Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS)

Disusun Oleh :
PROFESI NERS UNIVERSITAS JEMBER
PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES MALANG

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG


2018
LEMBAR PENGESAHAN

TELAH DISAHKAN

BLADDER TRAINING DAN CIC (CLEAN INTERMITTENT


CATHETERIZATION)
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2018

Malang, 1 November 2018

MENGETAHUI

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMIK

( ) ( )
NIP NIP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Bladder Training Dan Cic (Clean Intermittent


Catheterization)
Hari/ Tanggal : Kamis, 1 November 2018
Tempat : Ruang 12 HCU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Sasaran : Keluarga Pasien
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB

A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang Bladder Training Dan Cic
(Clean Intermittent Catheterization) diharapkan pasien dan keluarga pasien
mampu menerapkan, memahami, menyadari dan menerapkan perilaku sehat.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan, diharapkan pasienmampu:
a. Menjelaskan pengertian Bladder Training Dan Cic (Clean Intermittent
Catheterization)
b. Menjelaskan indikasi dan tujuan Bladder Training Dan Cic (Clean
Intermittent Catheterization)
c. Menjelaskan penatalaksanaan Bladder Training Dan Cic (Clean
Intermittent Catheterization)

B. Materi (terlampir)
a. Pengertian Bladder Training Dan Cic (Clean Intermittent Catheterization)
b. Indikasi dan tujuan Bladder Training Dan Cic (Clean Intermittent
Catheterization)
c. Penatalaksanaan Bladder Training Dan Cic (Clean Intermittent
Catheterization)

C. Metode
1. Seminar
2. Tanya Jawab

D. Media atau alat bantu


Power Point, LCD

E. Evaluasi Pembelajaran
1. Tes awal cara mengajukan pertanyaan lisan.
a. Apa pengertian Bladder Training Dan Cic (Clean Intermittent
Catheterization)?
b. Apa saja indikasi dan tujuan Bladder Training Dan Cic (Clean
Intermittent Catheterization)?
c. Bagaimana penatalaksanaan Bladder Training Dan Cic (Clean
Intermittent Catheterization)?
d. Tes akhir dengan cara mengajukan pertanyaan lisan dengan pertanyaan yang
sama pada tes awal.

F. Kegiatan penyuluhan
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Wakt
audien/peserta u
peyuluhan
1 Pembukaan 1. Mengucap salam 1. Mendengarkan 5
2. Perkenalan 2. Menjawab Menit
3. Pendekatan dengan pertanyaan
peserta
4. Menggali pengetahuan
audien tentang Bladder
Training Dan Cic
(Clean Intermittent
Catheterization
5. Membagikan leaflet
2 Pengembangan 1. Menjelaskan tentang 1. Memperhatikan 10
pengertian, indikasi dan 2. Aktif dalam Menit
tujuan, penatalaksanaan bartanya
Bladder Training Dan
Cic (Clean Intermittent
Catheterization
Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya

3 Penutup 1. Mengadakan Tanya 1. Mengajukan 15


jawab untuk mengetahui pertanyaan Menit
seberapa jauh peserta
paham tentang materi
yang disampaikan
2. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
3. Ucapan terimakasih dan
salam penutup

G. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a) Keluarga pasien hadir
b) Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di RSUD Dr. Saiful Anwar Ruang
12 HCU
2) Evaluasi Proses
a) Pasien antusias terhadap materi penyuluhan.
b) Pasien tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
c) Pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
3) Evaluasi Hasil
a) Pasien mengerti pengertian Bladder Training Dan Cic (Clean
Intermittent Catheterization)
b) Pasien mengerti Indikasi dan tujuan Bladder Training Dan Cic (Clean
Intermittent Catheterization)
c) Pasien mengerti Penatalaksanaan Bladder Training Dan Cic (Clean
Intermittent Catheterization)
Lampiran

Materi 1. Bladder Training

BLADDER TRAINING

A. Pengertian Bladder Training


Bladder training adalah suatu upaya untuk membantu melatih kembali
kandung kemih,mengembalikan pola perkemihan dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran air kemih (Potter & Perry, 2005).

B. Tujuan Bladder Training


Adapun tujuan dari bladder training yaitu mengembalikan pola normal
perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih,
dengan cara:

1. Mencegah beser (ngompol) atau buang air kecil yang tidak terkontrol
dengan mengencangkan otot kandung kemih.
2. Mengencangkan otot-otot dasar panggul (otot vagina, kandung kemih dan
dubur)
3. Meningkatkan pengontrolan otot panggul dan membantu relaksasi sfingter
selama berkemih.
4. Menguatkan otot – otot abdomen untuk pengontrolan kandung kemih.
BLADDER TRAINING

PSIK

UNIVERSITAS

JEMBER

NO NO REVISI : HALAMAN
:
DOKUMEN :
PROSEDUR TETAP
TANGGAL DITETAPKAN OLEH :
TERBIT :

1 PENGERTIAN Salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi


kandung kemih yang mengalami gangguan ke
keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik.

2 TUJUAN 1. Melatih kandung kemih dan mengembalikan


pola normal perkemihan dengan menghambat
atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
2. Mengembangkan tonus otot kandung kemih
3. Memperpanjang interval waktu berkemih
4. Meningkatkan kapasitas kandung kemih
5. Mengurangi atau menghilangkan inkontinensia
6. Meningkatkan kemandirian dalam manajemen
kandung kemih
3 INDIKASI 1. Pasien yang mengalami retensi urin
2. Pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang
lama sehingga fungsi spingter kandung kemih
terganggu
3. Pasien yang mengalami inkontinensia urin
4 KONTRAINDIK 1. Pasien dengan penyakit tromboemboli vena /
ASI deep vein thrombosis (DVT)
2. Infeksi kandung kemih
3. Pasien dengan gagal ginjal
4. Gangguan sensasi sarf perifer (penyakit
serebrovaskular)
5 PERSIAPAN 1. Berikan salam, perkenalkan diri, dan identitas
PASIEN klien dengan memeriksa identitas klien secara
cermat.
2. Kaji kondisi pasien
3. Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan dengan prosedur
yang benar
6 PERSIAPAN 1. Handscone
ALAT DAN 2. Klem(khusus klien yang memakai kateter)
BAHAN 3. Jam Tangan
4. Obat Diuretik jika diperlukan
5. Air minum dalam tempatnya
7 CARA BEKERJA TAHAP PRE INTERAKSI

1. Baca catatan medis klien dan daftar intake dan


output
2. Siapkan alat dan privacy ruangan
3. Cuci tangan
TAHAP ORIENTASI

1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya

2. Memberitahu pasien tentang hal yang akan


dilakukan

TAHAP KERJA

Pasien dengan tidak terpasang kateter :

1. Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih


2. Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan
pola dari klien, bantu seperlunya
3. Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum
pada waktu yang dijadwalkan secara teratur
(2500 ml/hari)
4. Anjurkan pasien untuk menunggu selama 30
menit kemudian coba pasien untuk berkemih
a. Posisikan pasien dengan paha fleksi,
kaki dan punggung disupport
b. Perintahkan untuk menekan atay
memasge diatas area bladder atau
meningkatkan tekanan abdominal
dengan cara bersandar ke depan. Ini
dapat membantu dalam memulai
pengosongan bladder
c. Anjurkan klien untuk berkonsentrasi
terhadap BAK
d. Anjurkan klien untuk mencoba berkemih
setiap 2 jam. Interval dapat diperpanjang
(Atur bunyi alarm jam dengan interval
setiap 2-3 jam pada siang hari dan pada
malam hari cukup 2 kali), batasi cairan
setelah jam 17.00
5. Anjurkan pasien untuk berkemih sesuai jadwal,
catat jumlah cairan yang diminum serta urine
yang keluar dalam waktu berkemih
6. Anjurkan klien untuk menahan urinnya sampai
waktu BAK yang telah dijadwalkan
7. Kaji adanya tanda-tanda retensi urin. Jika
diperlukan tes residu iurine secara langsung
dengan katerisasi
8. Anjurkan pasien untuk melakukan program
latihan secara kontinue

Pasien dengan terpasang kateter :

1. Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih


2. Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan
pola dari klien, bantu seperlunya
3. Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum
pada waktu yang dijadwalkan secara teratur
(2500 ml/hari) sekitar 30 menit sebelum waktu
jadwal untuk berkemih
4. Beritahu klien untuk menahan berkemih (pada
pasien yang terpasang kateter, klem selang
kateter 1-2 jam, disarankan bisa mencapai
waktu 2 jam kecuali pasien merasa kesakitan)
5. Kosongkan urine bag
6. Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien
merasa kesakitan dan tidak toleran terhadap
waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi
waktunya dan tingkatkan secara bertahap
7. Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine
mengalir dari kandung kemih menuju urine bag
hingga kandung kemih kosong
8. Biarkan klem tidak terpasang 15 menit, setelah
itu klem lagi 1-2 jam
9. Lanjutkan prosedur ini hingga 24 jam pertama
9. Lakukan bladder training ini hingga pasien
mampu mengontrol keinginan untuk berkemih
10. Jika klien memakai kateter, lepas kateter jika
klien sudah merasakan keingin untuk berkemih
8 HASIL 1. Evaluasi respon pasien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam
catatan keperawatan
2. Catat respon klien
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
4. Tanda tangan dan nama perawat
Materi 2.

CIC ( Clean Intermittent Catheterization)

A. PENGERTIAN CIC
Perawatan kateterisasi intermiten (CIC) adalah cara untuk mengosongkan
kandung kemih. CIC dapat dilakukan sendiri dengan memasukkan tabung kecil
(kateter) ke uretra. Melakukan CIC terkadang disebut “self-catheterization”
atau "self-cathing." Seberapa sering saya harus melakukan CIC? Tergantung.
Jika merasakan dorongan untuk buang air kecil, maka lakukanlah CIC. Pada
laki-laki yang menggunakan kateter dapat dilakukan CIC setiap 3 atau 4 jam.
Beberapa pasien tidak akan merasakan dorongan untuk buang air kecil.
Pengosongan kandung kemih dapat dilakukan pada pagi hari dan malam hari
ketika akan tidur. Kandung kemih perlu dikosongkan secara teratur. Jika tidak,
akan berisiko infeksi.

B. INDIKASI CIC
1. Memiliki inkontinensia urin (bocor)
2. Mengalami retensi urin (tidak bisa untuk buang air kecil)
3. Masalah prostat atau medis lainnya

C. LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KETETER


Penting untuk menggunakan kateter yang bersih untuk mencegah infeksi
saluran kemih, sebaiknya menggunakan yang baru setiap kali. Jika harus
menggunakan kembali kateter, pastikan untuk membersihkannya setelah
digunakan. Kemudian, ganti kateter dengan yang baru setiap minggu atau lebih
atau jika kateter menjadi rusak atau dicolok.
Tanda-tanda infeksi :
1) Demam
2) Air seni berbau busuk
3) Air seni berawan
4) Urin yang berubah warna atau terdapat darah di dalamnya
5) Urin bocor diantara katerisasi
6) Buang air kecil yang nyeri dengan katerisasi
7) Ketidakmampuan memasukkan kateter
a. Persiapan Alat dan Bahan
a) Kateter
b) Pelumas yang larut dalam air seperti Jelly (jangan gunakan vaseline)
c) Tissue
d) Kontainer Drainase (untuk mengumpulkan urin)
b. Cuci tangan dengan sabun dan air
c. Posisikan diri senyaman mungkin
d. Lakukan pelumasan pada kateter dengan jelly (kurang lebih 2 inchi)
e. Lakukan pembersihan pada alat kelamin ( penis pada laki-laki dan vagina
pada perempuan) dengan menggunakan air sabun dan kain lap/ kapas
dengan gerakan memutar (bersihkan dari permukaan terdalam keluar)
f. Lakukan pemegangan pada alat reproduksi anda dengan tangan yang tidak
dominan
g. Lalu masukkan kateter ke dalam alat reproduksi anda dengan menggunakan
tangan yang dominan.
Laki-laki : Memposisikan penis tegak lurus atau keatas lalu masukkan
kateter dengan tangan kita 3 inchi dari ujung kateter.

Perempuan : Memasukkan kateter dengan membuka labia (bagian yang


lubang kecil) lalu masukkan kateter dengan tangan kita 3 inchi dari ujung
kateter
h. Perlahan geser ujung kateter yang dilumasi tadi ke dalam alat reproduksi
sampai urin mulai mengalir. Pastikan ujung drainase kateter berada diatas
wadah
i. Setelah urin mulai mengalir, dorong perlahan kateter urin kedalam.
Tinggalkan kateter di tempat sampai aliran urin berhenti
j. Jangan mendorong terlalu kuat jika mengalami kesulitan, lakukan nafas
dalam sambil menekan lembut dan memutar kateter
k. Ketika urin sudah berhenti mengalir, perlahan tarik keluar kateter, putar
dengan lembut saat mengeluarkan. Biasanya, urin akan mengalir banyak
saat melakukan ini. Hentikan setiap kali urin mengalir keluar sehingga
kandung kemih kosong sepenuhnya.
l. Jika akan menggunakan kateter kembali, bersihkan dan simpanlah. Cuci
kateter dengan sabun dan air, kemudian bilas agar air keluar mengalir di
sepanjang aliran. Kocok kateter untuk mengangkat air bagian dalam.
Gunakan handuk bersih untuk mengeringkan bagian luar. Simpan kateter
secara bersih dan kering di kantong plastik.

Persiapan dalam membersihkan kateter yang terpasang :

Pengertian Perawatan selang yang terbuat dari berbagai bahan yang


dimasukkan ke dalam saluran kemih sampai kandung kemih
untuk memungkinkan aliran (drainase) urine.
Tujuan 1. Mengurangi kontaminasi kantong kemih.
2. Mengurangi infeksi saluran perkemihan.
3. Mempertahankan integritas kulit.
4. Memperancar aliran urine.
5. Mencegah terjadina aliran balik/refluks.
Persiapan 1. Persiapan alat.
- Kit /paket perawatan kateter uretra (termasuk sarung
tangan nonsterile,duk /kain selimut, larutan antiseptik,
bola kapas ,vaseline)
- Pencahayaan ekstra (opsional)
Apabila paket kateter uretra tidak tersedia atau tidak
dipilih ,ganti dengan bahan berikut:
- Waskom berisi air hangat bersabun.
- Waslap atau bola kapas.
- Handuk besar
- Sarung tangan nonsterile.
- Satu buah kain untuk selimut.
- Gulungan plester.
- Salep bakteria (opsional)
- Larutan anti septik (opsional)
2. Persiapan klien:
- Ucapkan salam.
- Bina hubungan saling percaya perawat dengan klien.
- Klien diberitahu maksud, tujuan dan langkah-langkah
pemeriksaan status kaki.
- Buat kontrak waktu pemeriksaan dengan klien.
- Atur posisi kaki klien dengan cara meluruskan kaki
klien di tempat tidur.

3. Persiapan Lingkungan:
- Jaga privacy klien dengan cara memasang sampiran
atau menutup horden pembatas kamar.
- Atur pencahayaan ruangan.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Prosedur 1. Mendekatkan alat-alat ke sekitar klien.


2. Lakukan cuci tangan.
3. Jelaskan prosedur pada klien,tekankan perlunya
membersihkan sekitar kateter.
4. Tentukan klien apakah klien alergi terhadap anti septik
atau sabun (selidiki atau periksa catatan).
5. Persiapkan air hangat.
6. Berikan privasi.
7. Pasang sarung tangan nonsterile.
8. Turunkan pagar tempat tidur dan letakkan perlak di bawah
bokong klien.
9. Posisikan klien dalam posisi dorsal recumbent atau posisi
miring.( Untuk klien wanita, pisahkan kakinya.)
10. Bersihkan area supra pubis dan pubis dengan kain
bersabun dan bilas dengan air. Bilas waslap
11. Kaji adanya kemerahan ditempat pemasangan kateter, dan
tanyakan klien apakah terdapat rasa tidak nyaman atau
rasa terbakar
12. Untuk klien wanita, buka labia dan bersihkan pintu masuk
ke meatus urinarius dengan handuk sabun atau dengan
bola kapas menggunakan gerakan melingkar.
Bersihkan dari permukaan terdalam keluar. Apabila
terdapat banyak drainase purulent, gunakan larutan
antiseptic non iritasi pada bola kapas untuk
memebersihkan area.
Cuci dan bilas bagian dalam labia, gunakan sebuah bola
kapas pada setiap sisi labia atau menggunakan area bersih
di waslap pada setiap sisi labia dengan melakukan usapan
kearah bawah.
Untuk klien pria, pegang batang penis dengan kuat. Hati –
hati agar tidak menarik kateter, bersihkan meatur urinarius
dan glans dengan bola kapas atau dengan waslap bersabun
yang dimulai di lubang uretra. (retraksikan kulit kulup
jika perlu). Bersihkan dengan gerakan melingkar, dari
arah meatus ke luar menuju batang penis.
13. Bersihkan sekeliling kateter dan bersihkan slang dari area
insersi kea rah distal sejauh 10 cm. Hati-hati agar tidak
menarik kateter. Perhatikan dan bersihkan setiap sekresi
yang telah kering.
14. Bilas area secara menyeluruh. Apabila terdapat irigasi dan
apabila diprogramkan, berikan salep bakteriostatik
disekeliling tempat kateter.
15. Keringkan area genital dengan handuk.
16. Buang air mandi, waslap dan handuk
17. Fiksasi kateter secara longgar menggunakan plester ke
paha disisi tempat kantong drainase akan digantung (lebih
disukai jauh dari pintu; pastikan bahwa selang tidak
terlekuk, terpelintir, terjepit dipintu pagar yang terkunci
atau tersumbat.
18. Bereskan alat-alat yang telah dipergunakan.
19. Rapihkan kembali klien.
20. Ucapkan salam.
21. Buka sarung tangan, lalu buang ke dalam bengkok.
22. Lakukan cuci tangan.
23. Dokumentasikan seluruh hasil pengumpulan data pada
format yang telah disiapkan.

Referensi Jhonson, Smith-Temple.2010. Buku Saku Prosedur Klinis


Keperawatan. Jakarta:EGC. (hal 593-599)
Kusyati, Eni.2006. Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium
Keperawatan Dasar. Jakarta:EGC (hal 102)

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24523/4/Chapter%20II.pdf
[Diakses pada 31 Oktober 2018, pukul 08.00 WIB].

http://www.womensbladderhealth.com/pdf/bladdertraining.pdf. Bladder Training


to Help Correct Urinary Incontinence (Leakage of Urine) [Diakses pada 31
Oktober 2018, pukul 08.00 WIB].

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27637/3/Chapter%20II.pdf
[Diakses pada 31 Oktober 2018, pukul 08.00 WIB].

https://www.academia.edu/9908054/Nursing_Intervention_Pada_Sistem_Perkemi
han_Bladder_Training_dalam_Penanganan_Inkontinensia_Urine_pada_Pa
sien_Post_Kateterisasi_. 2014. Nursing Intervention Pada Sistem
Perkemihan (Bladder Training dalam Penanganan Inkontinensia Urine
pada Pasien Post Katerisasi) [Diakses pada 31 Oktober 2018, pukul 08.00
WIB].

Anda mungkin juga menyukai