Anda di halaman 1dari 14

MINI REFERAT

PARKINSON

Supervisor Penguji :
Dr. dr. Joudy Gessal, Sp.KFR-K

Oleh:
Magdalena Talumewo S.Ked
19014101034

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Mini Referat dengan judul

PARKINSON

Oleh:

Magdalena Talumewo

19014101034

Masa KKM:

29 Maret 2021 – 04 April 2021

Telah dikoreksi, disetujui, dan dibacakan pada Maret 2021

di Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Supervisor Penguji

Dr. dr. Joudy Gessal, Sp.KFR-K


BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Parkinson merupakan penyakit neuro degeneratif ke 2 paling sering


dijumpai setelah penyakit Alzheimer. Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit
neurodegeneratif yang paling banyak dialami oleh pasien lansia dan jarang dibawah
umur 30 tahun. Biasanya mulai timbul pada usia 40-70 tahun dan mencapai puncak
pada dekade keenam. Penyakit parkinson lebih banyak pada pria dengan rasio pria
dibandingkan wanita 3:2. Penyakit Parkinson meliputi lebih dari 80 % parkinsonism.
Di Amerika Utara meliputi 1 juta penderita atau 1 % dari populasi berusia lebih dari
65 tahun. Penyakit Parkinson mempunyai prevalensi 160 per 100.000 populasi dan
angka kejadiannya berkisar 20 per100.000 populasi. Keduanya meningkat seiring
dengan bertambahnya umur. Pada umur 70 tahun, prevalensi dapat mencapai 120 dan
angka kejadian 55 kasus per 100.000 populasi pertahun. Dengan semakin
meningkatnya usia harapan hidup prevalensi Penyakit Parkinson akan semakin
meningkat.

Telah terbukti penurunan neurotransmitter dopamin sebagai penyebabnya .


Kriteria diagnosis didasarkan atas klinis dari pasien menurut Hudges dan Roller.
Secara klinis memiliki karakteristik komplikasi motorik berupa tremor, rigiditas,
brandikinesia, dan hilangnya refleks postural, selain itu juga terdapat gangguan non
motorik lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson (PD) adalah salah satu gangguan neurologis yang paling
umum, mempengaruhi sekitar 1% orang yang berusia lebih dari 60 tahun dan
menyebabkan kecacatan progresif yang dapat diperlambat, tetapi tidak dapat
dihentikan, dengan pengobatan.

Parkinsonism atau sindrom Parkinson ialah suatu kumpulan gejala klinik yang
terdiri dari empat gejala kardinal, yaitu tremor, rigiditas, ketidakstabilan postur dan
bradikinesia. Etiologinya belum diketahui secara pasti namun dapat disebabkan oleh
faktor-faktor seperti infeksi, penyakit vaskular, penyakit degeneratif dan intoksikasi.

Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang berjalan


progresif lambat dan merupakan bagian dari Parkinsonism, etiologinya adalah
degeneratif dan idiopatik yang secara patologi ditandai dengan hilangnya sel saraf
(neuron) dopaminergik pada bagian substansia nigra pars kompakta (SNC).

Epidemiologi

Insiden dan prevalensi penyakit Parkinson meningkat seiring bertambahnya usia,


dan rata-rata onsetnya adalah sekitar 60 tahun. Onset pada orang yang lebih muda dari
40 tahun relatif jarang. Penyakit parkinson lebih banyak pada pria dengan rasio pria
dibandingkan wanita 3:2.

Tanda dan gejala

Gejala klinis awal penyakit Parkinson meliputi:

- Tremor (resting tremor/terjadi saat istirahat)

- Rigiditas

- Akinesia/ Bradikinesia

- Postural instability/ketidakstabilan postur

Gejala motorik lainnya:

- Dysarthia

- Distonia
- Dysphagia

- Ekspresi wajah menurun(Hipomimia)

- Hipophonia(berkurangnya volume suara)

- Mikrofagia( gangguan pada penulisan huruf)

Gejala nonmotorik:

- Gangguan saat tidur (insomnia)

- Gangguan perilaku gerakan mata cepat (REM) (Rapid Eye Movement (REM))
(RBD; hilangnya atonia normal selama tidur REM)

- Gejala otonomik dan sensorik ( konstipasi, hipotensi ortostatik, pusing, hyposmia,


paresthesia)

- Depresi atau anhedonia

- Gelisah

Diagnosis

Diagnosis klinis penyakit parkinson sampai saat ini masih secara klinis saja. Ada
tiga tanda kardinal gangguan motoric awal (rigiditas, tremor, bradikinesia) atau tiga
dari empat tanda motorik (tremor, rigiditas, bradikinesia, ketidakstabilan postural).

1. Tremor

Tangan tremor jika sedang beristirahat, dan biasanya merupakan gejala pertama
pada penyakit Parkinson yang bermula pada satu tangan kemudian meluas pada
tungkai sisi yang sama. Kemudian sisi yang lain juga akan turut terkena. Tremor
timbul pada bagian tubuh yang sepenuhnya ditopang melawan gravitasi dan tidak ada
kontraksi otot volunter. Berbeda dengan tremor esensial yang terjadi akibat kontraksi
dari otot volunter.

2. Bradikinesia/Akinesia

Melambatnya pergerakan dengan berkurangnya secara progresif amplitudo atau


kecepatan saat dilakukannya gerakan yang bergantian. Pemeriksaan meliputi
pengamatan eskpresi wajah, suara, dan kedipan mata pasien. Pasien juga dapat
diperintahkan menulis untuk menilai mikrografia. Kecepatan pergerakan pasien dapat
dinilai dengan tes dengan membuka dan menutup telapak tangan, dan finger tapping
test dengan menempelkan jari telunjuk dan ibu jari secara berulang secepat mungkin.
Hal ini dapat dilakukan pada tungkai bawah yaitu toe tapping ke arah lantai.
3. Rigiditas

Pada penyakit parkinson disebabkan oleh peningkatan tonus otot secara


involunter yang dapat melibatkan seluruh kelompok otot, yaitu otot-otot tubuh
maupun anggota gerak, fleksor maupun ekstensor.. Rigiditas pada pasien Parkinson
berupa cogwheel rigidity, yaitu kekakuan yang seperti gerakan roda gigi. Rigiditas
merupakan peningkatan terhadap regangan otot pada otot antagonis dan agonis. Salah
satu gejala dini dari rigiditas ialah hilangnya gerak asosiasi lengan bila berjalan.
Peningkatan tonus otot pada sindrom prakinson disebabkan oleh meningkatnya
aktifitas neuron motorik alfa. Kombinasi dengan resting tremor mengakibatkan bunyi
seperti gigi roda yang disebut dengan cogwheel phenomenon muncul jika pada
gerakan pasif. Rigiditas diperiksa dengan melakukan fleksi dan ekstensi pada lengan
pasien yang sedang relaksasi.

4. Ketidakstabilan postur

Gangguan postural dan gait dimana pasien Parkinson biasanya memiliki postur
tubuh yang membungkuk yang disebabkan hilangnya refleks postural. Gerakan gait
pelan, sempit dan memiliki karakteristik langkah pendek, yang memberikan kesan
pasien berusaha mengejar pusat keseimbangan dari pasien sendiri. Pasien susah mulai
jalan tapi kalau sudah berjalan susah untuk berhenti. Berkurangnya gerakan
mengayun tangan saat berjalan, lambat dalam memutar tubuh dan dilakukan dengan
beberapa langkah kecil.

Kriteria diagnostik (Kriteria Hughes):

• Possible :

Terdapat salah satu gejala utama:

– Tremor istirahat

– Rigiditas

– Bradikinesia

– Kegagalan refleks postural

• Probable

Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks postural)
atau satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik)

• Definite

Bila terdapat kombinasi tiga dari gejala utama.


Tidak ada kriteria standar yang spesifik untuk diagnosis neuropatologi penyakit
Parkinson, karena spesifisitas dan sensitivitas temuan karakteristiknya belum
ditetapkan dengan jelas.

Namun, berikut adalah 2 temuan neuropatologi utama pada penyakit Parkinson:

1. Hilangnya neuron dopaminergik berpigmen dari substansia nigra pars compacta

Dopamin berfungsi sebagai pengantar antara dua wilayah otak, yakni antara
substantia nigra dan korpus striatum dan berfungsi untuk menghasikan gerakan halus
dan motorik. Sebagian besar penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel yang
memproduksi dopamin di substantia nigra. Ketika kadar dopamin terlalu rendah,
komunikasi antar dua wilayah tadi menjadi tidak efektif, terjadi gangguan pada
gerakan. Semakin banyak dopamin yang hilang, maka akan semakin buruk gejala
gangguan gerakan.

2. Lewy bodies

Ditemukannya Lewy bodies dalam substansia nigra adalah karakteristik penyakit


Parkinson, α-synuclein adalah komponen utama dari Lewy bodies.

Untuk menentukan berat ringannya penyakit, digunakan stadium klinis


berdasarkan Hoehn and Yahr (1967) yaitu :

a. Stadium I : Terdapat gejala unilateral ringan yang mengganggu tetapi belum


menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu ekstremitas, gejala dapat
dikenali orang terdekat. Tidak ada gangguan keseimbangan

b. Stadium II : Terdapat gejala bilateral, kecacatan minimal, sikap atau cara berjalan
terganggu.

c. Stadium III : Gerakan tubuh melambat, keseimbangan mulai terganggu saat


berjalan atau berdiri, disfungsi umum sedang.

d. Stadium IV : Terdapat gejala berat, masih dapat berjalan pada jarak tertentu,
rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang
dibandingkan stadium sebelumnya.

e. Stadium V : Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total,tidak mampu


berdiri dan berjalan walau dibantu.
Patofisiologi

Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena


penurunan kadar dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta
(SNc) sebesar 40-50% yangdisertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy
bodies) dengan penyebab multifaktor.

Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region kecil di
otak (brainstem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini menjadi
pusat control/koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan
neurotransmitter yang disebut dopamine, yang berfungsi untuk mengatur seluruh
gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh sistem saraf pusat.
Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron diotak
terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta
kelancarankomunikasi (bicara).

Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di substansia nigra pars compacta


mengalami degenerasi,sehingga produksi dopamine menurun dan akibatnya semua
fungsi neuron di system saraf pusat(SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan
gerak (bradikinesia), kelambatan bicara dan berpikir (bradifrenia), tremor dan
kekauan (rigiditas)
Penatalaksanaan

1. Terapi Farmakologi

Dalam penatalaksanaan penyakit Parkinson, pengobatan dikelompokkan menjadi


tiga kelompok yaitu bekerja pada sistem dopaminergik, kolinergik, dan glutamatergik.
Semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu mengurangi gejala motorik dari
penyakit Parkinson. Levodopa dan agonis dopamine dapat memberikan terapi
simtomatik yang adekuat selama 5-10 tahun pertama terapi dan menjadi standar
pengobatan pasien penyakit Parkinson.

Levodopa memperbaiki gejala motorik sehingga pasien tertolong dalam


penampilan aktivitas hidup sehari-hari dan dapat terus bekerja, tetapi juga
menyebabkan fluktuasi motorik seperti “wearing off” dan diskinesia.

Agonis dopamin kurang poten bila dibandingkan dengan levodopa, obat ini
bekerja dengan merangsang reseptor dopamine, akan tetapi obat ini juga
menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan
menimbulkan peningkatan gejala.

Antikolinergik, obat ini menghambat sistem kolinergik diganglia basalis dan


menghambat aksi neurotrasmitter otak yang disebut asetilkolin, obat ini mampu
membantu mengoreksi keseimbangan antara dopamin dan asetilkolin sehingga dapat
mengurangi gejala tremor.

2.Rehabilitasi Medik

Tujuan rehab pada penderita Parkinson

- Tidak merubah progress dari Parkinson tapi penting untuk memelihara


kualitas hidup
- Mencegah kemunduran motorik dan mempertahankan kapasitas fungsional
- Belajar kompensasi

Terapi fisik

1.Latihan relaksasi

2.Latihan fleksibilita

3.Latihan pernapasan

4.Latihan fungsional: mobilitas ditempattidur,transfer, kontrol postural

5.Latihan keseimbangan

6.Latihan jalan
- Kontrol postur Setiap kali duduk dikursi

- Fleksibilitas/Peregangan

Membantu menjaga LGS yang normal. Tujuannya adalah membuat rasa


nyaman. Saat latihan pertahankan pada posisi yang lama dengan nyaman.

Duduk tegak di tepi kursi Berdiri dibingkai pintu


- Latihan berjalan

Freezing.

- Koreksi postur tubuh

- Angkat 1 tungkai & tempatkan di depan.

- Tempatkan potongan selotip di lantai.

- Latihan okupasi

Membantu penderita dalam melakukan aktivitas keseharian , produktivitas


dan aktifitas waktu luang serta penyediaan alat bantu. Bertujuan
meningkatkan kemampuan fungsional/kemampuan sensori motorik termasuk
meningkatkan Lingkup gerak sendi,kekuatan otot, relaksasi dan koordinasi
motorik halus dan kasar ekstremitas atas.

- Terapi Wicara

Gangguan bicara pada Parkinson biasanyaberupa kesulitan memulai


bicara, suaraperlahan , monoton, berkurangnya artikulasi yang disebabkan
gangguan pernapasan gangguan sensori motor organ bicara dan kekakuan
otot wajah dan pharynx. Berupa latihan otot-otot wajah dan lidah.

- Terapi psikologis

Depresi terjadi seiring dengan timbulnya penyakit, emosi yang labil dan
tingkah laku berupa penolakan. Psikolog akan memberikan informasi tentang
penyakit, konseling dan support.

Edukasi

Perjalanan penyakit Parkinson penting untuk dijelaskan kepada keluarga pasien


dan juga pasien sendiri agar mengkomunikasikan apabila terdapat gejala-gejala baru
agar dapat segera ditangani sebelum menimbulkan gangguan dan potensi kecelakaan.
Pasien juga perlu diberikan dukungan secara moral dan perhatian karena penyakit ini
sering kali menyebabkan disabilitas, perlu juga diberikan caregiver untuk selalu
mendapingi pasien.

Edukasi untuk memperbanyak program latihan dan memperbanyak aktivitas di


siang hari agar dapat meminimalkan terjadinya tidur siang yang berlebihan, sehingga
membuat tidur malam menjadi nyenyak. Pasien parkinsonism harus didorong untuk
melakukan peregangan, penguatan, dan latihan keseimbangan.

Selain terapi-terapi khusus di atas, perubahan pola makan pun dapat membantu
mengatasi masalah gejala Parkinson yang dialami. Contohnya, meningkatkan jumlah
serat dalam asupan harian dan memperbanyak minum air putih untuk mengurangi
gejala konstipasi
Kesimpulan

Gangguan gerak pada penyakit parkinson menyebabkan disabilitas pada


aktivitas kehidupan sehari-hari, pekerjaan dan hubungan dengan lingkungan keluarga
dan massyarakat. Penatalaksanaan rehabilitasi medik yang tentunya bersama
medikamentosa akan mengurangi gejala Parkinson dan mempertahankan kemampuan
fungsional sehingga penderita dapat mandiri.

Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan


secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk
menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan rehabilitasi dapat mengatasi
gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala
parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini.
Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian.

Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan


pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Dengan edukasi yang baik terhadap pasien dan keluarga
akan mengontrol perkembangan penyakit pasien serta dukungan secara moral dan
perhatian dari keluarga terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hauser RA, Grosset DG. [(123) I]FP-CIT (DaTscan) SPECT Brain Imaging in
Patients with Suspected Parkinsonian Syndromes. J Neuroimaging. 16 Mar 2011.

2.Pezzoli G, Cereda E. Exposure to pesticides or solvents and risk of Parkinson


disease. Neurology. 2013 May 28; 80(22):2035-41.

3. Sjahrir H, Nasution D, Gofir A. Parkinson’s Disease & Other Movement


Disorders.Pustaka Cedekia dan Departemen Neurologi FK USU Medan. 2007;4-53.

4. Harsono. Penyakit Parkinson. Buku Ajar Neurologis Klinis. Perhimpunan Dokter


Spesialis Saraf Indonesia dan UGM. 2008; 233-243.

5. Massano J, Bhatia KP. Clinical approach to Parkinson's disease: features, diagnosis,


and principles of management. Cold Spring Harbor perspectives in medicine. 2012; 6:
10-15.

6. Pfeiffer RF. Autonomic dysfunction in Parkinson’s disease. Expert Rev Neurother.


2012;12:697–706.

7. Hallett M. Parkinson’s disease tremor: pathophysiology. Parkinsonism Relat Disord.


2012;18:85–86

8. Schrag A, Horsfall L, Walters K, et al. Prediagnostic presentations of Parkinson’s


disease in primary care: a case-control study. Lancet Neurol. 2015;1:57–64

9. Parkinson’s Disease Fondation, http://www.pdf.org/ , Accessed 30 March 2021

10. Weaver FM, Follet K, Stern M, Hur K, Harris C, Marks WJ, Rothlind J, Sagher O,
Reda D, Moy CS, Pahwa R. Bilateral deep brain stimulation vs best medical therapy
for patients with advanced Parkinson disease: a randomized controlled trial. Jama
2009; 63-73.

Anda mungkin juga menyukai