Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Manajemen cairan pada Pasien dengan bladder training

Topik : bladder training


Sub topik : manajemen cairan
Sasaran :-
Waktu : 15 menit
Hari / tgl :-
Pukul :-
Tempat :-
Pemateri :

A. Latar Belakang
Bladder training merupakan latihan yang dilakukan pada kandung kemih dengan melakukan
pengontrolan dalam pengeluaran urin. Bladder training merupakan bentuk dari rehabilitasi
kandung kemih dalam mengatasi masalah inkontinensia urin. Pada pasien yang
menggunakan kateter, tindakan bladder training ini juga dilakukan selama kateter urin
terpasang sebagai persiapan dalam melatih kandung kemih sebelum kateter dilepaskan.
Bladder training yang ideal adalah dilakukan sejak kateter dipasang dan selama kateter urin
ini terpasang. Bagi pasien yang terpasang kateter, selama kateter urin terpasang maka
detrusor kandung kemih tidak bekerja optimal dalam mengosongkan kandung kemih, karena
tugasnya digantikan oleh kateter. Kondisi ini disebut dengan instabilitas / disabilitas detrusor
pasca kateterisasi, dan dengan tindakan bladder training diharapkan dapat meminimalkan
kondisi instabilitas detrusor. Dengan program bladder Training, pasien dibantu dalam belajar
menahan atau menghambat sensasi urgensi, menunda untuk mengeluarkan urin dan
berkemih sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.

B. Tujuan
a. TIU(Tujuan Instruksional Umum)
Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit mampu memahami/mengetahui/mengerti
tentang manajemen cairan
b. TIK(Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit mampu memahami tentang:
1. Menjelaskan kembali tentang Pengertian bladder training
2. Menjelaskan tujuan bladder training
3. Menjelaskan Pengertian manajemen cairan
4. Menjelaskan tujuan manajemen cairan
5. Menjelaskan langkah-langkah manajemen cairan
6. Menejlaskan penatalaksanaan manajemen cairan
c. Pokok Bahasan Dan Sub Pokok Bahasan

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan


Bladder training Pengertian bladder training
Tujuan bladder training dan manajemen cairan
Langkah-langkah manajemen cairan

d. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluhan waktu Kegiatan peserta

1 Pendahuluan 5 Menjawab salam


Memberi salam Memberi salam
Memberi pertanyaan apersepsi Menyimak
Mengkomunikasikan pokok bahasan
Mengkomunikasikan tujuan
2 Kegiatan Inti 10 Menyimak
Memberikan penjelasan tentang hipertiroid Bertanya
Memberikan kesempatan peserta untuk Memperhatikan
Bertanya Menjawab pertanyaan peserta
3 Penutup 5 Memperhatikan
Menyimpulkan materi penyuluhan bersama Menjawab salam
peserta
Memberikan evaluasi secara lisan
Memberikan salam penutup
e. Materi
f. Alat/bahan
Leafleat
g. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

MATERI
A. Pengertian
bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal
neurogenik (potter & perry, 2005). Bladder training merupakan salah satu terapi yang
efektif di antara terapi nonfarmakologi.
B. Tujuan bladder training
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih (potter&perry, 2005). Terapi ini bertujuan memperpanjang
interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi
sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam
sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih.
Latihan ini dilakukan pada pasien anak pasca bedah yang di pasang kateter
(Suharyanto, 2009).
 Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri.
 Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama.
 Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada
karena pemasangan kateter.
 Klien dapat mengontrol berkemih
 Klien dapat mengontrol buang air besar
 Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
 Menghindari isolasi sosial bagi klien
C. Manajemen cairan
Adalah Mengatur keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat
jumlah cairan abnormal.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan bladder training adalah
intake/masukan cairan yang cukup. Intake cairan antara 2000-2600 ml air per hari
direkomendasikan untuk memberikan hidrasi yang cukup dan membuat kandung
kemih meregang secara normal sehingga refleks kontraksi dapat terjadi. Masukan
atau intake cairan yang cukup akan menghasilkan urin yang cukup pula untuk
menstimulasi kandung kemih agar dikosongkan setiap dua jam atau sesuai rencana.
Minuman, makanan dan setiap cairan yang masuk ke tubuh melalui oral termasuk
sebagai intake cairan. Cairan infus masuk melalui pembuluh darah pasien juga
dihitung sebagai intake cairan pasien. Pasien perlu didorong untuk minum lebih
banyak pada siang hari dan mengurangi minum pada malam hari.
D. Tujuan manajemen cairan
 Untuk meningkat keseimbangan cairan intake dan output sehingga dapat
mengembalikan pola perkemihan normal.
 Monitoring keseimbangan cairan dilakukan dengan cara mencatat pemasukan dan
pengeluaran cairan. Pemasukan cairan meliputi jenis dan jumlah makanan
maupun cairan. Sedangkan pengeluaran cairan adalah jumlah urin yang keluar.
Pasien dapat mengisi buku catatan harian unutk memonitoring keseimbangan
cairan setiap hari secara mandiri.
E. Langkah- langkah manajemen cairan
Untuk pasien yang terpasang kateter
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00.
Setiap kali habis diberi minum,catheter di klem.
 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d. jam
20.00 dengan cara klem catheter dibuka.
 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien
boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
 Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut
berjalan lancar dan berhasil.
Bebas kateter
Prosedur ini dilakukan setelah prosedur masih dengan kateter sudah dilakukan
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00,
lalu kandung kemih dikosongkan.
 Kemudian catheter dilepas.
 Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK,
kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan
kandung kemih setiap 2 jam dengan menggunakan urinal.
 Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi minum
sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari klien dari basahnya urine pada
malam hari.
 Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan
setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien
diharuskan menahannya
 Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan
kandung kemih dengan menggunakan urinal.

F. Penatalaksanaan
Asupan cairan harian yang direkomendasikan untuk sistem kemih untuk bekerja
secara efisien adalah satu sampai dua liter. Minum lebih dari jumlah ini akan
menyebabkan peningkatan frekuensi.
 Minumlah air sepertiga dari total asupan cairan.
 .konsumsi jus yang kurang asam seperti apel atau pir dan encerkan dengan air
 Jus cranberry juga kurang asam daripada banyak jus dan telah terbukti membantu
dalam pencegahan infeksi urin dan sistitis.
G. Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih
 Alkohol adalah stimulan kandung kemih dan juga diuretik, yang berarti
menyebabkan peningkatan produksi
 Kafein adalah stimulan kandung kemih. Hal ini ditemukan dalam teh, teh hijau,
kopi, cokelat panas, cokelat dan banyak minuman bersoda. Hal ini sering Kafein
menstimulasi kandung kemih untuk berkemih.
DAFTAR PUSTAKA
Suharyanto dan Abdul, Madjid. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Trans Info Media: Jakarta
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4 volume 1.EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai