1 Latar Belakang
Kandung kemih adalah organ berongga yang berbentuk segitiga dan berada di
perut bagian bawah organ ini ditahan oleh ligament yang melekat pada organ lain dan
tulang panggul, pada sitem eksresi manusia. Tugasnya yaitu menampung cairan yang
telah di saring oleh ginjal dan akan dikeluarkan sebagai urine. Seiring bertambahnya usia,
kondisinya akan berubah dan fungsinya semakin menurun. Oleh karena itu, kesehatan
kandung kemih harus dijaga sejak dini. Banyak wanita mengalami gangguan berkemih
pada suatu waktu dalam hidup mereka. Tiga masalah yang paling umum adalah
frekuwnsi, urgensi, dan inkontinesia urin tipe urgensi.
Frekuensi buang air kecil 7 kali sehari, urgensi desakan kuat untuk buang air kecil
yang muncul mendadak dan tidak bias di tahan dan anda merasa perlu ketoleit sekarang
juga, maka ini jikalau disertai kebocoran urin maka disebut inkontenesia urin tipe
urgensi. Nokturia jika anda terbangun dari tidur untuk buang air kecil lebih dari sekali
dimalam hari.
1.3. Tujuan
Kontrol Kandung Kemih (bladder training) adalah salah satu upaya untuk
mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau
ke fungsioptimal neurogenik (potter&perry, 2005). Bladder training merupakan salah
satuterapi yang efektif di antara terapi non farmakologi.
Kontrol Kandung Kemi atau bladder training dapat dilakukan dengan latihan menahan
kencing (menunda untuk berkemih). Pada pasien yang terpasang kateter, bladder training
dapatdilakukan dengan cara mengklem aliran urin ke urin bag (Hariyati, 2001). Bladder
training dilakukan sebelum kateterisasi dierhentikan. Tindakan inidapat dilakukan dengan
menjepit kateter urin dengan klem kemudian jepitannya dilepas setiap beberapa jam sekali.
Kateter di klem selama 20 menit dan kemudian dilepas. Tindakan menjepit kateter ini
memungkinkan kandung kemihterisi urin dan otot destrusor berkontraksi, sedangkan
pelepasan memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan isinya (meltzer, 2008).
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat latihan control kandung kemih adalah
persiapan pasien dan persiapan alat.
A. Frekuensi Urin : mengeluarkan urin lebih dari 6-7 kali per hari
C. Inkontinensia Urin
1. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena
pemasangan kateter
2. -Mempersiapkan klien sebelum pelepasan kateter yang terpasang lama
Tujuan dari latihan control kandung kemih adalah untuk melatih kandung kemih danmen
gembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air
kemih (Potter&Perry, 2005). Terapi ini bertujuan untuk memperpanjang internal berkemih
yang normal dengan berbagai teknikdistraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih
dapat berkurang, hanya 8-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita
diharapkan dapat menahan sensasi berkemih.
1. Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal. karena akan terdapat batu ginjal,yang di
observasi hanya kencingnya. Jadi tidak boleh di bladder training.
2. Sistitis berat
3. Pielonefritis
4. Gangguan/kelainan uretra
5. Hidronefrosis
6. Vesicourethral reflux
7. Batu traktus urinarius
8. Penderita tidak kooperatif
2.6. Proses Kerja
Prosedur Bladder Training
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan antara lain :
a) Pola berkemih
Informasi ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering
memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
b) Ada tidaknya infeksi saluran kemih atau penyakit penyebab
Bila terdapat infeksi saluran kemih atau penyakit yang lainnya maka harus diobati
dalam waktu yang sama.
c) Kebutuhan klien akan bladder training
Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder training.
2. Prosedur
1) Persiapan pasien
2) Sampaikan salam
3) Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
4) Persiapan alat
a. Jam
b. klem
c. Air minum dalam tempatnya
d. Obat deuritik jika diperlukan
3. Pelaksanaan
a. scheduled bathroom trips
b. Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam
sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari. -
Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk
berkemih.
c. Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika
rangsangan berkemihnya tidak dapat di tahan.
d. Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang
telah ditentukan 2-3 jam sekali - 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih
yang telah ditentukan, mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik
latihan dasar panggul. Kegel exercise
e. Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
f. Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
g. Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan
otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
h. Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
i. Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
j. Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk)
kepada klien Delay urination
k. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
l. Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya kembali.
m. Praktikan setiap kali berkemih
Prosedur kerja dalam melakukan bladder training menurut Suharyanto (2008) yaitu :
a. Lakukan cuci tangan.
b. Mengucapkan salam.
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan.
e. Atur posisi pasien yaitu dengan posisi dorsal recumbent
f. Pakai sarung tangan disposibel
g. Lakukan pengukuran volume urin pada kantong urin.
h. Kosongkan kantong urin.
i. Klem selang kateter sesuai dengan program selama 1 jam yang memungkinkan
kandung kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi, supaya meningkatkan
volume urin residual.
j. Anjurkan klien minum (200-250 cc).
k. Tanyakan pada klien apakah terasa ingin berkemih setelah 1 jam.
l. Buka klem dan biarkan urin mengalir keluar.
m. Lihat kemampuan berkemih klien
n. Lepaskan sarung tangan dan merapikan semua peralatan.
BAB III
METODE PENELITIAAN
b. Artikel kedua
Ditulis oleh Avisha Mufidatul Khasanah, (2020) dengan judul artikel ENERAPAN BLADDER
TRAINING PADA PASIEN YANG TERPASANG KATETER TETAP DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN ELIMINASI. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
a. Kesimpulan
Bladder training digunakan untuk mencegah atau mengurangi buang air kecil yang sering
atau mendesak dan inkontinensia urin (tidak bisa menahan pengeluaran urin)s,
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan menahan air kencing. Inkontinensia urin
merupakan salah satu manifestasi penyakit yang seringditemukan pada pasien geriatri.
Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 15 – 30% usia lanjut di
masyarakat dan 20-30% pasien geriatriyang dirawat di rumah sakit mengalami
inkontinensia urin, dan kemungkinan bertambah berat inkontinensia urinnya 25-30% saat
berumur 65-74 tahun.Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari
penyakitinfeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya
perubahantekanan abdomen secara tiba-tiba. inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien
dari berbagai usia, kehilangan kontrol urinari merupakan masalah bagilanjut usia.
b. Saran
Kami selaku mahasiswa berharap dengan pembuatan paper dalam bentukmakalah ini,
dapat memberikan manfaat dalam proses belaja mengajar. Dantetap mengharapkan
bimbingan lebih dalam lagi dari para Dosen pembimbing
mengenai penyakit “Inkontenensia Urin”.