Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya makalah kami yang berjudul “BLADDER
TRAINING” dapat terselesaikan tepat waktu.

Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga
dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini,
diharapkan pembaca dapat memahami bagaimana prosedur kerja bladder training.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah yaitu Ibu Dewi Purnawati, M.Kep yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan karena kami masih dalam proses
belajar.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing
dan pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi pembelajaran bagi
kita semua

Mataram, Juni 2017

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Definisi Bladder Training ............................................................................................. 3
B. Tujuan Bladder Training............................................................................................... 3
C. Indikasi Bladder Training ............................................................................................ 4
D. Kontraindikasi Bladder Training .................................................................................. 5
E. Prosedur Bladder Training ............................................................................................ 5
BAB III ..................................................................................................................................... 8
PENUTUP ................................................................................................................................ 8
Kesimpulan ........................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inkontinensia urin adalah kehilangan kontrol berkemih. Inkontinensia
dapat bersifat sementara atau menetap. Inkontinensia tidak harus selalu
dikaitkan dengan lansia. Inkontinensia dapat dialami setiap individu pada usia
berapa pun, walaupun kondisi ini lebih umum dialami oleh lansia.
Diperkirakan bahwa 37% wanita berusia 60 tahun atau lebih mengalami
tingkatan inkontinensia (Potter & Perry dalam Mardhotillah,2016).
Tetapi sekarang ini, ada berbagai macam cara untuk mengembalikan
lagi fungsi berkemih. Salah satunya bisa dilakukan dengan melatih kembali
kandung kemih (bladder training). Bladder training adalah salah satu upaya
untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke
keadaan normal atau ke fungsi optimal (Potter & Perry dalam Mardhotillah,
2016). Tujuan dari bladder training ialah untuk mengembalikan pola normal
perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu Delay urination
(menunda berkemih), scheduled bathroom trips (jadwal berkemih), dan kegel
exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul).
Kegel exercise adalah latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dasar
panggul yang terdiri dari kontraksi kelompok otot yang berulang (Potter &
Perry dalam Mardhotillah, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bladder training ?
2. Apa tujuan bladder training ?
3. Apa saja indikasi dari bladder training ?
4. Apa saja kontraindikasi dari bladder training ?

1
5. Bagaimana prosedur bladder training ?

C. Tujuan
1. Apa definisi bladder training ?
2. Apa tujuan bladder training ?
3. Apa saja indikasi dari bladder training ?
4. Apa saja kontraindikasi dari bladder training ?
5. Bagaimana prosedur bladder training ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bladder Training
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi
kandung kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke
fungsi optimal neurogenik (Potter dan Perry dalam Mardhotillah,2016).
Bladder training digunakan untuk mencegah atau mengurangi buang air kecil
yang sering atau mendesak dan inkontinensia urin (tidak bisa menahan
pengeluaran urin).
Bladder training adalah suatu terapi yang sering digunakan, terutama
pada pasien yang baru saja terlepas dari kateter urin, namun bisa juga
dilakukan oleh semua orang untuk lebih melatih kekuatan otot sfingter
eksterna dalam menahan pengeluran urin. Bladder training merupakan terapi
yang sangat sederhana dan tidak memiliki efek samping. Latihan ini juga
dapat dikombinasikan dengan terapi pengobatan lain. Penelitian menunjukkan
adanya peningakatan 50% pasien dengan inkontinensia urin yang
menggunakan bladder training.

B. Tujuan Bladder Training


Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran air kemih (Potter&Perry dalam Mardhotillah,2016).
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan
berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih
dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan,
penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih. Latihan ini dilakukan
pada pasien anak pasca bedah yang di pasang kateter (Suharyanto, 2008).

3
1. Mengembalikan fungsi kandung kencing yang mengalami gangguan
ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (Potter dan
Perry dalam Mardhotillah,2016).
2. Memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai
teknik distraksi atau teknik relaksasi.
3. Dapat menahan sensasi berkemih.
4. Untuk mengurangi gejala dari:
 Frekuensi urin: mengeluarkan urin lebih dari 6-7 kali per hari.
 Nokturia: sering kencing di malam hari.
 Inkontinensia urge.
5. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara
waktu tidak ada karena pemasangan kateter.
6. Mempersiapkan klien sebelum pelepasan kateter yang terpasang lama
7. Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri
8. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sdah terpasang lama
9. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara
waktu tidak ada karena pemasangan kateter
10. Klien dapat mengontrol berkemih
11. Menghindari kelembapan dan iritasi pada kulit lansia

C. Indikasi Bladder Training


Indikasi pada bladder training diantaranya :
1. Pasien yang mengalami retensi urin.
2. Pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga
fungsi sfingter kandung kemih terganggu.
3. Pasien yang menderita inkontinensia urin (inkontinensia urin stres,
inkontinensia urin urge, atau kombinasi keduanya).
4. Klien post operasi pada daerah pelvik (Nababan, 2011).
5. Klien yang pemasangan kateter dengan cukup lama

4
6. Klien yang akan dilakukan pelepasan dower kateter
7. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
8. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.

D. Kontraindikasi Bladder Training


Kontraindikasi Bladder Training diantaranya :
1. Sistitis (infeksi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra) berat.
2. Pielonefritis (inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang
disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri).
3. Gangguan atau kelainan pada uretra.
4. Hidronefrosis (pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat
akumulasi urin di saluran kemih bagian atas).
5. Vesicourethral reflux.
6. Batu traktus urinarius (Maulida, 2011).
7. Gagal ginjal

E. Prosedur Bladder Training


1. Tahap Pra Interaksi
 Validasi status klien
 Evaluasi diri
 Cuci tangan
 Siapkan alat
2. Persiapan Alat
 Klem kateter/ klem arteri
 Penampung urin (pispot)
 Handscoon
3. Tahap Orientasi
 Berikan salam

5
 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga
 Klarifikasi kontrak dilakukan bladder training
 Beri kesempatan klien untuk bertanya dan meminta persetujuan
klien dan keluarga
 Menjaga Privasi klien dengan caramenutup korden
 Peralatan alat didekatkan ke klien dan memakai sarung tangan
4. Tahap Kerja
a. Klien masih menggunakan kateter.
Prosedur 1 jam:
 Cuci tangan
 Klien diberi mium setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul
07.00-19.00. Setiap kali klien diberi minum, kateter diklem.
 Kemudian, setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai
pukul 08.00-20.00 dengan cara klem kateter dibuka.
 Pada malam hari (setelah pukul 20.00) buka klem kateter dan
klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
 Prosedur terus diulang sampai berhasil.
Prosedur 2 jam:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari pukul
07.00- 19.00. Setiap kali diberi minum, kateter diklem.
 Kemudian, setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai pukul
08.00-21.00 dengan cara klem kateter dibuka.
 Pada malam hari (setelah pukul 21.00) buka klem kateter dan
klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
 Prosedur terus diulang sampai berhasil.

6
b. Pada klien yang tidak menggunakan kateter.
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul
07.00-19.00, lalu kandung kemih dikosongkan.
 Kateter dilepas.
 Monitor pengeluaran urin klien setiap 8 jam selama 1-2 hari
setelah pelepasan kateter.
 Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk
konsentrasi BAK, kemudian lakukan penekanan pada area
kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih setiap
2 jam secara urinal.
 Berikan minum terakhir pukul 19.00, selanjutnya klien tidak
boleh diberi minum sampai pukul 07.00 pagi untuk menghindari
klien berkemih pada malam hari.
 Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya
dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK
sebelum 2 jam klien diharuskan untuk menahannya.
 Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba
mengosongkan kandung kemih secara urinal.
 Anjurkan klien untuk menggunakan Kegel exercise dan teknik
pengosongan kandung kemih.
5. Tahap terminasi
 Evaluasi respon dan kondisi klien
 Simpulkan hasil kegiatan
 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
 Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan
6. Dokumentasi

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi
kandung kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke
fungsi optimal neurogenik. Bladder training digunakan untuk mencegah atau
mengurangi buang air kecil yang sering atau mendesak dan inkontinensia urin
(tidak bisa menahan pengeluaran urin).
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran air kemi.
Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu Delay
urination(menunda berkemih), scheduled bathroom trips (jadwal
berkemih), dan kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-
otot dasar panggul). Kegel exercise adalah latihan untuk meningkatkan
kekuatan otot dasar panggul yang terdiri dari kontraksi kelompok otot yang
berulang.

8
DAFTAR PUSTAKA
Anne Griffin Perry, A. Potter. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta :
EGC
Mardhotillah, Hana. (2016). Bladder Training.
https://www.academia.edu/25768419/MAKALAH_BLADDER_TRAINING .
Diakses : 19 Juni 2017
Universitas, Jember. (2015). SOP Bladder Training.
https://scrib.com/documents.Diakses : 19 Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai