Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS

KISTA HIGROMA
COLI SINISTRA
Oleh:
..........................
PENDAHULUAN

■ Higroma dalam bahasa Yunani berarti tumor yang berisi cairan.


■ Higroma merupakan kelainan kongenital dari sistem limfatik atau limfangioma yaitu sebuah
malformasi kongenital dari sistem limfatik selama perkembangan janin akibat dari displasia
jaringan limfa.
■ Sekitar 75% kasus higroma terjadi di daerah leher.
■ Sebanyak 50% kasus higroma sudah terdeteksi sejak lahir, dengan 80-90% kasus terdeteksi
sebelum usia 2 tahun.
■ Gambaran klinis : ditemukannya massa tanpa nyeri yang menyebabkan kekhawatiran orangtua.
■ Gejala lain: berhubungan dengan komplikasi atau efek dari kista seperti gangguan pernafasan,
gangguan makan, demam, peningkatan ukuran tiba-tiba dan infeksi pada lesi.
PENDAHULUAN

■ Pada perempuan, terjadinya higroma kistik sering kali berhubungan dengan sindroma
terkait kromosom seks antara lain sindroma Noonan dan Turner.
■ Higroma kistik merupakan massa jinak yang dapat asimptomatis pada pasien untuk
waktu yang lama.
■ Indikasi tatalaksana antara lain adalah adanya infeksi rekuren pada massa, distres
pernafasan, disfagia, perdarahan pada massa, peningkatan ukuran secara tiba-tiba, dan
pengeluaran cairan limfe dari sinus.
■ Higroma colli yang menimbulkan penekanan terhadap saluran pernafasan dan
pencernaan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan penatalaksanaan sesegera mungkin.
DEFINISI

■ Higroma merupakan kelainan kongenital dari sistem limfatik atau limfangioma yaitu
sebuah malformasi kongenital dari sistem limfatik selama perkembangan janin akibat
dari displasia jaringan limfa.
■ Kebanyakan limfangioma merupakan massa kistik yang jinak, multilobuler, dan
multinoduler yang dibentuk oleh sel-sel endotel.
■ Higroma kistik yang terdeteksi sebelum usia gestasi 30 minggu perlu dicurigai adanya
sindroma Turner atau Noonan, hidrops fetalis, dan anomali jantung
EPIDEMIOLOGI

■ Insiden kista higroma di dunia berjumlah 1 kasus setiap 6.000-16.000 kelahiran.


■ Angka kematian akibat kelainan ini dilaporkan sebesar 2-6%, yang biasanya merupakan
sekunder dari pneumonia, bronkiektasis, dan gangguan jalan napas akibat lesi yang besar.
■ Sebagian besar kasus kista higroma (50-65%) ditemukan saat lahir, dengan 80-90% kasus
terdeteksi sebelum usia 2 tahun.
■ Prevalensi pada fetus adalah sekitar 0,2-3%. Dilaporkan bahwa kasus kista higroma
berkisar 1,7:10.000 kehamilan.
■ Kebanyakan {sekitar 75%} higroma kistik terdapat di daerah leher , dan secara tipikal
sering berada di posterior dan lateral leher dibandingkan bagian anterior leher, dan sering
juga terjadi bilateral dengan tampilan yang tidak simetris
ANATOMI
KLASIFIKASI

■ Secara histologis berdasarkan dalam dan ukurannya limfangioma dibagi menjadi dua
yaitu:
– Limfangioma superfisial disebut limfangioma sirkumskripta,
– Limfangioma yang terletak lebih dalam disebut limfangioma kavernosa dan
higroma kistik.
■ Berdasarkan ukurannya limfangioma dibagi menjadi
– Mikrositik (<2cm)
– Makrositik (>2 cm)
ETIOLOGI

■ Faktor lingkungan :
– Infeksi virus maternal seperti Parvovirus
– Maternal substance abuse, seperti konsumsi alkohol selama kehamilan.
■ Faktor genetik yang berhubungan dengan kista higroma :
– Abnormalitas kromosom sex pada wanita dimana hanya terdapat satu kromosom X
yaitu Sindrom Turner
– Abnormalitas kromosom lain seperti trisomi 13, 18, dan 21.
– Sindrom Noonan
PATOFISIOLOGI

■ Saluran limfe (terbentk kehamilan minggu ke enam) akan terbentuk sakus untuk
drainase ke sistem vena.
■ Kegagalan drainase ke sistem vena ini akan menyebabkan dilatasi dari saluran limfe,
dan apabila berukuran besar maka akan menjadi suatu kista higroma.
■ Kegagalan pembentukan hubungan struktur ini menyebabkan terjadinya stasis aliran
limfe dan sakus limfatik jugularis akan melebar sehingga terbentuklah suatu kista di
daerah leher.
PATOFISIOLOGI

■ Obstruksi napas serius yang diakibatkan oleh kista higroma ini jarang terjadi pada bayi
baru lahir.
■ Obstruksi napas mungkin terjadi akibat beberapa faktor, diantaranya
a) Infiltrasi, dimana pada beberapa kasus, telah ditemukan perluasan sampai ke
linguae frenum dan regio sub-milohyoid,
b) Makroglossia
c) Efek dari perdarahan, yang mungkin timbul karena trauma pada saat lahir, yang
menyebabkan perluasan kista sehingga terjadi peningkatan tegangan dan tekanan
dari trakea.
GAMBARAN KLINIS

■ Keluhan adalah adanya benjolan di leher yang telah lama atau sejak lahir tanpa nyeri
atau keluhan lain. (asimptomatis)
■ Benjolan ini kistik, berbenjol-benjol, dan lunak. Permukaannya halus, lepas dari kulit,
difus, berbatas tegas, dan sedikit melekat pada jaringan dasar.
■ Pada palpasi teraba ireguler. Kebanyakan terletak di regio trigonum posterior koli.
■ Sebagai tanda khas, pada pemeriksaan transluminasi positif tampak terang sebagai
jaringan diafan (tembus cahaya).
GAMBARAN KLINIS

■ Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut, tetapi suatu saat


dapat cepat membesar karena radang dan menimbulkan gejala
gangguan pernafasan akibat pendesakan saluran nafas seperti
trakea, orofaring, maupun laring.
■ Bila lebih besar maka perluasan terjadi ke arah wajah, lidah,
kelenjar parotis, laring, atau dada (15% meluas ke mediastinum)
dan dapat disertai komplikasi-komplikasi lain.
DIAGNOSIS

■ Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis secara detail mengenai awitan dari
timbulnya massa, dan adanya keluhan yang menunjukkan komplikasi dari massa.
■ Presentasi higroma kistik : adanya massa tanpa nyeri yang mengkhawatirkan orangtua
■ Pada pemeriksaan klinis, lesi tampak lunak, dapat ditekan, tanpa nyeri, transluminasi
positif dan tanpa bruit.
■ Pemeriksaan penunjang lain yang dapat mendukung: Rontgent, USG, CT Scan dan
MRI.
Pemeriksaan Penunjang

Rontgen
■ Radiografi atau foto polos Rontgen tidak membantu dalam mendiagnosa kista higroma.
■ Foto polos diindikasikan untuk melihat apakah ada penekanan atau pengeseran struktur
saluran udara dan pencernaan. Penekanan atau pengeseran laring dan trakhea dapat
dilihat.
Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi
■ USG membantu menentukan ukuran dan luasnya massa, menunjukkan hubungannya
dengan struktur normal sekitarnya dan mengkonfirmasi sifat lesi kistik.
■ Pada USG, sebagian kista higroma bermanifestasi sebagai massa kistik multiocular
yang didominasi dengan variasi ketebalan dari septum.
■ Bagian echogenic dari suatu lesi berkorelasi dengan kelompok kecil saluran limfatik
yang abnormal.
■ Fluid level dapat diamati sebagai sebuah echogenic yang khas, lapisan berisi perdarahan
di dalam dependent portion dari lesi.
Pemeriksaan Penunjang

CT Scan
■ Computed Tomography (CT) dapat memberikan informasi tidak dapat seluruhnya
divisualisasikan dengan USG.
■ CT scan sangat baik untuk mendeteksi kalsifikasi dan vaskularisasi lesi jika
ditambahkan penggunaan bahan kontras dalam pemeriksaan.
■ Bersama MRI, gambaran CT scan lebih baik digunakan untuk melihat batas massa dan
ada atau tidaknya perluasan kearah mediastinum.
Pemeriksaan Penunjang

MRI
■ CT scan dan MRI bisa memberikan gambaran multiplanar, namun MRI lebih efektif
dalam memberikan gambaran karakteristik jaringan lunak pada sebuah lesi.
■ Resonance Imaging Magnetik (MRI) dengan kemampuan multiplanar dan resolusi
kontras yang superior, menunjukkan jangkauan yang luas terhadap gambaran suatu
massa dan memberikan informasi tambahan yang penting untuk perencanaan pra
operatif yang akurat.
■ Bermanfaat pada kasus perluasan ke mediastinum atau ruang dalam dari leher.
PENATALAKSANAAN

■ Kista higroma merupakan lesi jinak dan bisa tetap asimptomatik dalam periode waktu
yang cukup lama.
■ Indikasi pengobatan adalah apabila terjadi infeksi pada lesi, respiratory distress,
disfagia, perdarahan di dalam kista, peningkatan ukuran yang tiba-tiba, dan terbentuk
sinus.
■ Pilihan penatalaksanaan pada kasus kista higroma yaitu:
– Eksisi
– Aspirasi
– Skleroterapi
PENATALAKSANAAN

Eksisi
■ Eksisi total merupakan pilihan utama.
■ Pembedahan ini dimaksudkan untuk mengambil keseluruhan massa kista.
■ Akan tetapi, bila tumor besar dan telah menyusup ke organ penting, seperti trakea,
esofagus, atau pembuluh darah, ekstirpasi total sulit dikerjakan.
■ Oleh karena itu, penanganannya cukup dengan pengambilan sebanyak-banyaknya kista,
namun mungkin perlu dilakukan beberapa kali tindakan operasi.
PENATALAKSANAAN

Aspirasi
■ Aspirasi perkutan diikuti oleh reakumulasi cepat dari cairan dalam kista atau oleh
perkembangan infeksi.
■ Aspirasi kista higroma bisa dilakukan sebagai penanganan sementara untuk mengurangi
ukuran dari kista sehingga dapat mengurangi efek tekanan terhadap saluran pernafasan
dan pencernaan.
■ Trakeostomi dan gastrostomi dilakukan terutama pada pasien dengan gangguan
menelan dan pernafasan yang berat
PENATALAKSANAAN

Skleroterapi
■ Skleroterapi dengan injeksi bleomycin intralesi sebagai modalitas terapi primer telah
dicoba, dan beberapa studi menujukkan respon baik terhadap terapi.
■ Bleomycin merupakan zat yang digunakan untuk kemoterapi, zat ini adalah inhibitor
dari DNA, dan mekanisme kerja terhadap higroma kistik belum diketahui.
■ Diduga zat tersebut menghasilkan respon inflamasi non spesifik yang menyebabkan
fibrosis pada kista.
KOMPLIKASI

■ Infeksi pada Lesi


– Sumber infeksi dari kista higroma ini biasanya merupakan sekunder dari focus
infeksi di traktus respiratorius, meskipun bisa juga bersifat infeksi primer.
– Selama proses infeksi, ukuran kista membesar dan menjadi hangat, merah, dan
nyeri. Pasien bisa juga menjadi demam.
– Dapat berkembang menjadi abses (perlu tindakan drainase)
■ Perdarahan Kista (Ruptur spontan kista)
■ Gangguan pernafasan dan disfagia
PROGNOSIS

■ Prognosis higroma kistik tergantung pada ukuran kista dan komplikasi-komplikasi yang
terjadi.
■ Pertumbuhan kista dan pertumbuhan ke jaringan sekitar tidak dapat diprediksi.
■ Sebagian kista dapat mereda secara spontan. Akan tetapi, tetap ada kemungkinan terjadi
rekurensi.
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
■ Nama : An. MVC
■ Jenis kelamin: Perempuan
■ Umur : 2 tahun 1 bulan
■ Agama : Kristen Protestan
■ Alamat : Kamangta Jaga IV
■ No. RM : 00737436
■ MRS : 25 Maret 2021
ANAMNESIS

Keluhan utama
■ Benjolan pada leher sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
■ Pasien datang ke poli bedah RSUP Prof Dr. Kandou tujuan konsultasi pre-operatif.
■ Ibu pasien mengeluhkan adanya benjolan pada leher kiri, disadari ibu pasien sejak ± 3 bulan yang lalu.
■ Benjolan semakin lama semakin membesar. Benjolan teraba kenyal, tidak kemerahan dan tidak nyeri. Benjolan
ditempat lain disangkal, keluhan seperti adanya kesulitan menelan atau adanya sesak disangkal oleh ibu pasien.
■ Pasien sudah berobat ke poli bedah RSUP Prof. Dr. Kandou sejak 1 bulan yang lalu untuk mengkonsultasikan
keluhan benjolannya ini dan sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan echocardiography, dan
direncanakan untuk observasi dan dilakukan operasi.
■ Keluhan demam, batuk, pilek dan sesak napas disangkal ibu pasien. Adanya ruam pada tubuh disangkal.
Penurunan nafsu makan disangkal, anak aktif seperti biasanya. Berat badan pasien terus meningkat seiring
pertambahan usia
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu


■ Pasien belum pernah mengalami sakit hingga dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Riwayat demam lama disangkal, riwayat asma dan alergi disangkal
Riwayat Imunisasi
■ Pasien sudah melakukan imunisasi lengkap saat ini di puskesmas. 
Riwayat Keluarga
■ Dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah menderita penyakit seperti pasien. Ayah
dan Ibu tidak memiliki riwayat adanya penyakit asma maupun diabetes mellitus.
Adanya batuk-batuk lama pada keluarga disangkal.
ANAMNESIS
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan Morbiditas kehamilan Tidak ada. Anemia (-), HT (-), DM (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-), infeksi (-).

Perawatan antenatal 6x kontrol ke tempat praktek bidan tiap 1 bulan sekali dinyatakan sehat dan sudah melakukan
imunisasi TT sebanyak 2 kali.
Kelahiran Tempat persalinan Bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan pervaginam
Masa gestasi Cukup Bulan (39-40 minggu)
Keadaan bayi Berat lahir: 2800 gram
  Panjang lahir: Tidak tahu
  Lingkar kepala : Tidak tahu
  Segera menangis, Kemerahan (+)
  Nilai APGAR : (tidak tahu)
Kelainan bawaan : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
■ Keadaan Umum : Baik
■ Kesadaran : Aktif
Status Gizi (CDC)
■ Keadaan Gizi : Cukup ■ BB/U= 10:12 x 100% = 83%
■ Tinggi Badan : 85 cm ■ TB/U= 85:85 x 100% = 100%
■ Berat Badan : 10 kg ■ BB/TB= 10:12 x 100%= 83% (gizi sedang)
Berdasarkan kurva CDC, status gizi pasien masuk dalam kategori gizi
sedang dengan perhitungan BB/TB 83%.
PEMERIKSAAN FISIK

■ Pernafasan : 28x/menit
■ Nadi : 110x/menit
■ Suhu : 36,0 ºC
■ Kepala : Konjungtiva (-/-), sklera ikterik (-/-)
■ Leher : lihat status lokalis
■ Thorax : Jantung: HR 110 x/menit, murmur (-), gallop (-),
■ Paru: simetris, retraksi (-), SP bronkovesikuler (+) , ronki (-), wheezing (-)
■ Abdomen : Datar, lemas, BU (+) , Hepar dan Lien tidak teraba
■ Ekstremitas : Akral Hangat, Edema (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Status Lokalis
■ Regio Colli Anterior
■ Inspeksi : Tampak benjolan si sebelah kiri leher berwarna sama dengan kulit sekitar,
eritema (-),
■ Palpasi : Teraba sebuah massa kenyal pada sisi kiri leher, ukuran 10 cm x 9 cm.
Konsistensi kenyal, permukaan rata, batas tegas, nyeri tekan (-).
■ Auskultasi: tidak terdengar bruit pada benjolan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Keterangan
HEMATOLOGI (17/03/2021)
DARAH RUTIN
Hemoglobin 11,6 11,0-14 g/dL  
Leukosit 8,5 5,0-15,0 ribu/mm3  
Eritrosit 4,43 4,00-5,20 juta/mm3  
Hematokrit 34,3 34-40 %  
Trombosit 299 200-490 ribu/mm3  
MCV 77,3 75-87 mikro m3  
MCH 26,1 24-30 pg  
MCHC 33,7 31-37 g/dl  
KIMIA KLINIK (17/03/2021)
SGOT 46 <33 U/L  
SGPT 14 <43 U/L  
Ureum darah 25 10-40 mg/dL  
Kreatinin darah 0,4 0,50-1,50 mg/dL  
GDS 89 70-140 mg/dL  
Chorida darah 102,0 98,0-109,0 mEq/L  
Kaliun darah 4,73 3,50-5,30 mEq/L  
Natrium darah 140 135-153 mEq/L  
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Keterangan
IMUNOLOGI (17/03/2021)
Anti HCV Kualitatif Non Reaktif      
HbsAg Elisa Non Reaktif      
Anti HIV (Elisa) Non Reaktif      
HEMOSTASIS (17/03/2021)
PT -      
@Detik -      
Pasien 12,9 12,0-16,0 Detik  
Kontrol 13,5 12,5-17,0 Detik  
@INR -      
Pasien 0,95 0,80-1,30 Detik  
Kontrol 1,00 0,80-1,30 Detik  
APTT -      
Pasien 33,6 27,0-39,0 Detik  
Kontrol 31,1 28,0-39,0 Detik  
PEMERIKSAAN PENUNJANG

■ X-Foto Thorax (17/03/2021)


■ Kesimpulan: Foto Thorax Normal

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Keterangan

IMUNOLOGI (19/03/2021)
SARS-COV-2 (PCR) Negatif Negatif    
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Echocardiography
– Situs solitus, AV-VA concordance
– Muara vena sistemik dan pulmonal normal
– Dimensi ruang-ruang jantung normal
– Katup AV dan semilunaris normal
– Tidak tampak ASD, VSD, Maupu PDA
– Arkus Aorta kiri, tidak tampak koartasio aorta
– Fungsi sistolik LV normal, EF 68%, FS 36%, LA/AO 1.1
■ Kesan :
– Intra kardia normal, kontraktilitas baik
– Saran: Tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS
BANDING
DIAGNOSIS BANDING
■ Higroma Coli
■ Limphangioma
■ Limphedema
 
DIAGNOSIS KERJA
■ Higroma Coli Sinistra
PENATALAKSANAAN

Nonfarmakologi
■ Pro Eksisi Higroma Colli Sinistra
■ Monitor TTV
■ Diet TKTP
Farmakologi : -
PROGNOSIS

■ Quo ad vitam : dubia ad bonam


■ Quo ad functionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP

Follow Up 26-03-2021 Follow Up 27-03-2021


S: Benjolan di leher kiri S: Benjolan di leher kiri
O: KU: Cukup, Kes: Aktif O: KU: Cukup, Kes: Aktif
Status Lokalis: Regio Colli Sinistra : Status Lokalis: Regio Colli Sinistra :
benjolan (+) uk. 10 cm x 9 cm, Batas benjolan (+) uk. 10 cm x 9 cm, Batas
tegas tegas
A: Higroma Coli Sinistra A: Higroma Coli Sinistra
P: Pro Eksisi Higroma P: Pro Eksisi Higroma Coli Sinistra
Diet TKTP Diet TKTP
FOLLOW UP

Follow Up 28-03-2021 Follow Up 29-03-2021


S: Benjolan di leher kiri S: Benjolan di leher kiri

O: KU: Cukup, Kes: Aktif O: KU: Cukup, Kes: Aktif

Status Lokalis: Regio Colli Sinistra : Status Lokalis: Regio Colli Sinistra : benjolan
benjolan (+) uk. 10 cm x 9 cm, Batas tegas (+) uk. 10 cm x 9 cm, Batas tegas
A: Higroma Coli Sinistra
A: Higroma Coli Sinistra
P: Pro Eksisi Higroma Coli Sinistra
P: Pro Eksisi Higroma Coli Sinistra
Diet TKTP
Diet TKTP
Konsul Operasi IBS Rencana Eksisi Higroma
Pasang Infus Coli 31/03/2021
FOLLOW UP

Follow Up 30-03-2021
S: Benjolan di leher kiri
O: KU: Cukup, Kes: Aktif
Status Lokalis: Regio Colli Sinistra : benjolan (+) uk. 10 cm x 9 cm, Batas tegas
A: Higroma Colli Sinistra
P: Pro Eksisi Higroma Coli Sinistra besok (31/03/2021)
Konsul Anak untuk rencana perawatan ruang PICU:
Jawaban :
■ ACC untuk perawatan pasca operasi di PICU dengan ventilator
■ Saat ini tersedia tempat dan ventilator di PICU
LAPORAN PEMBEDAHAN (31/03/2021)
(Eksisi Higroma Coli, Kontrol Hemostasis dan Pemasangan Drain)

Dilakukan Eksisi Higroma Coli :


■ Penderita tidur terlentang dimeja operasi
dalam general anestesi ■ Dilakukan eksisi higroma

■ Posisi kepala hiperekstensi dan rotasi ■ Higroma melekat pada vena jugularis
maksimal ke kanan interna dan Arteri karotis sinistra, eksisi
dilanjutkan
■ A dan antisepsis lapangan operasi
■ Kontrol perdarahan, luka operasi dicuci
■ Lapangan operasi dipersempit dengan doek dengan NaCl 0,9%
steril
■ Pasang drain
■ Dilakukan insisi linear atas massa (+)
■ Luka operasi dijahit lapis demi lapis
■ Dinding kista di dapatkan dan kemudian di
eksisi ke proksimal dan distal ■ Operasi selesai
HASIL LABORATORIUM POST OP
(31/03/2021)
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Keterangan
HEMATOLOGI (31/03/2021)
DARAH RUTIN
Hemoglobin 11,1 11,0-14 g/dL  
Leukosit 13,3 5,0-15,0 ribu/mm3  
Eritrosit 4,24 4,00-5,20 juta/mm3  
Hematokrit 34,5 34-40 %  
Trombosit 493 200-490 ribu/mm3  
MCV 81,4 75-87 mikro m3  
MCH 26,2 24-30 pg  
MCHC 32,2 31-37 g/dl  
FOLLOW UP

Follow Up 01-04-2021 Follow Up 02-04-2021


S: Nyeri Luka post Op S: Nyeri Luka post Op
O: KU: Cukup, Kes: Aktif O: KU: Cukup, Kes: Aktif
Status Lokalis: Regio Coli Sinistra : Luka Status Lokalis: Regio Coli Sinistra : Luka
terawat, Tampak drain terpasang terawat, drain pad ±10cc
A: Post Eksisi Higroma Coli Sinistra A: Post Eksisi Higroma Coli Sinistra
P: Rawat Luka P: Rawat Luka
Antibiotik dan Analgetik Antibiotik
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Pada kasus didapatkan pasien seorang sekitar 75% kasus higroma terjadi di daerah
anak perempuan berusia 2 tahun 1 bulan leher.
yang datang ke rumah sakit dengan
Sebanyak 50% kasus higroma sudah terdeteksi
keluhan munculnya benjolan yang
sejak lahir, dengan 80-90% kasus terdeteksi
disadari sejak ± 3 bulan yang lalu.
sebelum usia 2 tahun.
Kista higroma dapat terjadi baik pada anak
laki-laki maupun anak perempuan dengan
frekuensi yang sama
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Pasien datang dengan keluhan benjolan Gambaran klinis kistik higroma : benjolan
yang dirasakan semakin lama semakin di leher yang telah lama atau sejak lahir
membesar. tanpa nyeri atau keluhan lain.
Benjolan teraba kenyal, tidak kemerahan Kebanyakan terletak di regio trigonum
dan tidak nyeri. posterior koli.
Higroma kecil dan sedang biasanya
asimptomatis
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Benjolan ditempat lain disangkal, Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut,
keluhan seperti adanya kesulitan menelan tetapi suatu saat dapat cepat membesar karena
atau adanya sesak disangkal oleh ibu radang dan menimbulkan gejala gangguan
pasien. pernafasan akibat pendesakan saluran nafas
seperti trakea, orofaring, maupun laring.
Keluhan demam, batuk, pilek dan sesak
napas disangkal ibu pasien Bila lebih besar maka perluasan terjadi ke arah
wajah, lidah, kelenjar parotis, laring, atau dada
(15% meluas ke mediastinum) dan dapat
disertai komplikasi-komplikasi lain.
Dapat timbul gangguan menelan dan bernafas,
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Riwayat penyakit dahulu tidak ada. Penyebab dari kista higroma bervariasi melibatkan faktor
lingkungan, genetik, dan faktor yang tidak diketahui.
Riwayat kehamilan dan persalinan ibu ■ Faktor lingkungan :
pasien baik. – Infeksi virus maternal seperti Parvovirus
– Maternal substance abuse, seperti konsumsi alkohol
Riwayat keluarga tidak ada. selama kehamilan.

Riwayat imunisasi lengkap sampai saat ■ Faktor genetik yang berhubungan dengan kista higroma :
pasien datang ke rumah sakit. – Abnormalitas kromosom sex pada wanita dimana
hanya terdapat satu kromosom X yaitu Sindrom
Turner
Pada kasus belum dapat ditemukan faktor
– Abnormalitas kromosom lain seperti trisomi 13, 18,
resiko terjadinya kista higroma. dan 21.
– Sindrom Noonan
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Pada pemeriksaan fisik Gambaran klinis kistik higroma: benjolan di
Status generalis: dalam batas normal leher yang telah lama atau sejak lahir tanpa
Status lokalis: nyeri atau keluhan lain.
■ I: Tampak benjolan si sebelah kiri leher berwarna Benjolan dapat berbentuk kistik, berbenjol-
sama dengan kulit sekitar, eritema (-),
benjol, dan lunak. Permukaannya dapat
■ P : Teraba sebuah massa kenyal pada sisi kiri halus, lepas dari kulit, difus, berbatas tegas,
leher, ukuran 10 cm x 9 cm. Konsistensi kenyal,
permukaan rata, batas tegas, nyeri tekan (-). dan sedikit melekat pada jaringan dasar.
■ A: tidak terdengar bruit pada benjolan
Pada palpasi teraba ireguler.
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Pemeriksaan laboratorium bermanfaat
hasil pemeriksaan laboratorium : menilai penyakit penyerta.
hematologi, kimia darah, imunoserologi
dan hemostasis dalam batas normal. Pemeriksaan X Foto thorax dapat
bermanfaat untuk menilai terjadinya
Pemeriksaan X Foto Thorax dalam batas penekanan terhadap trakea atau laring.
normal.
Pemeriksaan ekokardiografi bermanfaat
Pemeriksaan ekokardiografi menunjukan untuk menilai bila terdapat anomali kelainan
kesan intrakardia yang normal dan jantung bawaan.
kontraktilitas yang baik.
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien anamnesis secara detail mengenai awitan
didiagnosis dengan kista higroma regio dari timbulnya massa, dan adanya keluhan
coli sinistra yang menunjukkan komplikasi dari massa.
Selain anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang dilakukan untuk menegakkan
diagnosis.
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Pasien di rencanakan akan dilakukan Indikasi pengobatan adalah apabila terjadi
penatalaksanaan berupa pembedahan infeksi pada lesi, respiratory distress,
dengan tindakan eksisi. disfagia, perdarahan di dalam kista,
peningkatan ukuran yang tiba-tiba, dan
Walaupun gejala pasien belum
terbentuk sinus.
menimbulkan komplikasi, tetapi ukuran
yang besar yaitu 10 cm x 9 cm menjadi Tindakan eksisi total merupakan pilihan
indikasi dilakukannya tindakan utama pada pasien dengan kista higroma.
pembedahan.
Pembedahan ini dimaksudkan untuk
mengambil keseluruhan massa kista.
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Benjolan teraba kenyal, tidak kemerahan Kista higroma dapat menyebabkan
dan tidak nyeri. komplikasi berupa
Benjolan ditempat lain disangkal, ■ Infeksi pada lesi
keluhan seperti adanya kesulitan menelan
■ Perdarahan kista
atau adanya sesak disangkal oleh ibu
pasien. ■ Gangguan pernapasan dan disfagia
Keluhan demam, batuk, pilek dan sesak
napas disangkal ibu pasien.
Pada kasus ini, belum terjadi komplikasi.
PEMBAHASAN

KASUS TEORI
Pada kasus ini prognosis pasien dubia ad Prognosis higroma kistik tergantung pada
bonam melihat keadaan pasien yang ukuran kista dan komplikasi-komplikasi
tidak disertai komplikasi dan penanganan yang terjadi.
yang baik
Ada kemungkinan rekurensi kista higroma
setelah pengangkatan secara bedah.
Kemungkinan rekurensi tergantung atas
perluasan kista higroma dan apakah dinding
kista dapat diangkat sempurna
KESIMPULAN

■ Kista Higroma Coli merupakan salah satu kelainan kongenital yang disebabkan oleh
obstruksi saluran limfe yang menyebabkan dilatasi sakus limfe dan berubah menjadi
massa kistik. Angka kejadiannya jarang. Dapat ditemukan dari masa prenatal, saat lahir
dan sebelum usia 2 tahun.
■ Kista higroma coli ini memiliki tampilan berupa massa yang lunak pada daerah leher.
■ Keluhan adalah adanya benjolan di leher yang telah lama atau sejak lahir tanpa nyeri
atau keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik, berbenjol-benjol, dan lunak.
Permukaannya halus, lepas dari kulit, difus, berbatas tegas, dan sedikit melekat pada
jaringan dasar. Pada palpasi teraba irreguler.
KESIMPULAN

■ Penegakkan diagnosis dapat dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi seperti USG,
CT Scan dan juga MRI.
■ Bila diagnosis telah ditegakkan, penatalaksanaan harus segera dilakukan sebelum kista
higroma menyebar ke daerah sekitarnya.
■ Pilihan penatalakasanaan paling utama adalah eksisi kista.
■ Pada beberapa kasus dapat memungkinkan terjadi rekurensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gnanavel A, Divya P, Vikram T. Cystic hygroma-a case report and its embryological basis. Anat Physiol 2015, 5:1.
2. Wiley, John. 2013. Prenatal Diagnosis of a Huge Cystic Hygroma Colli. Journal Ultrasound Obstet Gynecol; 22: 323–324. Published online in Wiley InterScience. Diunduh dari
www.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/uog.219/pdf pada tanggal 03 April 2021.
3. Sandhyarani, Ningthoujam. Anatomy of neck. Diunduh dari www.buzzle.com/articles/anatomy-of-neck.html pada tanggal 03 April 2021
4. Trager,Jochen: Seidensticker, Peter. 2008.Head and Neck in Paediatric Imaging Text Book, Chapter 3:39-40.
5. Roseman B, Clark O. Neck Mass. Dalam: Souba WW, Fink MP, Kaiser LR, Surgeons ACo, Pearce WH, penyunting. ACS surgery: principles & practice.Edisi ke 6. Chicago:
WebMD Professional Pub.; 2007
6. Grasso DL, Pellizo G, Zocconi E, Schleef J. Lymphangiomas of the head and neck in children. Acta Otorhinolaryngologica Italia 2008; 28:17-20
7. Aantoniades K, Kiziridou A, Psimopoulou M. Traumatic cervical cystic hygroma 2000. Int J Oral Maxillofac Surg 29: 47–48
8. Domansky, Mark etc all. 2011. Pediatric Neck Masses. Diunduh dari www.utmb.edu/otoref/grnds/pedi-neck-mass.../pedi-neck-mass-071021.pdf pada tanggal 03 April 2021
9. Turkington et all. Neck Masses in Children. In British Journal Radiologi (2015) 78, 75-88. British Institute of Radiology. Diunduh dari
www.bjr.birjournals.org/cgi/content/full/78/925/75 pada tanggal 03 April 2021.
10. Estroff JA. 2001. Nuchal translucency in Turner syndrome. In: Cohen HL, Sivit CJ, eds. Fetal & Pediatric Ultrasound. Columbus, OH: McGraw-Hill; 36-8.
11. Acevedo L.Jason.2011.Cystic Hygroma. Diunduh dari http://www.emedicine.medscape.com/article/994055-overview#a0101 pada tanggal 04 April 2021
12. Mirza B, Ijaz L, Saleem M, Sharif M, Sheikh A. Cystic hygroma:an overview. J Cutan Aesthet Surg 2010; 3(3)139-144
13. Sanhal CY et al. Prenatal management, pregnancy, and pediatric outcomes in fetuses with septated cystic hygroma. Braz J Med Biol Res 2014; 47(9)
14. Wilson, JW. 2015. Neonatal Respiratory Obstruction due to Hygroma Colli Cysticum. Hospitals Group, Northern Ireland, City and County Hospital, Londonderry. Diunduh dari
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.../pdf/ulstermedj00154-0089.pdf pada tanggal 04 April 2021
15. Graesslin, et al. 2017. Characteristics and Outcome of Fetal Cystic Hygroma Diagnosed In the First Trimester. Acta obstet Gynecol Scand. 86(12):1442-6.
16. Chervenak,FA, et al. 2013. Fetal Cystic Higroma. Cause ang Natural History. N ; J Med, Oct 6; 309(14):822-5.
17. Rasidaki M, Sifakis S, Vardaki E, Et al. Prenatal diagnosis of a fetal chest wall cystic lymphangioma using ultrasonography and MRI: a case report with literature review.Fetal
Diagn Ther. Nov-Dec 2005; 20 (6):504-7.
18. Ameh, Emmanuel, et All. Lymphangiomas.661-669.
19. Cohen HL. Ascites and pleural effusion in hydrops. In: Cohen HL, Sivit CJ, eds. Fetal and Pediatric Ultrasound. New York, NY: McGraw-Hill;2011:79-82.
20. Mota R, Ramalho C, Monteiro J, et al. Envolving indication for the exit procedure: usefulness of combining ultrasound and fetal MRI. Fetal Diagn Ther.2012; 22(2):107-11.

Anda mungkin juga menyukai