Nama
NIM
: G84110066
Metode FRAP menggunakan Fe(TPTZ)23+ kompleks besi ligan 2,4,6tripiridil-triazin sebagai pereaksi. Kompleks biru Fe(TPTZ)23+ akan berfungsi
sebagai zat pengoksidasi dan akan mengalami reduksi menjadi Fe(TPTZ) 22+ yang
berwarna kuning (Benzie 1996). Metode CUPRAC (Apak et al 2007)
menggunakan (neokuproin) tembaga (II) Cu(Nc)22+ yang berwarna biru akan
mengalami reduksi menjadi Cu(Nc)2+ yang berwarna kuning.
Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) merupakan tanaman semak,
dengan ketinggian berkisar 1.5 m. Temu ireng memiliki batang semu, yang
terdiri dari pelepah daun dan rimpang. Temu ireng memiliki daun tunggal,
berbentuk bulat telur, berujung runcing, bagian tepi rata, bagian pangkal tumpul,
permukaannya licin, tulang daun menyirip, dan terdapat garis-garis coklat
membujur. Temu ireng memiliki bunga majemuk, berambut, memiliki tangkai
berukuran 20-35 cm, panjang mahkota 2.5 cm, lebar 1.5 cm, berwarna kuning,
kelopak berbentuk silindris, bercangap tiga, dan pangkal bunga berwarna putih.
Temu ireng memiliki bentuk perakaran serabut, dan berwarna coklat muda.
Berdasarkan taksonominya, temu ireng termasuk ke dalam kingdom
plantae, divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae,
ordo Zingiberales, famili Zingiberaceae, genus Curcuma, spesies Curcuma
aeruginosa Roxb.Rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa) merupakan salah
satu tanaman obat tradisional yang dimanfaatkan sebagai obat cacing
(antihelmintik), penambah nafsu makan, peluruh dahak, dan obat demam
berdarah. Salah satu bahan alam yang sering digunakan adalah rimpang
temulawak (Curcuma xanthorriza) dan temu ireng (Curcuma aeruginosa). Kedua
bahan tersebut berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan
antihelmintik. Selain itu, temu ireng juga dapat dimanfaatkan secara empiris untuk
mengobati kerusakan sel hati. Rimpang temu ireng mengandung senyawa kimia
berupa turunan kurkuminoid,saponin, flavonoid, minyak atsiri, dan polifenol.
DAFTAR PUSTAKA
Apak R et al. 2007. Comparative evaluation of various total antioxidant capacity
assay applied to phenolic compounds with the CUPRAC assay. Molecules.
(12): 1496-1547.
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Blouis MS. 1958, Antioxidant determinations by the use of a stable free radical.
Nature: 1199-1200.
Hanani EA, Munim R, Sekarini. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam
Spons callyspongia SP dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian,
Vol II No 3: 127-133.
Kikuzaki H, Hisamoto M, Hirose K, Akiyama K, and Taniguchi H. 2002.
Antioxidants properties of ferulic acid and its related compound,
J.Agric.Food Chem 50: 2161-2168.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenyl picrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. J. Sci. Technol. 26 (2): 211-219.
Okawa M. 2001. Modification method DPPH (2-2-difenil-1-pikrilhidrazil) radical
scavenging activity of flavonoids obtained from some medicinal plants. Biol.
Pharm. Bull. 24 (10): 1202-1205.
Orak HH.
2006. Total antioxidant activities phenolics, anthocyanins,
polyphenoloxidase activities in red grape varieties. Journal of Polish
Agricultural University Food Science and Technology. Volume 9:118-128.
Permana DN. 2003. Antioxidative constituents of hedotis diffusa wild. Natural
Product Sciencesb9(1): 7-9.
Prakash A. 2001. Antioxidant Activity Medallion Laboratories : Analytical
Progres Vol 19 No : 2. 1 4.
Riley CM. 1996. Development and Validation of Analytical Methods, 1st ed.
United Kingdom: Elsevier Science Ltd.