exercise dan bladder training, hal ini memperkuat pendapat Booth et al [4] bahwa manajemen konservatif pada inkontinensia urin harus dicoba terlebih dahulu.
Hasil yang dicapai oleh responden kelompok perlakuan menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan responden dalam mengontrol buang air kecil, hal ini bisa disebabkan program senam kegel yang dilakukan secara rutin akan berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot dasar panggul yang menopang uretra, uterus dan rektum sehingga peningkatan kekuatan otot dasar panggul akan menutup uretra disertai dengan penggunaan otot secara sadar sehingga kebocoran dapat dihindari. Sedangkan latihan kandung kemih yang dilakukan dengan mengatur jadwal buang air kecil secara bertahap akan mengembalikan jadwal berkemih yang normal.
Semua teori yang digunakan sangat mendukung dalam pembahasan
hanya saja kekurangan dari penelitian ini masih banyak menggunakan sumber penelitian terdahulu atau tahun yang belum uptodate . 4. Kesimpulan dan Saran Pimpinan rumah sakit dan pelayanan kesehatan di masyarakat disarankan untuk mulai mengembangkan prosedur intervensi keperawatan dalam manajemen konservatif (terapi perilaku) untuk pasien dengan inkontinensia urin pada umumnya dan lansia pada khususnya. Perawat mengutamakan pemilihan terapi perilaku yang meliputi senam kegel dan latihan kandung kemih sebagai bentuk intervensi keperawatan terkait latihan fisik yang berpengaruh positif pada pasien. Kegel's exercise and bladder training yang dilakukan pada kelompok lansia pada penelitian ini menunjukkan efektifitas dalam menurunkan episode inkontinensia urin, disarankan untuk membuat program senam berkesinambungan bagi lansia yang mengalami inkontinensia urin sebagai program terapi dan tindakan antisipatif bagi lansia yang melakukan tidak mengalami inkontinensia urin, karena usia mempengaruhi kejadian inkontinensia urin. Pengasuh di panti jompo perlu diajarkan dan didemonstrasikan senam kegel dan latihan kandung kemih agar nantinya mampu melatih lansia di rumah untuk melakukan senam kegel dan latihan kandung kemih dengan benar.
Institusi pendidikan disarankan untuk lebih mengenalkan beberapa
metode terapi perilaku diantaranya senam Kegel dan bladder training sebagai pilihan terapi konservatif lini pertama bagi pasien inkontinensia urin terutama pada usia lanjut dan dikembangkan sebagai salah satu tindakan dasar keperawatan dan digunakan sebagai kesehatan. bahan pendidikan bagi masyarakat. Penelitian ini masih perlu dieksplorasi lebih lanjut terutama mengenai variasi variabel terkait, disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait efektivitas metode terapi perilaku lainnya untuk penurunan episode inkontinensia urin. Lampiran