Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEMOTERAPEUTIKA
”ANTI MIKROBA”

DISUSUN OLEH :

FRANSISKA ANESTY 20023032


MUJRIAN TAHIR 20023027
RINA AMELIA 20023022
VINAPORA LAILIANI SETYANANDA 20023015
HIKMAYANTI 20023010
NUR WAHDA ISLAMIAH 20023004
MONIKA RANGGA TANDIAYU 18013

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


PROGRAM STUDI DIPLOMA III
MAKASAR
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri, dari kata bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari
organisme hidup. Mereka sangat kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel
tunggal). Secara mikroskopik mereka dapat dikategorikan berdasarkan bentuk, Gram,
motilitas, dan kebutuhannnya akan oksigen. Tiap bakteri menyebabkan penyakit tertentu
dan menyerang daerah tertentu pada tubuh manusia. Diantaranya disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Leptospira interoogans, Gardnerella
vaginalis yang menyerang saluran urogenital. Beberapa yang lain menyerang sistem
saraf, seperti Neisseria meningitides, Listeria monocytogenes, Mycobacterium leprae,
Clostridium tetani, Clostridium botulinum. Semua bakteri tersebut menimbulkan
berbagai penyakit, diantaranya Gardnerella vaginalis yang menggantikan Lactobacillus
sp sebagai bakteri penyebab suasana asam menjadi suasana basa, Neisseria gonorrhoeae
biasa menyerang organ kelamin pria ataupun wanita. Hampir sebagian penyakit yang
disebabkan oleh bakteri tersebut merupakan penyakit yang sering diderita oleh
masyarakat, terutama bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh manusia.

Anti mikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang


merugikan manusia. Dalam pembicaraam disini, yang dimaksudkan dengan mikroba
terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Antibiotik ialah zat yang
di hasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi
mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini di buat secara semi sintetik atau sintetik
penuh. Namun dalam praktek sehari – hari AM sintetik yanpg diturunkan dari produk
mikroba ( misalnya Sulfonamid dan kuinolon ) juga sering di golongkan sebagai anti
biotik .

Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada


manusia , ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin . artinya ,
obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba , tetapi relatif tidak toksik
untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin tidak akan
diperoleh.
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi obat antimikroba,

2. Unyuk mengetahui fungsi obat antimikroba

3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat antimikroba

4. Untuk mengetahui jenis – jenis obat antimikroba


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anti Mikroba

Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang


merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas
pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit.Berdasarkan sifat toksisitas
selektif , ada anti mikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba , dikenal
sebagai aktifitas bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh mikroba , dikenal
sebagai aktivitas bakterisid.

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa
ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM
sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon)
juga sering digolongkan sebagai antibiotik.

Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba,penyebab infeksi pada


manusia,ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setnggi mungkin.
Artinya,abat harus bersifat sangat toksik umtuk mikroba,tetapi relative tidak toksik untuk
hospes. Sifat tokosisitas selektif yang absolute belum atau mungkin tidak diperoleh.

Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru
diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).
Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik
di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang
dapat digunakan sebagai obat.

Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada tahun


1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan bahwa penisilin,
yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat kemoterapi yang efektif.
Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi sebagain besar berpusat sekitar zat
antimikroba yang berasal dari mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika.
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti
bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali,
toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat
yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit.
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan


mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).

2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen.

3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti
reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya.

4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau
flora kulit.

Kemoterapeutika dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme,


terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari bakteri, misalnya:

a. Dinding sel,

Sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan
terhadap tekanan osmotis dari plasma dengan akibat pecah. Contohnya : kelompok
penisilin dan sefalosporin.

b. Membran sel,

Molekul lipoprotein dari mambran plasma (di dalam dinding sel) dikacaukan sintesanya,
hingga menjadi lebih permeable. Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembas
keluar. Contohnya : polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol
(mikonazol, ketokonazol, dan lain-lain).

c. Protein sel,

Sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, dan


makrolida.

d. Asam-asam inti (DNA, RNA),

Rifampisin (RNA), asam nalidiksat dan kinolon, IDU, dan asiklovir (DNA).

e. Antagonisme saingan,
Obat menyaingi zat-zat yang penting metabolisme kuman hingga pertukaran zatnya
terhenti, antara lain sulfonamida, trimetoprim, PAS, dan INH.

Sifat anti mikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Umpumanya,
penisilin G bersifat aktif terutama terhadap bakteri gram positif , sedangkan bakteri gram
negatif pada umumnya tidak peka ( resisiten) terhadap penisilin G : Streptomomisin
memiliki sifat yang sebaliknya ; tetrasiklin aktif terhadap beberapa bakteri gram positif
maupun gram negative, dan juga terhadap Rickettsia dan Chlamydia. Berdasarkan sifat
ini antimikroba dibagi menjadi 2 kelompok yaitu berspektrum sempit, umpamanya
benzyl penisilin dan streptomizin, dan berspektrum luas umpamanya tetrasiklin dan
kloramfenikol. Batas antara kedua jenis spectrum ini terkadang tidak jelas.

2.2 Jenis –Jenis obat Antimikroba

1. Sulfonamid dan kotrimoksazon

a. Sulfonamide

Sulfanomid adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sisitemik digunakan


untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Contohnya seperti
sulfonamide

b. Kotrimoksazon

Trimetropin dan sulfametoksazon menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap
yang berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat memberikan efek sinergik.
Kombinasi ini dikenal denga nama kotrimoksazon.

2. Antiseptik saluran kemih

a. Metenamin

Metenamin aktif terhadap berbagai jenis mikroba seperti kuman gram negative kecuali
proteus karena kuman dapat mengubah urea menjadi ammonium hidroksida yang
menaikkan ph sehingga menghambat perubahan metenamin menjadi formal dehid.
b. Asam Nalidiksat

asam Nalidiksat bekerja dengan menghambat enzim DNA girase bakteri dan biasanya
bersifat bakterisid terhadap kebanyakan kuman pathogen penyebab infeksi saluran
kemih. Obat ini menghambat E.coli, proteus spp dan kuman Coloform lainnya.

c. Nitrofurantoin

Nitrofurantoin adalah antiseptic saluran kemih derivat furan. Obat ini efektif untuk
kebanyakan kuman penyebab infeksi saluran kemih seperti Ecoli, Proteus sp, Entero
bakter dan B. sutilis.

d. Fosfomisin Trometamin

obat ini bekerja dengan menghambat tahap awal sintesis dinding sel kuman. Fosfomisin
aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negative.

3. Tuberculostatik

Obat yang digunakan untuk tubercolosis di golongkan atas dua kelompok


yaitu kelompok obat lini pertama dan obat lini ke dua. Kelompok obat lini pertama
memperlihatkan efektivitas yang tinggi dengan toksisitas yang dapat diterima. Sebagian
besar pasien dapat disembuhkan dengan obat – obat ini. Walaupun demikian , kadang
terpaksa digunakan obat lain yang kurang efektif karena pertimbangan resistensi pada
pasien.

Golongan obat lini pertama seperti :

1) Isoniasid

2) Rifamfisin

3) Etabutol

4) Steptomisin

5) Pirazinamid

Golongan obat lini ke dua seperti :

1) Golongan fluorokuinolon

2) Sikloserin

3) Etionamid
4) Amikasin

5) Kanamisin

6) Kapreomisin

7) Paraaminosalisilat

4. Antimikrobakteria Atipik

Contoh obat dari antimikrobakteria Atipik yaitu Klaritromisin dan Ajitromisin


merupakan obat yang penting untuk pengobatan infeksi mycobacterium avium complek (
MAC ) Klaritomisin infitro lebih aktif dibandingkan ajitromisin , tetapi secara klinis
tidak berpengaruh karena kadar ajitromisin di jaringan jauh melebihi kadar dalam darah.

5. Leprostatik

a. Sulfon

mekanisme kerja sulfon dengan sulfonamid sama. Kedua golongan obat ini mempunyai
spectrum antibakteri yang sama dan dapat di hambat aktifitasnya oleh PABA secara
bersaing.

b. Rifampisin

farmakologi obat ini kalau di tinjau sebagai antitubercolosis. Walaupun obat ini mampu
menembus sel dari saraf, dalam pengobatan yang berlangsung lama masih saja di
temukan kuman hidup.

c. KLofazimin

Klofazimin merupakan turunan fenazin yang efeftif terhadap basil lepra. Obat ini tidak
saja efektif untuk lepra jenis lepromatosis, tatapi juga memiliki efek anti radang sehingga
dapat mencegah timbulnya eritema nodosum.

d.Amitiozon

obat turunan tuosemikarbazon ini lebih efektif terhadap lepra jenis tuberkuloit di
bandingkan terhadap jenis lepro matosis. Resisitensi dapat terjadi selama pengobatan
sehingga pada tahun ke dua pengobatan perbaikan melambat dan pada tahun ke tiga
penyakit mungkin kambuh.
2.3 Mekanisme Kerja Anti Mikroba

Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih


tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya kontak
antara mikroba dan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk
mendapatkan efek khususnya pada tuberculostatik.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok :

1. Yang menganggu metabolism sel mikroba.

Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamide, trimetropim,


asam p-aminosalisilat dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik.

Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan


mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar,kuman pathogen harus mensintesis
sendiri asam folat dari asam amino benzoate (PABA) untuk kebutuhan hidupnya.
Apabila sulfonamide atau sulfon menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan
dalam pembentukan asam folat,maka terbentuk analog asam folat yang nonfunsional.
Akibatnya,kehidupan mikroba akan terganggu. Berdasarka sifat kompetisi,efek
sulfonamide dapat diatasi dengan meningkatkan kadar PABA.

2. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin. sefalosporin, basitrasin,
vankomisin dan sikloserin. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu
kompleks polimer mukopeptida. Sikloserin menghambat reaksi yang paling dini dalam
proses sintesis dinding sel,diikuti berturut-turut oleh basitrasin,vankomisin dan diakhiri
oleh penisilin dan sefalosporin yang menghambat reaksi terakhir dalam rangkaian reaksi
tersebut. Oleh karena tekanan osmotic dlam sel kuman akan menyebabkan terjadinya
lisis,yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka.

3. Yang menganggu permaebilitas membrane sel mikroba.

Obat yang termasuk kelompok ini adalah polimiksin,golongan polien serta berbagai
antimikroba kemoterapeutik,umpanya antiseptic surface active agents. Polimiksin
sebagai senyawa ammonium-kuartener dapat merusak membrane sel setelah bereaksi
dengan fosfat pada fosfolipid membrane sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap
kuman garam positif karena jumlah-jumlah fosfor bakteri ini rendah. Bakteri tidak
sensitive terhadap antibiotic polien,karena tidak memiliki struktur sterol pada membrane
selnya.

4. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba .

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosit, makrolit,
linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya,sel mikroba perlu
mensintetis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom,dengan bantuan
mRNA dan tRNA. Pada bakteri,ribosom terdiri dari 2 sub unit,yang berdasarkan
konstanta sedimentasi di nyatakan sebagi ribosom 3OS dan 5OS. Untuk berfungsi pada
sintesis protein,kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi
ribosom 7OS. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara.

5. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.

Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin,dan golongan


kuinolon. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba,karena sifat sitotoksisitasnya,pada
umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker; tetapi beberapa obat dalam
kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan dikemukakan
disini hanya kerja obat yang berguna sebagai antimikroba,yaitu rifampisin dan golongan
kuinolon.

Rifampisin,salah satu derivate rifamisin,berikatan dengan enzim polymerase-RNA


(pada subuni0 sehingga menghambat sintetis RNA dan DNA oleh enzim tersebut.
Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada kuman yang fungsinya menata
kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga bisa muat dalam sel kuman
yang kecil.

2.4 Indikasi

Penggunaan terapeuti AM di klinik bertujuan membasmi mikroba penyebab


infeksi. Penggunaan AM di etntukan berdasarkan indikasi dengan mempertimbangkan
factor –faktor berikut :

1) Gambaran klinik penyakit infeksi, yakni efek yang ditimbulkan oleh adanya mikroba
dalam tubuh hospes dan bukan berdasarkan atas kehadiran mikroba tersebut semata –
mata.
2) Efek terapi AM pada penyakit infeksi di perolah hanya sebagai akibat kerja AM
terhadap biomekanisme mikroba dan tidak terhadap biomekanisme tubuh hospes.

3) Antimikroba dapat dikatakan bukan merupakan “ obat penyembuh “ penyakit infeksi


dalam arti kata sebenarnya.

Gejala klinik infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba maupun
oleh berbagai zat toksik yang di hasilkan mikroba. Bila mekanisme pertahanan tubuh
berhasil, mikroba dan zat toksik yang di hasilknanya akandapat disingkirkan. Dalam hal
ini tidak diperlukan pemberian AM untuk penyembuhan penyakit infeksi.

2.5 Penisilin

2.5.1 Sejarah dan Sumber

Pada tahun 1928 di London,Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu


penisilin yang satu decade kemudian dikembangkan oleh Florey daru biakan penicillium
notatum untuk penggunaan sistemik kemudian digunakan P. chrysogenum yang
menghasilkan lebih banyak penisilin.

Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam penisilin alam dan penisilin
semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia
penisilin alam atau dengan cara sintetis dari inti penisilin yaitu asam 6—
aminopenisilanat (6-APA). Sebagai bahan dasar untuk penisilin semisintetik,6-APA
dapat pula disintetis dengan memecah rantai samping.

2.5.2 Kimia dan Klasifikasi

Penisilin dan sefalosporin kelompok antibiotic betalaktam yang telah lama


dikenal. Pada permulaan tahun 1970 telah didapatkan kelompok ke tiga antibiotika
betalaktam yaitu kelompok asam 6-amidinopenisilanat,dengan mesilinam sebagai
antibiotic pertama dari kelompok ini.

Penisilin meruoakan asam organic,terdri dari satu inti siklik dengan satu rantai samping.
Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Rantai samping merupakan
gugus amino bebas yang dapat meningkat berbagai jenis radikal. Dengan mengikat
berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut akan diperoleh berbagai jenis
penisilin,misalnya pada penisilin G,radkalnya adalah gugus benzyl. Penisilin G untuk
suntikan biasanya tersedia sebagai garam Na dan K. bila atom H pada gugus karboksil
diganti dengan prokain,diperoleh penisilin G prokain yang sukar larut dalam air,sehinnga
dengan suntikan IM akan didapatkan absorbsi yang lambat dan masa kerja lama.

Klasifikasi Penicillin

Berdasarkan sifat kimia yang menonjol dibedakan ke dalam 5 kelompok


sebagai berikut :

1. Penicillin alami

Misalnya penicillin-G, yang dihasilkan dari biakan jamur yang diekstraksi dan
kemudian dimurnikan. Kalau diberikan secara oral kelompok penicillin ini cepat
mengalami hidrolisis oleh asam lambung

2. Penicillin yang tahan asam

Termasuk asam lambung, kelompok penicillin ini memiliki gugus phenoxyl


yang terikat oleh gugus alkyl dari rantai acylnya. Dalam kelompok ini terdapat Phenoxy-
methyl-penicillin, Phenoxy-aethyl-penicillin, Phebenicillin, Amoxicillin dan Ampiciliin.

3. Penicillin yang tahan terhadap enzim penicillinase (β laktamase)

Yang disebabkan oleh penggantian cincin aromatis untuk melindungi cincin β


laktam. Termasuk kelompok ini adalah Methicillin, Azidocillin dan Pirazocillin.

4. Penicillin yang tahan asam dan enjima penicillinase

Termasuk kelompok ini meliputi Oxacillin, Nafcillin, Cloxacillin, Quinacillin


dan Dicloxacillin.

5. Penicilin yang memiliki spektrum anti bakterial luas terhadap kuman gram positif dan
negatif.

Termasuk kelompok ini adalah Ampicillin, Carbenicillin, Epicillin, Suncillin,


Hetacillin dan Carfecilin.

2.5.3 Mekanisme kerja

Dinding sel kuman terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari
senyawa amino dan gula, yang saling terikat satu dengan yang lain (crosslinked) dan
dengan demikian memberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penicillin dan
sefalosporin menghindarkan sintesa lengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman
dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan
jalan osmosis, maka dinding sel yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah .
Penicillin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis
dinding sel. Obat ini berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi penetrasi ke
dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Obat ini
diekskresi ke urin dalam kadar terapeutik. Probenesid menghambat ekskresi penicillin
oleh tubulus ginjal sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan masa kerjanya lebih
panjang.

Penicillin berpengaruh terhadap sel yang sedang tumbuh dan hanya


berpengaruh kurang berarti terhadap kuman yang sedang tidak aktif tumbuh (dorman).
Penicillin tidak mempengaruhi sel-sel jaringan mamalia, karena sel mamalia tidak
memiliki dinding masif seperti halnya pada kuman.

2.5.4 Farmakokinetik

A. Absorbsi

Penisilin G mudah rusak dalam keadaan asam ( Ph 2 ) cairan lambung dengan


ph 4 tidak terlalu merusak penisilin. Bila dibandingkan dengan dosis oral terhadap IM ,
maka untuk mendapatkan kadar efektif dalam darah, dosis penisilin G oral haruslah 4 – 5
kali lebih besar dari pada dosis IM. Oleh karena itu penisilin G tidak di anjurkan untuk
diberikan oral.

Penisilin tahan asam pada umumnya dapat menghasilkan kadar obat yang dikehendaki
dalam plasma dengan penyesuaian dosis oral yang tidak terlalu berfariasi, walaupun
beberapa penisilin oral di absorbs dalam proporsi yang cukup kecil. Adanya makanan
akan menghambat absorbsi, tetapi beberapa diantaranya di hambat secara tidak
bermakna. Penisilin V walaupun relative tahan asam, 30 % mengalami pemecahan
disaluran cerna bagian atas, sehingga tidak sempat di absorbs.

Absorbsi ampisilin oral tidak lebih baik dari penisilin V. adanya makanan dalam saluran
cerna akan menghambat absorbsi obat. Perbedaan absorbs ampisilin bentuk trihidrat dan
bentuk anhidrat tidak memberikan perbedaan bermakna dalam penggunaan diklinik.

B. Distribusi

Penisilin G di distribusi luas dalam tubuh. Kadar obat yang memadai dapat
tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus, limfa dan semen, tetapi dalam CSS sukar
sekali dicapai kadar 0,5 IU/ml dalam CSS walaupun kadar plasmanya 50 IU/ml. adanya
radang meninggen lebih memudahkan penetrasi penisilin G ke CSS tetapi tercapai
tidaknya kadar efektif tetap sukar di ramalkan. Pemberian intratekal jarang dikerjakan
karena resiko yang lebih tinggi dan efektivitasnya tidak memuaskan.

Distribusi fenoksimetil penisilin isoksazolil dan metisilin pada umumnya sama dengan
penisilin G. dengan dosis yang sama, kadar puncak dalam serum tertinggi dicapai oleh
diklosasilin, sedangkan kadar tertinggi obat bebas dalam serum di capai oleh
flukloksasilin. Perbedaannya nyata terlihat antara lain adalah dalam hal pengikatan oleh
protein plasma. Penisilin isopsazolil memiliki angka ikatan protein tertinggi.

C. Biotrasformasi dan ekskresi

Biotrasformasi penisilin umumnya dilakukan oleh mikroba berdasarkan


pengaruh enzim penisilinase dan amidase. Proses biotransformasi oleh hospes tidak
bermakna. Akibat pengaruh penisilinase terjadi pemecahan cincin betalaktam, dengan
kehilangan seluruh aktivitas antimikroba. Amidase memecah rantai samping, dengan
akibat penurunan potensi antimikroba.

Diantara semua penisilin, hanya penisilin isoksazolil dan metisilin yang tahan terhadap
pengaruh penisilinase sedangkan amidase dapat mempengaruhi semua penisilin tanpa
terkecuali. Untungnya tidak banyak mikroba yang menghasilkan enzim amidase.

Penisilin umumnya di eksresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang


dapat di hambat oleh probenesit. Masa paruh eliminasi penisilin dalam darah
diperpanjang ole probenesit menjadi 2 – 3 kali lebih lama. Beberapa obat lain juga
meningkatkan masa paruh eliminasi penisilin dalam darah. Kegagalan fungsi ginjal
sangat memperlambat eksresi penisilin.

2.5.5 Farmakodinamik

Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk


sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitive penisilin akan
menghasilkan efek bakterisik.

Mekanisme kerja antibiotika betalakta dapat diringkas dengan urutan sebagai berikut

1) Obat bergabung dengan penicillin – binding protein ( PBPs ) pada kuman.

2) Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transteptidasi antar rantai
peptidoglikan terganggu.

3) Kemudian terjadi aktivasi enzim proteulitik pada dinding sel.


Diantara semua penisilin, penisilin G mempunyai aktivitas terbaik terhadap
kuman gram positif yang sensitive. Kelompok ampisilin, walaupun spectrum AM nya
lebar, aktivitasnya terhadap mikroba gram positif tidak sekuat penisilin G, tetapi efektif
terhadap beberapa mikroba gram negative dan tahan asam , sehingga dapat diberikan
peroral.

Mekanisme Resistensi terhadap penisilin adalah :

I. Pembentukan enzim betalaktamase misalnya pada kuman S. aureus, H. influenza,


Gonococus dan berbagai batang gram negative pada umumnya kuman gram negative
mensekresi beta laktamase ekstraseluler dalam jumlah relative besar. Kuman gram
negative hanya sedikit mensekresi keluar betalaktamase tetapi tempatnya strategis.
Kebanyakan jenis betalaktamase dihasilkan oleh kuman melalui kendali genetik oleh
plasmid.

II. Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap
obat.

III. Kuman tidak memiliki dinding sel.

IV. Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP.

Enzim penisilinase selain bersifat konstitutif dapat pula dirangsang


pembentukkannya justru dengan penggunaan penisilin yang pada dasarnya merupakan
substrat yang sukar dirusak oleh enzim tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang


merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas
pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit.

Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan


mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic)

2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen

3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti
reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya

4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau
flora kulit.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi para
mahasiswa dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

• Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiologi


Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.

• Pelczar dan Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia

• Rahma SN, Adriani A, Tabri F. Vaginosis bacterial. In : Amiruddin MD. editor.


Penyakit menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

• Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J. Vaginosis Bakterial. In: Maskur Z.
editor. Penyakit menular seksual. Edisi kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; 2003.p. 79-84.

• Cole DJ, Hill VR, Humenik FJ: Health, safety, and environmental concerns of

farm animal waste. Occup Med 1999 Apr-Jun; 14(2): 423-48

• Doudier B, Garcia S, Quennee V: Prognostic factors associated with severe

leptospirosis. Clin Microbiol Infect 2006 Apr; 12(4): 299-300.

• http://www.textbookofbacteriology.net/clostridia.html

• http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/i-wayan-arditayasa-078114135.pdf

• http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview

• http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/mahendra-agil-kusuma-o781141334.pdf

• http://gandhipekerjanegara.wordpress.com/2009/04/02/listeria-monocytogenes/

• http://en.wikipedia.org/wiki/Listeria_monocytogenes

• http://medicastore.com/penyakit/92/Lepra.html
SOAL PERTANYAAN

1. Berikut ini yang dimaksud dengan antimikroba adalah

a. Obat pembasmi hama

b. Obat anti alergi

c. Obat pembasmi mikroba

d. Obat pembasmi narkoba

e. Obat tidur

2. Zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau
dapat membasmi mikroba jenis lain yaitu sebagai berikut,

a. Anti alergi

b. Anti biotik

c. Penicillin

d. Sulfonamide

e. Toksisitas selektif

3. Obat menyaingi zat-zat yang penting metabolisme kuman hingga pertukaran zatnya
terhenti kecuali,

a. Sulfonamida
b. Trimetoprim

c. PAS

d. INH

e. Sulfon

4. Pada tahun berapa antibiotik penicillin pertama kali ditemukan,

a. Tahun 1928

b. Tahun 1938

c. Tahun 1988

d. Tahun 1828

e. Tahun 1838

5. Kelompok penicillin yang cepat mengalami hidrolisis oleh asam lambung


adalah,

a. Penicillin yang tahan asam

b. Penicillin alami

c. Penicillin yang tahan enzim

d. Penicillin yang tahan asam dan enzim

e. Penicillin yang memiliki spectrum anti bakterial

Anda mungkin juga menyukai