Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“ASKEP PARKINSON”

DOSEN PENGAMPU:

NS. ELFIRA HUSNA,M.KEP

Disusun Oleh :

Kelompok 1

M.RADHISTA 191012114201001

ANISA NOVERIANDA 191012114201002

DETA KARTIKA 191012114201003

ELATIFA 191012114201004

FAUZIA HERDILA 191012114201005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHTAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. .....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

A. LATAR BELAKANG........................................................................
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................
C. TUJUAN PENULISAN......................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................

BAB III ASKEP...............................................................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “askep parkinson ”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan Neurologi di institut kesehatan prima nusantara bukittinggi. Dalam Penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen pengampung mata kuliah ini yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Bukittinggi , 27 Oktober 2021

PENULIS
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis
progresif,merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit
ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga. Pertama kali
ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun
1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketikaseseorang mengalami ganguan
pergerakan.
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor,
rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut
merupakan akibat daridegenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal.
Namun, derajat keparahan defisitmotorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik
pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi
autonom. Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria
dan wanitaseimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala
awalnya muncul sebelumusia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia
65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh
dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkatdari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 %
pada usia 85 – 89 tahun.Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan
berkembang secara perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit
Parkinson muncul sebagai tremor  (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor 
akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja danmenghilang selama tidur.
Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Padaawalnya tremor terjadi
pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan
dantungkai.Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.
Penderita penyakit parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan
danterjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh
orang lain,maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan
sakit otot dan kelelahan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi dari parkinson ...?
2. Apa etiologi dari parkinson ...?
3. Bagaimana patofisiologi dari parkinson...?
4. Apa saja manifestasi klinis parkinson...?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada parkinson...?
6. Bagaimana penatalaksanaan parkinson ...?
7. Bagaimana askep parkinson ...?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa defenisi dari parkinson
2. Untuk mengetahui apa etiologi dari parkinson
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari parkinson
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis parkinson
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada parkinson
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan parkinson
7. Untuk mengetahui bagaimana askep parkinson
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. DEFENISI
Parkinson merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor ritmik,
bredikinesia, kekuatan otot, an hilangnya reflek-reflek postural (Muttaqin, 2008).
Penyakit gangguan syaraf kronis dan progresif yang mengenai pusat otak yang
bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan (Suzanne & Smaltzer,
2001).
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sistem ekstrapiramidal
yang merupakan bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh adanya
degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta (SNC) yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies).
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor pada waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan dopamin
dengan berbagai macam sebab (PERDOSSI, 2003).

2. ETIOLOGI
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.
- Faktor Genetik
Genetik sangat berpengaruh terutama pada parkinson yang didiagnosis sebelum
usia 50 tahun, beberapa mutasi genetik ditemukan pada penderita Parkinson yang
berhubungan dengan protein α-synuclein yang merupakan protein komponen
mayor dari Lewy bodies. Penyakit Parkinson yang diturunkan secara autosomal
dominan diakibatkan oleh point mutation yang terjadi pada N terminal pada α-
synuclein, sedangkan gejala menyerupai penyakit Parkinson disebabkan
misfolding atau agregasi α-synuclein yang telah bermutasi. Penyakit Parkinson
yang diturunkan secara autosomal dominan cenderung merupakan penyakit
Parkinson yang menyerang pada awitan dini, yakni usia 40 hingga 50 tahun.
Gejala yang akan ditimbulkan pada penyakit Parkinson dengan awitan dini pada
umumnya merupakan gejala motorik yang berespon baik terhadap pemberian
levodopa
- Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan sangat penting terhadap
penyakit Parkinson. Penelitian menyebutkan tidak hanya logam berat, namun juga
pestisida, herbisida dan insektisida. Dua jenis pestisida yang diketahui memiliki
peran penting dalam perkembangan penyakit Parkinson adalah Rotenone dan
Paraquat. Keduanya berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi mitokondria
sel sehingga mengganggu fungsi respirasi sel dan menyebabkan stres oksidatif. Di
samping faktor-faktor yang meningkatkan risiko penyakit Parkinson, penelitian
menemukan faktor-faktor yang dapat menurunkan risiko penyakit Parkinson,
yakni kafein dan nikotin. Senyawa di dalam rokok dan kopi yang berperan aktif
dalam menurunkan risiko penyakit Parkinson adalah Nrf-2 dan cafestol. Walau
demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat kedua zat ini
dan aplikasi klinisnya untuk penyakit Parkinson
- Faktor Risiko
Faktor risiko dari penyakit Parkinson adalah :
o Pria
o Umur >60 tahun
o Etnis Kaukasian
o Genetik
o Riwayat terpapar pestisida, herbisida, atau insektisida
o Riwayat melanoma
o Trauma kepala
o Diabetes
o Kurangnya aktivitas fisik
Selain faktor risiko di atas, terdapat juga studi yang menemukan potensi
peningkatan risiko terjadinya Parkinson pada orang dengan inflammatory
bowel disease. Hal ini berhubungan dengan konsep gut-brain axis. Walau
demikian, hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
3. PATOFISIOLOGIS
WOC
4. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum penyakit parkinson memiliki gejala-gejala primer, seperti:
- Tremor pada saat istirahat (resting tremor).
- Kekakuan atau rigiditas.
- Lamban dalam melakukan gerakan (bradikinesia).
- Keseimbangan terganggu.
- Koordinasi tubuh yang terganggu.
Beberapa gejala sekunder termasuk:
- Kegelisahan.
- Depresi.
- Demensia.
Terdapat beberapa sistem staging untuk penyakit Parkinson. Menurut The Parkinson's
Disease Foundation, gejala yang sering terjadi terbagi menjadi 5 tahap, antara lain:

a. Stadium 1, dengan gejala ringan dan tidak mengganggu kualitas hidup pengidap.
b. Stadium 2, dengan gejala yang mulai memburuk. Ini ditandai dengan sulitnya
melakukan kegiatan sehari-hari dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk
menyelesaikannya.
c. Stadium 3 yang dianggap sebagai penyakit Parkinson stadium menengah.
pengidap mulai kehilangan keseimbangan, lebih lambat bergerak, dan mudah
sekali terjatuh. Selain itu, pengidap semakin sulit dalam melakukan aktivitas
ringan sehari-hari, misalnya saat berpakaian, makan, dan menyikat gigi.
d. Stadium 4, dengan gejala yang menjadi lebih berat. Pengidap membutuhkan
bantuan ketika berjalan dan melakukan kegiatan sehari-hari.
e. Stadium 5 adalah stadium paling lanjut dari penyakit Parkinson. Pengidap tidak
dapat berjalan dan akan membutuhkan bantuan seumur hidupnya.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua
eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi
untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi
gejala yang timbul.

6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang
biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru
dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness. Perawatan pada
penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat
perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian
obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien
diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit Parkinson (Muttaqin, 2008;
Suzanne & Smaltzer, 2001; Brugham & JoAnn, 2000):
a) Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan,
mengontrol tremor dan kekakuan.

b) Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala.
c) Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam levodopa
untuk mempelancar fluktasi klinis.
d) Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor. Preparat antivirus,
Amantandin hidroklorida, digunakan untuk mengurangi kekakuan,tremor dan
bradikinestesia.
e) Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
f) Obat-obat antidepresan

Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar


diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami
kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada
penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang
disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.
2. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien
akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan
petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit
Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor
dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari
dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas,
keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti
membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di
dalam mulut.
BAB III
ASKEP PARKINSON

1. ANAMNESIS
Anamnesis pada Parkinson meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, pengkajian psikososial.
a) Identitas klien
Meliputi naman, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-
an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat,
pekerjaaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan
diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot dan
hilangnnya refleks postular
c) Riwayat penyakit sekarang
Pada anamnesis klien sering mengeluhkan adanya tremor, seringkali pada
salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain dan akhirnya
bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat
berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan
telapak tangan, serta gerakan ibu jari terhadap jaro-jari lain seolah-olah
memiutar pil di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat jika klien sedang
berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah,
sikap tubuh dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserbrasi,
berkeringat, kulit berminyak dan sering dermatis peboroik, sulit menelan,
konstipasi, serta gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obatan
anti kolinergik dan hipertfofi prostat.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam waktu
yang lama.

e) Riwayat penyakit keluarga


Walaupun penyakit Parkinson tidak ditemukan hubungan sebab genetic yang
jelas tetapi pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes mellitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi
penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
f) Pengkajian psikososiospritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakita yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadapa dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karna klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan
tidak kooperatif.
Peubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda
depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif,
persepsi, dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik
(perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi
pada lansia.

2. PEMERIKSAAN FISIK
Klien dengan penyakit Parkinson umunya tidak mengalami penurunan kesadaran.
Adanya perubahan tanda-tanda vital, meliputi bradikardia, hipotensi dan
penurunan frekuensi pernafasan.
a) B1 Breathing
Gangguan fungsi pernafasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran
nafas.
1) Inspeksi umum. Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas dan
penggunaan otot bantu nafas.
2) Palpasi. Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi. Adanya suara resonal pada seluruh lapangan paru.
4) Auskultasi. Binyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronki
pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
b) B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system persarafan otonom.
Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri : otot-otot lelah karena rigiditas.
c) B3 (Brain)
Inspeksi umum : didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.

- Pengkajian tingkat kesadaran


Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada aliran
darah serebrial regional menurun yang mengakibatkan perubahan pada status kognitif
klien.
- Pengkajian fungsi serebral
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
- Pemeriksaan saraf kranial
Pengkajian saraf cranial meliputi pemeriksaan saraf cranial I-XII.
1) Saraf I. Pada cidera tulang belakang, biasanya klien tidak memiliki
kelainan dan gangguan fungsi penciuman.
2) Saraf II. Tes ketajaman penglihayan mengalami perubahan, dimana
sesuai tingkat usia yang tua biasanya klien dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
3) Saraf III, IV dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu
melakukan konfergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak
mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata. Gerakan
kedua bola untuk menetapkan mata pada sesuatu tidak selalu berjalan
searah, melainkan bisa juga berjalan kearah berlawanan. Gerakan bola
mata yang sinkron dengan arah yang berlawanan hanyalah gerakan
kedua bola mata kearah nasal. Dalam gerakan itu, bola mata kini
bergerak ke kanan dan bola mata kanan bergerak ke kiri. Gerakan
kedua bola mata kea rah nasal dinamakan gerakan konvergen, yang
terjadi karena kedua otot rektus medialis (interbus) berkontraksi.
4) Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya didapatkan
perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatan otot wajah maka
terlihat ekspresi wajah mengalami penurunan dimana saat bicara wajah
seperti topeng (sering mengedipkan mata).
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
6) Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional, adanya
ketidakseimbangan tubuh.
7) Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan.
8) Saraf XII. Tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi, indra pengecapan normal.

- Penyajian sistem motorik


1) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien
seringmengalami rigiditas deserebrasi.
2) Tonus otot ditemukan meningkat.
3) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan
karenaadanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya
berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh
gerakan.

- Pengkajian refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,klien akan
berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti
didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan(salah satunya
kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.

- Pengkajian sistem sensorik


Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang adamerupakan
hasil dari neuropati.
d) B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami
inkontinensia urine,ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Selama periodeini, dilakukan kateterisasi intermiten
dengan teknik steril.
e) B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi
kurangkarena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor
menyeluruh. Kliensering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
f) B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor
secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.Adanya
gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakankarena
perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan
memberikanrisiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
3. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data subjektif: Tremor ritmi bradikaresia Gangguan pemenuhan nutrisi
- Klien mengatakan berat badanya
menurun Perubahan otot wajah dan
- Klien mengatakan kesulitan sikap tubuh
mengunyah dan menelan.
Data objektif: Kesulitan menelan
- Auskultasi, bising usus tidak
terdengar. Gangguan pemenuhan nutrisi
- Penurunan berat badan dari
yang sebelumnya.
- Otot wajah tampak kaku.
- Klien tampak pucat dan lemah.

Data subjektif: Gangguan N. VIII Hambatan mobilitas fisik


- Klien mengatakan sulit untuk
menggerakkan tubuhnya Ragiditas deserebrasi
- Klien mengatakan merasa lemah
Data objektif: Perubahan gaya berjalan,
- Kekuatan otot menurun, dinilai kekakuan dalam beraktifitas.
dengan 1
- Pemeriksaan kesadaran GCS Hambatan mobilitas fisik.
motorik, dinilai 2
- Klien terlihat pucat dan lemah
- Tremor saat melakukan aktivitas
Data subjektif: Gangguan N. VIII Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan tidak dapat
Ragiditas deserebrasi
melakukan aktivitas sendiri
(mandi, berdandan, berpakaian)
Perubahan gaya berjalan,
Data objektif: kekakuan dalam beraktifitas.
- Terlihat tidak rapi
Kurang perawatan diri
Data subjektif: Aliran darah serebral regional Kerusakan komunikasi verbal
- Keluarga mengatakan adanya menurun
kesulitan dalam berbicara.
Data objektif: Manifestasi psikiatrik
- Kata-kata sulit dipahami
- Pelo Perubahan kepribadian,
- Wajah kaku psikosis, demensia, dan
konfusi akut.

Kognitif menurun, persepsi


menurun, akut menurun.

Kerusakan komunikasi verbal


Data subjektif: Aliran darah serebral regional Koping tidak efektif
- Klien mengatakan emosinya menurun
labil
- Klien mengatakan takut jika Manifestasi psikiatrik
terjadi kecacatan
- Klien merasa tidak berdaya, Perubahan kepribadian,
tidak ada harapan psikosis, demensia, dan
Data objektif: konfusi akut.
- Klien tampak gelisah
Kognitif menurun, persepsi
menurun, akut menurun.

Koping individu tidak efektif


4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang
berhubungan dengan tremor dan perlambatan dalam proses makan,
serta kesulitan mengunyah dan menelan.
 Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.
 Defisit perawatan diri berhubungan dengan tremor dan gangguan
motorik.
 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume
bicara, perlambatan bicara, dan ketidakmampuan menggerakan otot-
otot wajah.
 Koping individu inefektif yang berhubungan dengan depresi dan
disfungsi karena perkembangan penyakit.

5. RENCANA KEPERAWATAN

1. Gangguan pemenuhan Tujuan umum: 1. Kaji kemampuan makan


nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan klien
kebutuhan tubuh yang keperawatan diharapkan tidak 2. Observasi atau timbang
berhubungan dengan terjadi gangguan pemenuhan berat badan.
tremor dan perlambatan kebutuhan nutrisi. 3. Kaji sistem
dalam proses makan, gastrointestinal yang
serta kesulitan Tujuan khusus: meliputi suara bising
mengunyah dan Dalam waktu 3x24 jam usus, perubahan dalam
menelan. kebutuhan nutrisi klien lambung seperti mual dan
terpenuhi. muntah, perubahan
pergerakan usus.
Kriteria hasil: 4. Manajemen kemampuan
Mengetahui tentang pentingnya menelan.
nutrisi bagi tubuh, tidak ada 5. Monitor pemakaian alat
penurunan bobot tubuh, bantu.
mampu manghabiskan porsi 6. Kolaborasi lakukan
makan yang disediakan. pemeriksaan laboratorium
yang diindikasikan
seperti: serum transferin,
BUN/ kreasinin dan
glukosa.
2. Gangguan mobilitas Tujuan umum: 1. Kaji mobilitas yang ada
fisik yang berhubungan Setelah dilakukan tindakan dan observasi terhadap
dengan kekakuan dan keperawatan diharapkan dapat peningkatan kerusakan
kelemahan otot. meminimalkan gangguan dan kaji teratur fungsi
mobilitas fisik. motorik.
2. Lakukan program latihan
Tujuan khusus: meningkatkan kekuatan
Setelah dilakukan tindakan otot.
keperawatan selama 2x24 jam 3. Lakukan latihan postural
klien mampu melaksanakan 4. Ajarkan teknik berjalan
aktivitas fisik sesuai dengan khusus.
kemampuannya.
5. Anjurkankan mandi
Kriteria hasil: hangat dan masase otot.
Klien dapat ikut serta dalam 6. Bantu klien melakukan
program latihan, tidak terjadi latihan ROM, perawatan
kontraktur sendi, bertambahnya diri sesuai toleransi.
kekuatan otot dan klien 7. Kolaborasi dengan ahli
menunjukan tindakan fisioterapi untuk latihan
mobilitas. fisik klien.
3 Defisit perawatan diri Tujuan umum: 1. Kaji kemampuan klien
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan dalam melakukan ADL
tremor dan gangguan keperawatan klien tidak 2. Bantu klien bila klien
motorik. mengalami defisit perawatan tidak dapat memenuhi
diri. kebutuhan ADL secara
mandiri
Tujuan khusus: 3. Ajarkan dan dukung klien
Setelah dilakukan intervensi selama beraktivitas
selama 2x24 jam perawatan 4. Modifikasi lingkungan
diri klien dapat terpenuhi. 5. Kolaborasi: kkonsulkan
dokter untuk terapi
Kriteria: klien mampu aktivitas
menunjukan kemampuan
merawat diri sesuai
kemampuan, menunjukkan
terpenuhinya kebutuhan
merawat diri
4. Kerusakan komunikasi Setelah dilakuakan tindkan 1. Kaji kemapuan klien untuk
verbal berhubungan keperawatan, klien mampu berkomunikasi.
dengan penurunan berkomunikasi dengan baik. 2. Menentukan cara-cara
volume bicara, komunikasi, seperti
pelambatan bicara, Tujuan khusus: mempertahankan kontak
ketidak mampuan Setelah dilakukan tindakan mata, pertanyaan dengan
mengerakan otot-otot keperawatan selama 2x24 jam, jawaban ya atau tidak,
wajah. klien mampu membuat teknik/ menggunakan kertas dan
metode komunikasi yang dapat pensil/ bolpoin, gambar atau
dimengerti sesuai kebutuhan papan tulis, bahasa isyarat,
dan meningkatkan kemmpuan perjelas dari arti komunikasi
berkomunikasi. yang disampaikan.
3. Pertimbangkan bentuk
Kriteria: komunikasi bila terpasang
- Klien dapat intravenus kateter.
berkomunikasi dengan 4. Letakkan bel/ lampu
sumber kemampuan yang panggilan di tempat yang
ada. mudah dijangkau, dan
memberikan penjelasan cara
menggunakannya. Jawab
panggilan tersebut dengan
segera. Penuhi kebutuhan
klien. Katakan pada klien
bahwa perawat siap
membantu jika dibutuhkan.
5. Buat catatan dikantor
perawatan tentang keadaan
klien yang tidak dapat
bicara.
6. Buat rekaman pembicaraan
klien.
7. Anjurkan keluarga/ orang
lain yang dekt dengan klien
untuk berbicara dengan
klien, memberi informasi
tentang keluarga dan
keadaan yang sedang trjadi.
8. Kolaborasi dengan ahli
wicara.
5. Koping individu tidak Tujuan khusus: 1. Kaji perubahan gangguan
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan persepsi dan
dengan depresi dan keperawatan selama 1x24 jam, hubungandengajan derajat
disfungsi karena koping individu menjadi ketidakmampuan.
perkembangan efektif. 2. Dukung kemampuan koping
penyakit. klien.
Kriteria: mampu menyatakan 3. Catat ketika klien
atau mengomunikasikan menyatakan sekarat atau
dengan orang terdekat tentang mengingkari dan
situasi dan perubahan yang menyatakan inilah kematian.
sedang terjadi, mampu 4. Pernyataan pengakuan
menyatakan penerimaan diri terhadap penolakan tubuh,
terhadap situasi, mengakui, mengingatkan kembali fakta
danmenggabungkan perubahan kejadian tentang realitas
kedalam konsep diri dengan bahwa masih dapat
cara yang akurat tanpa harga menggunakan sisi yang sakit
diri yang negatif. dan belajar mengontrol sisi
yang sehat.
5. Beri dukungan psikologis
secara menyeluruh.
6. Bantu dan ajarkan perawatan
yang baik dengan
memperbaiki kebiasaan.
7. Buat rencana program
aktivitas harian
padakeseluruhan hari.

8. Anjurkan orang terdekat


untuk mengizinkan klien
melakukan sebanyak
mungkin hal untuk dirinya.
9. Dukung perilaku atau usaha
seperti peningkatan minat
atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi.
10. Monitor gangguan tidur,
peningkatan kesulitan
konsentrasi, letargi dan
penolakan.
11. Kolaborasi : rujuk pada ahli
neuropsikologi dan
konseling bila ada indikasi

BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan
secaraholistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk
menyembuhkan penyakitini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala
yang timbul . Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala
parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisadihentikan sampai saat
ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemanisepanjang
hidupnya.Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga
terjadi totaldisabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak
general, dan dapat menyebabkan kematian.Dengan perawatan, gangguan pada
setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi.
Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek
samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.

2. SARAN

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan , silahkan sampaikan kepada
kami .
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya,
karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf , alfa, dan lupa .
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Acer/Downloads/d77e61686d0023524d92f6bf94ac6355.pdf
file:///C:/Users/Acer/Downloads/43-Article%20Text-137-1-10 20200730%20(2).pd
file:///C:/Users/Acer/Downloads/DIAN%20TRI%20WAHYUNI%20BAB%20II.pdf
https://sg.docs.wps.com/l/sAM1Nio_51OFKn_zHy6qnFA

Anda mungkin juga menyukai