Anda di halaman 1dari 7

TP FARMAKOLOGI

“ANALGESIK”
1. Jelaskan pengertian nyeri dan analgesik (3 literatur)
Jawab:
Nyeri merupakan gejala dalam tubuh yang ditunjukkan dengan adanya gangguan
dalam tubuh, seperti peradangan, kejang otot dan infeksi. Contoh nyeri yang sering
dialami masyarakat adalah sakit kepala, nyeri haid, nyeri karena sakit gigi. Analgetika
adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa
memiliki kerja anestesi umum (Afifah, 2019)

Nyeri merupakan sensasi yang mengindikasikan bahwa tubuh sedang mengalami


kerusakan jaringan, inflamasi, atau kelainan yang lebih berat seperti disfungsi sistem
saraf. Oleh karena itu nyeri sering disebut sebagai alarm untuk melindungi tubuh dari
kerusakan jaringan yang lebih parah. Analgesik adalah obat yang selektif mengurangi
rasa sakit dengan bertindak dalam sistem saraf pusat atau pada mekanisme nyeri perifer,
tanpa secara signifikan mengubah kesadaran. Analgesik menghilangkan rasa sakit, tanpa
mempengaruhi penyebabnya (Wardoyo dan Rasmi, 2019).

Rasa nyeri merupakan suatu keadaan ketidaknyamanan hampir pernah dirasakan


oleh setiap individu. Rasa nyeri timbul sebagai hasil dari potensi kerusakan suatu
jaringan, dan merupakan respon sensorik maupun respon emosional yang disadari. Obat
golongan analgesik merupakan salah satu golongan obat yang sering diresepkan oleh
dokter dan digunakan untuk meredakan rasa nyeri (Samallo dan Meiyanti, 2021)
2. Jelaskan mekanisme terjadinya nyeri (2 literatur)
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan
jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang
diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui
medulla spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi
kerusakan jaringan, maka system nosiseptifakan bergeser fungsinya dari fungsi protektif
menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak. Sensitifitas akan
meningkat, sehingga stimulus non noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian
yang meradang akan menyebabkan nyeri (Asmadi, 2008)

Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi,


sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan
pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi.
a. Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus
(misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang
terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon
secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut
penghantar nyeri, atau nosiseptor.
b. Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis
medulla spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen
primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.
Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan
dengan banyak neuron spinal.
c. Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural
signals ). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin
juga terjadi di level lainnya. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending
berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah
(midbrain) dan medula oblongata,selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari
proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok)
sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
d. Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil
dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan
karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secaara potensial merusak (Bahrudin, 2017)

3. Jelaskan klasifikasi nyeri berdasarkan (1 literatur)


a. Durasi

(Asmadi, 2008)
b. Lokasi

(Asmadi, 2008)

c. Penyebab
1. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neural pada
saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen
sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk.
Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik
terhadap analgesik opioid.
2. Nyeri nosiseptif
Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh rangsangan kimia,
mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun sensitisasi pada nosiseptor
perifer (saraf yang bertanggung jawab terhadap rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif
biasanya memberikan respon terhadap analgesik opioid atau non opioid.
(Asmadi, 2008)

4. Jelaskan perbedaan cox 1, cox 2, cox 3 (2 lietratur)

COX 1

COX 2
COX 3

(sinardja dan Luh Putu, 2016)

COX 1: Di mukosa lambung, aktivasi COX-1 menghasilkan prostasiklin yang bersifat


sitoprotektif.
COX 2 : Siklooksigenase-2 semula diduga induksi berbagai stimulus nflamatoar,
termasuk sitokin, endotoksin dan faktor pertumbuhan. COX-2 mempunyai fungsi
fisiologis di ginjal, jaringan vaskuler dan pada proses perbaikan jaringan.
COX 3 : COX-3 sendiri merupakan isoenzim yang baru-baru ini ditemukan dan
merupakan varian dan turunan dari COX-1 yang telah dikenal sebelumnya.
Siklooksigenase 3 (COX-3) dapat menjelaskan mekanisme kerja dari beberapa analgetik
antipiretik AINS yang memiliki efektifitas kerja lemah dalam menginhibisi COX-1 dan
COX-2 tetapi dapat dengan mudah melakukan penetrasi ke otak. Beberapa jenis obat
yang dikenal memiliki efek inhibisi terhadap COX-3 antara lain asetaminofen.
(Syifa, 2021)

5. Jelaskan perbedaan non selektif cox inhibitor dan selektif cox inhibitor beserta contoh
obatnya (1 litertur)
Non selektif: artinya menghambat COX-1 dan COX-2. Ketika COX-1 dihambat, efek
samping yang terjadi adalah ulkus/perdarahan lambung. Jika sintesa prostaglandin
dihambat, proses inflamasi akan terhambat sehingga mengurangi nyeri. Obat itu tidak
menghambat COX-1, sehingga tidak akan menggangu pembentukan platelet dan tidak
menimbulkan gangguan lambung yang biasa terjadi pada penggunaan AINS non selektif.
Contohnya: ibuprofen dan aspirin

Penggunaan AINS selektif sebagai anti inflamasi dan analgetik untuk mengatasi nyeri
pada patah tulang akan menghambat COX-2 yang berpengaruh terhadap proses inflamasi
tanpa mempengaruhi fungsi enzym COX-1 sehingga tidak menimbulkan gangguan
gastrointestinal dan pembekuan darah. Contohnya: celecobix, etoricobix, dan parecobix.
(Handoko, dkk., 2011).

6. Jelaskan golongan obat analgesik beserta mekanisme kerjanya dan contoh obatnya (1
literatur)
7. Jelaskan metode induksi nyeri secara kimiawi dan termik (1 literatur)
8. Jelaskan penginduksi nyeri pada perobaan analegsik (1 literatur)
9. Tulis dan jelaskan mediator-mediator nyeri (1 literatur)
10. Tuliskan uraian obat pada percobaan analgesik (1 literatur)
AFIFAH, L.N., 2019, HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU
SWAMEDIKASI PENGGUNAAN OBAT ANALGESIK PADA SANTRI TINGKAT
MA DI PESANTREN SUNAN BONANG PASURUAN, Malang: UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
Anderson Philip O., James E. K., dan william G. T. 2002.Handbook Of Clinical Data.New
York:MC Graw-Hill
Asmadi, 2008, Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi keburuhan dasar klien,
Jakarta: salemba medika.
Bahrudin, M., 2017, PATOFISIOLOGI NYERI (PAIN), Jurnal ilmu kesehatan dan kedokteran
keluarga, Vol.13(1).
Depkes RI, 2021, MIMS Indonesia PETUNJUK KONSULTASI, Jakarta: TBM MEDIA ASIA
Handoko A, Tandjung FA, Rasyid HN, Tiksnadi B, Dirgantara T, 2011, The Comparison of
Ibuprofen and Celecoxib Effect on Tibial Fracture Healing in Wistar Mice: a
Biomechanical Analysis, The Journal of Indonesian Orthopaedic, Vol. 39(2).
Husna, H.I., Damaranie, D., 2017, Pengaruh Pengetahuan Masyarakat Terhadap Rasionalitas
Penggunaan Analgesik Oral Non Steroid Anti-Inflamatory Drug Golongan Non Selective
COX-1 dan COX-2 Secara Swamedikasi, Journal of Pharmacy and Science ,Vol. 2(2).
Junaidi Iskandar. 2019.Panduan Obat dan Suplemen Indonesia. Yogyakarta : Rapha Publishing
Marlyne, R., 2012, UJI EFEK ANALGESIK EKSTRAK ETANOL 70% BUNGA MAWAR
(Rosa chinensis Jacq.) PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT, Jakarta:
UI University
Samallo, J.M., dan Meiyanti, 2021, hubungan pengetahuan pasien dengan penyelahgunaan obat
resep dokter golongan analgesik, Jurnal Majalah Kedokteran Andalas, Vol. 44(4).
Sasongko, H., Sugiyarto, Yeni F, Nur Rohman E , Diah P, Ahmad D, Setyawan, dan Tetri W,
2016, Aktivitas Analgesik Ekstrak Etanol Daun Karika (Carica pubescens) Secara In Vivo,
Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, Vol.1(1).

Sinardja, C.D., dan Luh Putu, V.C.S., 2016, COX INHIBOTOR, BALI : UDAYANA
UNIVERSITY PRESS.
Syifa, A.D., 2021, PROPORSI MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA ANGKATAN 2019-2020 YANG MENGGUNAKAN NSAIDs
(NON STEROID ANTI INFLAMMATORY DRUGS) DALAM KEADAAN
DISMENORE, Medan: Universitas Sumatera Utara
Tjay Hoan, T., dan Kirana, R., 2007, OBAT-OBAT PENTING: Khasiat, penggunaan, dan efek-
efek sampingnya, Jakarta: Elexe media komputindo.
Wardoyo, A.V., dan Rasmi, Z.O., 2019, Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Obat
Analgesik Pada Swamedikasi Untuk Mengatasi Nyeri Akut, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, Vol. 10(2).

Sin

Anda mungkin juga menyukai