Anda di halaman 1dari 37

RENCANA PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : FORMULASI DAN UJI STABILITAS SAMPO


EKSTRAK ETANOL DAUN SELEDRI (Apium
graveolens Linn.)
NAMA MAHASISWA : DARMAWATI
NOMOR MAHASISWA : 15.201.421
PEMBIMBING PERTAMA : AJENG KURNIATI R, S.Si., M.Kes., Apt
PEMBIMBING KEDUA : NUR AENI HARTIH, S.Farm., M.Si., Apt

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara megabiodiversity

(keanekaragaman hayati yang sangat banyak) terbesar di dunia. Selain itu,

Indonesia juga menduduki urutan kedua setelah brazil yang memiliki

keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Padahal, itu belum dihitung dengan

kekayaan lautnya (Khoirul, T. M dan Fa, Arifah. 2010). Hingga saat ini,

tercatat 7000 spesies tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri

farmasi secara regular. Sekitar 1000 jenis tanaman telah di identifikasi dari

aspek botani sistematik tumbuhan dengan baik. WHO pada tahun 2008

mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih menggantungkan sistem

pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tumbuhan untuk

1
2

menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunakan

obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka (Saifudin, A., dkk. 2011).

Pengobatan herbal (herbalisme) adalah pengobatan tradisional yang

didasarkan pada pemakaian tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuhan.

Herbalisme juga dikenal sebagai pengobatan berkenaan dengan

penggunaan tumbuhan untuk pengobatan, medis secara herbal, obat herbal,

herbology dan phytotherapy (Khoirul, T. M. dan Fa, Arifah. 2010).

Masyarakat pedesaan sudah lama memanfaatkan seledri sebagai

obat penurun panas dengan cara mengoleskan daun seledri tumbuk dikepala

anak yang demam. Air perasan seledri yang bersifat dingin diyakini dapat

mendinginkan kepala. Konon, air perasan daun seledri juga dapat

menyuburkan sekaligus menghitamkan rambut tanpa efek samping

(Kurniawati, N. 2010).

Seledri merupakan jenis sayuran mudah dijumpai. Di balik

kemampuannya membuat citarasa makanan menjadi lebih sedap, seledri

ternyata berkhasiat sebagai penumbuh rambut, menghitamkan rambut, dan

mencegah kerontokan rambut. Natrium, vitamin A dan B, kalsium dan zat

besi adalah beberapa kandungan yang terdapat pada seledri. Kandungan

nutrisi pada seledri inilah membuat seledri dikenal mampu merangsang

pertumbuhan rambut dan menjaga rambut tetap sehat serta berkilau

(Nurjannah dan Krisnawati, M. 2014).


3

Seledri (Apium graveolens L.) termasuk dalam suku Apiaceae telah

diteliti dan diketahui dapat memacu pertumbuhan rambut. Daun seledri

mengandung senyawa apiin, apigenin, manitol, inositol, asparagina,

glutamina, kolina, linamarosa kalium dan natrium. Apigenin terbentuk dari

proses hidrolisis apiin (glikosida flavonoid) yang dibantu oleh asam lambung

(HCl) dan merupakan zat aktif yang berkhasiat untuk mengatasi inflamasi.

Apigenin ini merupakan kandungan kimia utama pada seledri dan diketahui

mempunyai aktivitas sebagai vasodilator yang juga dapat memacu

pertumbuhan rambut. Kandungan seledri yang kaya ftalides, magnesium,

apigenin dan kalium sangat baik untuk pembuluh darah, ternyata turut

berperan dalam memacu pertumbuhan rambut (Kuncari., dkk. 2014).

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada

seluruh tubuh. Rambut memegang peranan penting bagi setiap manusia, hal

ini disebabkan karena rambut dapat mempengaruhi penampilan seseorang

(Jusnita, N dan Syah, R. A. 2017).

Rambut memiliki siklus kerontokan yang alami, namun bagi sebagian

orang kerontokan masih menjadi hal yang mengkhawatirkan. Rontoknya

rambut dapat terjadi karena beberapa faktor seperti usia, gangguan hormon,

kehamilan, pemakaian obat, paparan sinar matahari secara terus- menerus,

dan gaya hidup (Jusnita, N dan Syah, R. A. 2017).

Rambut terdapat diseluruh tubuh, kecuali telapak tangan, telapak kaki

dan bibir. Jeni-jenis kosmetik yang digunakan pada kulit kepala yaitu dalam
4

bentuk sediaan hair tonik, gel penumbuh rambut, vitamin rambut, pelembab

rambut, masker rambut dan sampo (Nurhikma, E., dkk. 2018).

Kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala disebut sampo. Tujuan

penggunaan sampo untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari segala

macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan

sebagainya secara baik dan aman. Kosmetik pembersih rambut dan kulit

kepala hanya terdiri dari satu jenis, yaitu berdasar air yang berisi air dan

surfaktan. Alasannya adalah kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala

harus dibilas dengan air (Tranggono dan Latifah, 2007).

Berdasarkan penelitian Fathia Mahmudah (2013) tentang Formulasi

Dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Kelinci Dari Sediaan Hair Tonic

Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens Linn) dari hasil penelitian Sediaan

hair tonic ekstrak Daun Seledri konsentrasi 5%, 10% dan 15% memenuhi

persyaratan stabilitas fisik meliputi pengamatan organoleptis, pengukuran pH

dan pengukuran viskositas dan konsentrasi ekstrak Daun Seledri sebesar

10% memberikan aktivitas pertumbuhan rambut kelinci yang optimum

dibandingkan konsenttrasi 5% dan 15%. Hal ini dapat disebabkan dari hasil

sediaan yang dibuat dan diujikan ke kelinci hair tonic formula C (15%) terlalu

kental sehingga tidak dapa t optimum terserap ke dalam kulit kelinci.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang muncul yaitu

bagaimana formulasi ekstrak etanol Daun Seledri (Apium graveolens Linn.)


5

dalam bentuk sediaan sampo yang memenuhi persyaratan stabilitas fisik

sebagai penumbuh rambut.

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi sediaan sampo ekstrak

etanol Daun Seledri (Apium graveolens Linn.) yang memenuhi persyaratan

stabilitas fisik sebagai penumbuh rambut.

Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah untuk

memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat Daun Seledri

(Apium graveolens Linn.) yang digunakan sebagai sampo untuk penumbuh

rambut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Daun Seledri (Tjitrosoepomo,G. 2013).

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Gymnospermae

Classis : Dicotyledoneae

Sub classis : Dialypetalae

Ordo : Apiales

Familia : Apiaceae

Genus : Apium

Spesies : Apium Graveolens L.

Gambar 1. Tanaman Seledri (Apium graveolens Linn.)

6
7

2. Nama daerah

Jawa: seledri, saladri, daun sop, daun soh, selderi, seleri,

sadri, sunda: seledri, Makassar: daun sop (Dalimartha, 2000).

3. Morfologi

Terna, tumbuh tegak, tinggi sekitar 50cm dengan bau aromatic

yang khas. Batang bersegi, beralur, beruas, tidak berambut,

bercabang banyak, berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip,

ganjil dengan anak daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai dengan

panjangnya 1-2,7cm, helaian daun tipis dan rapuh, pangkal dan

ujung runcing, tepi beringgit, panjang 2-7,5cm, lebar 2-5cm,

pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga

majemuk berbentuk paying, 8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih,

mekar secara bertahap. Buahnya buah kotak, berbentuk kerucut,

panjang 1-1,5mm, berwarna hijau kekuningan (Dalimartha, 2000).

4. Kandungan kimia

Herba seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin 1%,

minyak atsiri 0,033%, flavo-glikosida (apiin), apigenin, kolin, lipase,

asparagine, vitamin (A, B dan C), air, protein, lemak dan karbohidrat

(Dalimartha, 2000).

5. Kegunaan

Pada seledri terdapat minyak essensial yang mencegah

terbentuknya tumor yang mampu menyebabkan gejala kanker, serta


8

merangsang produksi enzim yang melawan sel penyebab kanker.

Seledri juga digunakan untuk mengatasi inflamasi (radang) dan

olahannya dengan terapi memanfaatkan seledri dipercaya mampu

melebatkan kembali rambut dan menjaga kulit kepala (Akbar, R.

2015).

B. Uraian Rambut

Rambut merupakan mahkota keindahan tidak hanya pada

wanita tapi juga pada pria sehingga setiap orang berupaya untuk

mencegah kerontokan pada rambutnya. Adapun faktor yang dapat

menyebabkan kerontokan hingga kebotakan (alopecia) diantaranya

stress, faktor genetik, kehamilan, perawatan rambut yang kurang tepat

dan nutrisi yang kurang seimbang. Sulitnya menghindari stress dan

pola makan yang tidak seimbang menyebabkan kerontokan rambut

sulit untuk dihindari. Oleh karena itu diperlukan nutrisi tambhan yang

secara rutin diberikan langsung pada rambutnya (Sa’diah, S., dkk.

2015).

Rambut mempunyai peran dalam proteksi terhadap lingkungan

yang merugikan, antara lain suhu dingin atau panas, dan sinar

ultraviolet. Selain itu, rambut juga berfungsi melindungi kulit terhadap

pen garuh-pengaruh buruk misalnya alis mata melindungi mata agar

keringat tidak mengalir ke mata, sedangkan bulu hidung menyaring


9

udara. Rambut juga berfungi sebagai pengatur suhu, pendorong

penguapan keringat, dan sebagai indra peraba yang sensitif

(Mahmudah, F. 2013).

Pertumbuhan rambut dibeberapa bagian kulit manusia tidak

sama lebat dan panjangnya, ada yang tumbuh terus sampai panjang

misalnya pada kepala dan ada pula yang hanya terbatas pada

kepanjangan tertentu misalnya pada badan (Nusmara, K. G. 2012).

Setiap rambut mempunyai batang yang bebas dan akar yang

tertanam dalam kulit, akar rambut dibungks oleh folikel rambut yang

berbentuk tabung terdiri atas bagian yang berasal dari epidermis

(epitel) dan bagian yang berasal dari dermis (jaringan ikat). Pada ujung

bawah folikel menggembung membentuk bulbus rambut, beberapa

kelenjar sebasea, dan seberkas otot polos (erektor pili). Kontraksi otot

ini menyebabkan tegaknya rambut sebab rambut tepancang miring

berbentuk sudut tumpul. Susunan rambut dapat dibagi menjadi 2

bagian, yaitu :

1. Batang rambut

Merupakan bagian rambut yang terdapat di luar kulit. Kalau

dibuat potongan, sebuah rambut akan terlihat dari luar kedalam.

a. Selaput rambut (kutikula): merupakan lapisan yang paling luar,

terdiri atas sel-sel tanduk yang tersusun seperti sisik ikan, dapat

diketahui kalau rambut disasak dengan baik.


10

b. Kulit rambut: korteks rambut merupakan lapisan kulit yang

paling tebal terdiri atas lapisan tanduk berbentuk kumparan

tersusun memanjang dan mengandung butir-butir mielin.

c. Sumsum rambut (medula): bagian paling dalam dibentuk oleh

sel tanduk, bentuknya seperti anyaman dengan rongga yang

berisi udara. Bagian ini sangat tipis mengandung medula dan

sum-sum rambut ini hanya terdapat pada rambut yang tebal

misalnya pada alis, kumis, dan sebagian rambut kepala.

2. Akar rambut

Merupakan bagian rambut yang tertanam miring dalam kulit,

terselubung oleh kandung rambut (folikel rambut). Akar rambut ini

tertanam sangat dalam hingga dapat mencapai lapisan hipodermis.

a. Kandung rambut: tabung yang menyelubungi akar rambut mulai

dari permukaan sampai pada bagian bawah umbi rambut.

b. Papil rambut: bagian bawah folikel rambut berbentuk lonjong

seperti telur yang ujung bawahnya terbuka berisi jaringan ikat

tanpa serabut elastis, ke dalamnya masuk pembuluh kapiler

untuk mensuplai nutrisi ke umbi rambut.

c. Umbi rambut (tunas rambut): adalah bagian akar rambut yang

melebar dan merupakan sel bening yang terus menerus

bertambah banyak dan berkembang baik secara mitosis

(Syaifuddin, 2011).
11

C. Sampo

Sampo merupakan kosmetika pembersih, yaitu berguna untuk

membersihkan kulit kepala dan rambut dari berbagai kotoran yang

melekat. Kotoran terjadi karena adanya lemak, minyak dan keringat di

kulit kepala dan rambut yang berasal dari kelenjar palit. Penggunaan

kosmetika dekorasi rambut, dan debu dari udara juga menyebabkan

rambut menjadi kotor. Dalam pengertian ilmiahnya shampo

didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung surfaktan dalam

bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan

lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak

membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.

Sampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya

dengan air dengan tujuan untuk melarutkan minyak alami yang

dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut dan membersihkan

kotoran yang melekat. Namun tidak semua sampo berupa cairan atau

digunakan dengan campuran air, ada juga sampo kering berupa

serbuk yang tidak menggunakan air. Sampo kering ini selain

digunakan oleh manusia, lebih umum digunakan untuk binatang

peliharaan seperti kucing yang tidak menyukai bersentuhan dengan air

ataupun anjing. Beberapa industri yang memproduksi sampo atau

perawatan rambut umumnya juga mengeluarkan produk kondisioner


12

dengan tujuan untuk mempermudah pengguna sampo menata kembali

rambutnya. Formulasi untuk sampo harus mengandung bahan bahan

yang berfungsi sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer,

opacifier, hydrotopes, viscosity modifier, dan pengawet. Bahan-bahan

dalam shampo harus aman dan mudah terdegradasi sebagaimana

kosmetik perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus memilki fungsi dan

peran yang spesifik (putra, I. G., dkk. 2015).

Formula sampo setidaknya mengandung bahan yang berfungsi

sebagai detergent (surfaktan), thickeners dan foaming agent, dan

conditioning agent. Selain itu kadang juga ditambahkan bahan yang

berfungsi sebagai pengawet, parfum, pengatur pH, pengatur viskositas

dan antimikroba (putra, I. G., dkk. 2015).

1. Syarat-syarat sampo (Tranggono dan Latifah, 2007).

a. Dapat membersihkan dengan baik (sifat detergen)

b. Memiliki sifat membasahi (wetting)

c. Memiliki sifat dapat mengemulsi (emulsifying)

d. Memiliki sifat dapat membuat busa (foaming)

e. Dapat membersihkan dan menyehatkan kulit kepala

f. Mudah dicuci/dibilas kembali

g. Membuat rambut lebih mudah disisir dan dipola

h. Membuat rambut lebih cemerlang


13

i. Perlu mengandung bahan aktif untuk mengatasi penyakit pada

rambut dan kulit kepala (medicated shampoo)

j. Aman untuk dipakai, tidak mengiritasi mata dan tidak toksis

k. Menyebarkan bau harum.

2. Bahan-bahan sampo (Wasitaatmadja, S.M. 1997).

a. Surfaktan

Surfaktan adalah bahan aktif dalam sampo, berupa

deterjen pembersih sintetis yang cocok untuk kondisi rambut

pemakai. Biasanya dipilih surfaktan anionic yaitu fatty alcohol

sulfate, seperti :

1) Lauril sulfat (natrium, amonium, trietanolamin) merupakan

pembersih yang baik namun mengeraskan rambut.

2) Lauret sulfat (natrium, amonium, trietanolamin) merupakan

pembentuk busa yang baik dan kondisioner yang baik.

3) Sarkosinat (natrium lauril, lauril) daya bersih kurang namun

kondisioner yang baik, sulfosuksinat (dinatrium oleamin,

natrum dioktil) pelarut lemak yang kuat untuk rambut

berminyak.

b. Pelembut (Conditioner)

Pelembut membuat rambut mudah disisr dan di atur oleh

karena dapat menurunkan friksi anatar rambut, mengkilapkan


14

rambut oleh karena memperbaiki refleksi cahaya yang mengenai

batang rambut, dan memperbaiki batang rambut yang rusak

akibat overshampooed,overdried, overbrushed, overcombed,

keriting, pewarna pemutih atau styling yang menyebabkan

kerusakan pada kortek rambut yang merupakan kekuatan dari

rambut.

Pada keadaan terpisah, dapat ditemui kosmetika pelembut

seketika (instant conditioner), pelembut dalam (deep conditioner),

blow dry lotion, hair glaze, (hair thickener) dan hair rinse.

c. Pembentuk busa (Foam builder)

Dalam sampo pembentuk busa adalah bahan surfaktan

yang masing-masing berbeda daya pembuat busanya. Busa

adalah emulsi udara dalam cairan. Busa yang terbentuk akan

segera terikat dengan lemak sehingga rambut yang lebih bersih

pada pengulangan pemakaian shampo akan menimbulkan busa

yang lebih banyak. Busa yang terbentuk lazim diberi penguat

yang menstabilkan busa agar lebih lama terjadi, misalnya dengan

menambahkan alkanolamid dan aminoksida.

d. Pengental (Thickener) dan Penyuram/Pengeruh (Opacifier)


15

Bahan yang ditambahkan untuk menyenangkan

konsumen pemakai dan keduanya tidak menggambarkan daya

bersih atau konsentrasi bahan aktif dalam shampo.

e. Pemisah logam (sequestering agent)

Dibutuhkan keberadaanya untuk mengikat logam berat (K,

Mg) yang terdapat dalam air pencuci rambut, misalnya etilin

diamin tetra asetat (EDTA).

f. pH Balance

Ditambahkan kedalam sampo untuk menetralisasi reaksi

basa yang terjadi dalam penyampoan rambut, misalnya asam

sitrat.

g. Warna dan Bau

Bahan yang ditambahkan untuk memberikan kesan

nyaman bagi pemakai.

h. Bahan tambahan

1) Vitamin (vitamin E, pantenol/B5)

2) Minyak mint, rempah-rempah, minyak kelapa, lilin.

3) Protein (RNA, kolagen, plasenta, susu).

4) Tabir surya kimia.

5) Antiketombe (tar, sulfur, seng pirition dan lain-lain)

6) Balsam, wortel, madu, jojoba, aloe (idah buaya).


16

3. Jenis sampo (Wasitaatmadja, S.,M. 1997).

Sampo dapat dikemas dalam berbagai bentuk sediaan

bubuk, larutan jernih, larutan pekat, larutan berkilat, krim, gel atau

aerosol, dengan jenis:

a. Sampo dasar (basic shampoo), yaitu sampo yang dibuat

sesuai dengan kondisi rambut, kering, normal, berminyak.

b. Sampo bayi (baby shampoo), yaitu sampo yang tidak

menggunakan bahan yang mengirirtasi mata dan

mempunyai daya bersih sedang karena kulit rambut bayi

masih minim sebumnya.

c. Sampo dengan pelembut (conditioner), 2 in 1, 3 in 1.

d. Sampo profesional, yang mempunyai konsentras bahan aktif

lebih tinggi sehingga harus di encerkan sebelum pemakaian.

e. Sampo medic (medicated shampoo), yang mengandung:

antiketombe (sulfur, tar, asam salisilat, sulfida, polovinil

pirolidon, iodium, seng, piriton) dan tabir surya: PABA, non-

PABA.

D. Uraian Bahan

1. Aquadest (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling


17

Rumus kimia : H2 O

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : pelarut

2. Etanol (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, etanol

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau

khas, rasa panas, mudah terbakar

dengan memberikan nyala biru yang

tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


18

Kegunaan : Cairan penyari

3. HPMC (Rowe, 2009)

Nama resmi : HYPROMELLOSUM

Nama lain : Hydroxypropilmethilcellulosa

Rumus kimia : CH3 CH(OH)CH2

Pemerian : Memiliki rasa lemah, tidak berbau dan

tidak berwarna, berupa serbuk warna

putih

Kelarutan : Larut dalam air dingin, membentuk koloid

kental, praktis tidak larut dalam kloroform,

etanol (95%) dan eter, tetapi dapat larut

dalam campuran dari etanol dan

dichloromrthane, campuran dari methanol

dan dichlorometane, dan campuran dari

alkohol dan air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : zat pensuspensi (pengental)


19

Range : 2%-10%

4. Menthol (Depkes RI,1995)

Nama resmi : MENTHOLUM

Nama lain : Mentol

Berat molekul : 156,27

Rumus molekul : C10H20O

Pemerian : hablur heksagonal atau serbuk hablur,

tidak berwarna, biasanya berbentuk

jarum, atau massa yang melebur, bau

enak seperti minyak permen.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah

larut dalam etanol, dalam

kloroform dan dalam eter, dan dalam

heksana, mudah larut dalam asam asetat

glasial, dalam minyak mineral, dan dalam

minyak lemak dan dalam minyak atsiri.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

ditempat sejuk.

Range : 0,05-10,0%

Kegunaan : Korigen dan antiiritan

5. Metil paraben (Depkes RI, 1995)


20

Nama resmi : METHYLIS PARABENUM

Nama lain : metil paraben, nipagin

Rumus molekul : C8 H8 O3

Berat molekul : 152, 15

Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk

hablur, putih, tidak berbau atau berbau

khas lemah, mempunyai sedikit rasa

terbakar.

Kelarutan : sukar larut dalam air dalam benzena dan

dalam karbon tetraklorida, mudah larut

dalam etanol dan dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Range : 0,02-0,3%

Kegunaan : Sebagai pengawet

6. Propilen glikol (Depkes RI, 1995)

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM

Nama lain : propilen Glikol

Rumus kimia : C3 H8 O2

Berat molekul : 76,09


21

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,

tidak berbau, menyerap air pada udara

lembap.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan aseton

dan dengan kloroform , larut dalam eter,

dan dalam beberapa minyak esensial,

tetapi tidak dapat bercampur dan dengan

minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Range : 15%

Khasiat : Humektan .

7. Sodium lauryl sulfate (Rowe, 2009)

Nama resmi : SODIUM LAURIL SULFAT

Rumus Molekul : C12 H25 NaO4 S

Pemerian : Putih atau berwarna krem atau

membentuk Kristal, kepingan atau serbuk

yang lembut, bersabun, rasanya pahit

dan baunya khas. Dalam bentuk cair


22

tidak berwarna meleleh pada suhu

204ºC-207ºC

Kelarutan : Mudah larut dalam air, membentuk

larutan opalesen, efek samping terjadi

apabila diabsorbsi dikulit akan terjadi

pada waktu diberikan sesuai dengan

konsentrasi yang digunakan dan lokasi

penggunaan.

Range : ≈10 %

Kegunaan : Sebagai detergen dan surfaktan.

E. Tinjauan Uji Mutu Dan Fisik Shampo

1. Uji Organoleptis

Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati

secara visual terhadap sediaan meliputi warna aroma dan bentuk

pada sediaan (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Uji Homogenitas

Homogenitas sediaan sampo ditunjukkan dengan

tercampurnya bahan-bahan yang digunakan dalam formula sampo

pembersih baik bahan aktif maupun bahan tambahan secara

merata. Dengan meletakkan sedikit sampo diantara dua kaca

objek, perhatikan adanya partikel-partikel kasar atau tidak

homogen (Tranggono dan Latifah, 2007).


23

3. Uji Viskositas

Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cair yang

berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Pada

pembuatan suatu sampo sangat berpengaruh terhadap viskositas.

Viskositas berpengaruh pada mutu fisik sediaan sampo, semakin

tinggi viskositas suatu sampo maka sampo yang terbentuk semakin

kental dan mempersulit penuangannya (Tranggono dan Latifah,

2007).

4. Uji pH

Dalam evaluasi pH dilihat perubahan nilai pH sediaan

setelah pencampuran bahan aktif dan bahan tambahan sampo.

Untuk pH pada sampo yang memenuhi syarat 5,0-9,0 (Tranggono

dan Latifah, 2007).

5. Uji Stabilitas Busa

Uji kemampuan dan stabilitas busa dari sampo dilakukan

dengan metode cylinder shake caranya yaitu dengan memasukkan

50 ml sampo 1% kedalam tabung reaksi 250ml kemudian dikocok

kuat selama 10 kali. Total volume dari isi busa diukur dan diamati

penurunan dan stabilitas busanya (Kumar, 2010).

6. Pengukuran Tinggi Busa


24

Sediaan sampo sebanyak 0,1% dalam air suling

dimasukkan kedalam gelas ukur tertutup 100 ml dan dikocok

selama 20 detik dengan cara membalikkan gelas ukur secara

beraturan. Tinggi busa yang terbentuk diamati, 5 menit kemudian

diamati kembali stabilitasnya (Faizatun., dkk. 2008).

F. Metode Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan

senyawa dari matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut

yang sesuai. Ada beberapa istilah yang banyak digunakan dalam

ekstraksi, antara lain ekstraktan (yakni, pelarut yang digunakan untuk

ekstraksi), rafinat (yakni, larutan senyawa atau bahan yang akan

diekstraksi), dan linarut (yakni senyawa atau zat yang diinginkan

terlarut dalam rafinat). Metode ekstraksi yang digunakan tergantung

pada jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan senyawa yang akan

diekstraksi (Hanani, E., 2017).

Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa

dari campurannya atau simplisia. Pemilihan metode dilakukan dengan

memperhatikan antara lain sifat senyawa, pelarut yang digunakan, dan

alat tersedia. Struktur untuk setiap senyawa, suhu dan tekanan

merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi.

Alkohol merupakan salah satu pelarut yang paling banyak dipakai


25

untuk menyari secara total. Beberapa metode ekstraksi yang umum

digunakan antara lain maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infusa,

dekok, destilasi, lawan arah (countercurrent), ultrasonik, gelombang

mikro (microwave assisted extraction, MAE), dan ekstraksi gas

superkritis (supercritical gas extractio, SGE) (Hanani, E., 2017).

1. Ekstraksi secara Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam

dalam pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau

degradasi metabolit dapat diminimalisasi. Pada maserasi, terjadi

proses keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di

dalam sel sehingga diperlukan penggantian pelarut secara

berulang. Kinetik adalah cara ekstraksi, seperti maserasi yang

dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-

60°C (Hanani, E., 2017).

2. Ekstraksi secara Perkolasi

Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia menggunakan

pelarut yang selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui

simplisia hingga senyawa tersari sempurna. Cara ini memerlukan

waktu lebih lama dan pelarut yang lebih banyak. Untuk

menyakinkan perkolasi sudah sempurna, perkolat dapat diuji

adanya metabolit dengan pereaksi yang spesifik (Hanani, E.,

2017).
26

3. Ekstraksi secara Soxhletasi

Soxhletsi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik

pada suhu didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi, simplisia

dan ekstrak berada pada labu berada. Pemanasan mengakibatkan

pelarut menguap, dan uap masuk dalam labu pendingin. Hasil

kondensasi jatuh bagian simplisia sehingga ekstraksi berlangsung

terus-menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan. Ekstraksi ini

dikenal sebagai ekstraksi sinambung (Hanani, E., 2017).

4. Ekstraksi secara Refluks

Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik

didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Agar hasil

penyarian lebih baik atau sempurna, refluks umumnya dilakukan

berulang-ulang (3-6 kali) terhadap residu pertama. Cara ini

memungkinkan terjadinya penguraian senyawa yang tidak tahan

panas (Hanani, E., 2017).

5. Ekstraksi secara Infusa

Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut

air, pada suhu 96-98°C, selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu

96°C tercapai). Bejana infusa tercelup dalam tangas air. Cara ini

sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak, seperti bungan dan

daun (Hanani, E., 2017).


27

6. Ekstraksi secara Dekok

Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa, hanya

saja waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya

mencapai titik didih air (Hanani, E., 2017).

7. Ekstraksi secara Destilasi (Penyulingan)

Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau

menyari senyawa yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut.

Pada proses pendinginan, senyawa dan uap air akan

terkondensasi dan terpisah menjadi destilat air dan senyawa yang

diekstraksi. Cara ini umum digunakan untuk menyari minyak atsiri

dari tumbuhan (Hanani, E., 2017).

8. Ekstraksi secara Lawan arah (counter current)

Cara ekstraksi ini serupa dengan perkolasi, tetapi simplisia

bergerak berlawanan arah dengan pelarut yang digunakan. Cara

ini banyak digunakan untuk ekstraksi herbal dalam skala besar

(Hanani, E., 2017).

9. Ekstraksi secara Ultrasonik

Ekstraksi ultrasonik melibatkan penggunaan gelombang

ultrasonik dengan frekuensi 20-2000 kHz sehingga permeabilitas

dinding sel meningkat dan isi sel keluar. Frekuensi getaran

memengaruhi hasil ekstraksi (Hanani, E., 2017).


28

10. Ekstraksi secara Gelombang Mikro (microwave assisted extraction,

MAE)

Ekstraksi menggunakan gelombang mikro (2450 MHz)

merupakan ekstraksi yang selektif dan digunakan untuk senyawa

yang memiliki dipol polar. Cara ini dapat menghemat waktu

ekstraksi dibandingkan dengan cara konvensional seperti maserai,

dan menghemat pelarut (Hanani, E., 2017).

11. Ekstraksi secara Gas Superkritis (supercritical gas extraction, SGE)

Metode ekstraksi dilakukan menggunakan CO2 dengan

tekanan tinggi, dan banyak digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri

atau senyawa yang bersifat mudah menguap atau termolabil.

Penggunaan karbondioksida (CO2) lebih disukai karena bersifat

inert, toksisitasnya rendah, aman bagi lingkungan, harga relatif

murah, dan tidak mudah terbakar pada kondisi superkritisnya

(Hanani, E., 2017).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan secara eksperimental yang

merupakan penelitian di laboratorium dengan menggunakan

rancangan eksperimental sederhana.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September-

November 2019 di Laboratorium Fitokimia dan Tekhnologi Farmasi

Universitas Indonesia Timur Makassar.

C. Alat Dan Bahan Yang Digunakan

1. Alat Yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah alat maserasi, ayakan,

batang pengaduk, bejana maserasi, erlenmeyer, gelas ukur, ose,

penangas air, pipet tetes, rotavapor, timbangan digital dan

wadah sampo.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah aluminium foil,

aqua dest, Daun Seledri (Apium Graveolens Linn.), etanol 96%,

Hydroksipropyl Methil Cellulosa, propilenglikol, mentol, metil

paraben, Sodium Lauryl Sulfat.

29
30

D. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan dan pengolahan sampel

a. Pengambilan sampel

Daun Seledri yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Daun Seledri (Apium Graveolens L.) yang

diperoleh di pasar pettarani kota Makassar.

b. Pengolahan Sampel

Daun Seledri dipisahkan dari tangkainya,

kemudian dicuci bersih, lalu dikeringkan. Setelah kering

simplisia dihaluskan dan di ayak untuk mendapatkan

serbuk halus.

2. Ekstraksi Daun Seledri (Apium Graveolttens L.)

Daun Seledri ditimbang sebanyak 500 gram serbuk kering

dan di ekstrak dengan cara maserasi. Daun Seledri direndam

dengan etanol 96% dalam bejana maserasi, dibiarkan selama 5

hari dalam bejana yang tertutup dan terlindung dari cahaya

sambil berulang-ulang di aduk. Setelah 5 hari simplisia diserkai

dengan kain flannel dan ampasnya di maserasi kembali hingga

terekstraksi sempurna (terjadi perubahan warna) hasil penyarian

yang telah di dapat kemudian diuapkan menggunakan rotavapor

sampai diperoleh ekstrak etanol kental Daun Seledri.


31

E. Rancangan Formulasi Sampo Rambut Rontok Ekstrak Daun

Seledri (Apium graveolens Linn).

1. Tabel Formula Sampo Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens

Linn.)

F1 F2 F3

No Komposisi %(b/v) %(b/v) %(b/v) Kegunaan

1. Ekstrak Daun Seledri

( Apium Graveolens 5 10 15 Zat aktif

Linn.)

2. SLS (Sodium Lauryl

Sulfat) 10 10 10 Surfaktan

3. HPMC (Hydroksipropyl

Methil Cellulosa) 2 2 2 Pengental

4. Propilenglikol 15 15 15 Humektan

5. Metil paraben 0,3 0,3 0,3 Pengawet

6. Mentol 0,5 0,5 0,5 Korigen

7. Aquadest ad 100 ad 100 ad 100 Pelarut

mL mL mL

2. Cara kerja pembuatan sediaan sampo ekstrak Daun Seledri

(Apium Graveolens Linn.)

Dipanaskan 30mL aquadest pada penangas air,

tambahkan Sodium Lauryl Sulfat 10 gram aduk perlahan agar


32

tidak membentuk busa hingga homogen lalu dinginkan.

Dipanaskan 20mL aquadest pada penangas air, tambahkan

Hydroksipropyl Methil Cellulosa 2 gram aduk hingga mengental

lalu dinginkan. Larutkan mentol 0,5 gram dengan etanol 96%

secukupnya, aduk sampai larut dan larutkan metil paraben 0,3

gram dengan etanol 96% aduk hingga larut kemudian

campurkan kedua bahan dan tambahkan propilen glikol 15 mL

kemudian aduk hingga homogen. Larutan Sodium Lauryl Sulfat

dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam Hydroksipropyl Methil

Cellulosa sambil diaduk perlahan hingga homogen. Kemudian

masukkan campuran mentol aduk perlahan hingga homogen.

Ditambahkan ekstrak Daun Seledri sedikit demi sedikit aduk

hingga rata. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang telah

disiapkan ditambahkan aquadest ad 100 mL dan tutup rapat lalu

kocok sampai homogen.


33

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. 2015. Aneka Tanaman Apotek Hidup Disekitar Kita. One


Books:Jakarta.
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara: Jakarta
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan RI: Jakarta
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan RI: Jakarta
Faizatun., Dkk. 2008. Formulasi Sediaan Shampoo Ekstrak Bunga
Chamomile Dengan Hidroksi Propil Metil Selulosa Sebagai
Pengental. Jurnal Ilmu Kefarmasian, Vol 6 No. 1. Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila: Jakarta s
Hanani Endang, 2017. Analisis Fitokimia. Buku Kedokteran EGC:
jakarta
Jusnita, N Dan Syah, R.A. 2017. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik
Sediaan Shampo Dari Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica
Charantia Linn). Jurnal Indonesia Natural Research
Pharmaceutical, Vol 2 No. 1 : 24-39 Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945: Jakarta
Khoiril, M. T Dan Fa, A. 2010. Sapu Bersih Semua Penyakit Dengan
Ramuan Tradisional. Buku Kita: Jakarta
Kuncari, S.C., Dkk. 2014. Uji Iritasi Dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Tikus Putih Efek Sediaan Gel Apigenin Dan Rebusan Herba
Seledri (Apium Graveolens L.). Jurnal Farmasi, Vol 25 No.1
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia: Depok
Kumar, A dan Mali, R.R. 2010. Evaluation Of Prepared Shampoo
Formulation And To Compare Formulated Shampoo With
Marketed Shampoos. Journal Internasional Of Pharmaceutical
Sciences Review And Research, Vol 3 No. 1: 120-126.
Department Of Biotechnology, Himachal Institute If Life
Sciences: India
Kurniawati, N. 2010. Sehat Dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu
Dapur. Bandung: Mizan Pustaka
Mahmudah, F. 2013. Formulasi Dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Pada Kelinci Dari Sediaan Hair Tonik Ekstrak Daun Seledri
(Apium Graveolens Linn.). Karya Tulis Ilmiah. Akademi
Farmasi: Samarinda
Nurdianti, L., Dkk. 2017. Pengembangan formulasi gel rambut
antiketombe ekstrak daun pandan wangi (pandanus
amaryllifolius roxb.) dengan menggunakan viscolam sebagai
gelling agent dan uji aktivitasnya terhadap jamur pityrosporum
ovale. Jurnal kesehatan bakti tunas husada, Vol 17 No. 2 : 456-
465. Farmasi Stikes Bakti Tunas Husada: Tasikmalaya
34

Nurhikmah, E., Dkk. 2018. Formulasi Shampoo Antiketombe Dari


Ekstrak Kubis (Barssica oleraceae Var. Capitata L.) Kombinasi
Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb).
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 4 No. 1: 61-66.
Akademi Farmasi Bina Husada: Kendari
Nurjannah Dan Krisnawati, M. 2014. Pengaruh Hair Tonic Lidah Mertua
(Sanseviera Trifasciata Prain) Dan Seledri ( Apium Graveolens
Linn.) Untuk Mengurangi Rambut Rontok. Journal Of Beauty
Dan Beauty Health Education, Vol 3 No. 1: 1-8. Fakultas
Tekhnik Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Nusmara, K. G. 2012. Uji Stabilitas Fisik Dan Aktivitas Pertumbuhan
Rambut Tikus Putih Dari Sediaan Hair Tonic Yang
Mengandung Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica charantia).
[Skripsi] Program Studi Farmasi. Universitas Indonesia: Depok
Putra, I.G., Dkk. 2015. Penuntun Praktikum Dan Log Book Kosmetik.
Universitas Udayana: Denpasar, Bali
Rowe, R.C., Dkk, 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. Edisi
Ke 6. Amerika Pharmaceutical Association: London
Sa’diah, Siti., Dkk. 2015. Efektivitas Sediaan Emulsi Ekstrak Etanol
70% daun Mangkokan (Northopanax scutellarius (Burm.f) Merr
sebagai Perangsang Pertumbuhan Rambut. Jurnal
Fitofarmaka, Volume 4 No. 1: 10-17. Universitas Pakuan:
Bogor
Saifuddin, A., Dkk., 2011. Standardisasi Bahan Obat Alam. Graha Ilmu:
Yogyakarta
Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa
Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Taksonomi Tumbuhan
(Spermatophyta). Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Tranggono, R.I Dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Wasitaatmadja, Syarif. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medic.
Jakarta: Universitas Indonesia
35

Daun Seledri
(Apium graveolens Linn.)

 Di cuci dengan air mengalir


 Di potong-potong kecil
 Di angina-anginkan

Ekstraksi
(maserasi)

Pembuatan sediaan sampo

Formula 1 (5%) Formula 2 (10%) Formula 3 (15%)

Uji mutu dan fisik meliputi: uji organoleptis (bau, warna, bentuk)
homogentitas, viskositas, uji pH, uji tinggi busa dan Uji stabilitas
busa.

Analisis data

pembahasan

Kesimpulan

Gambar 1. Skema kerja formulasi dan uji stabilitas sampo penumbuh


rambut ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.)
36

Lampiran 1. Perhitungan bahan sampo rambut rontok ekstrak Daun

Seledri (Apium graveolens Linn.).

Formula 1

5𝑔
Ekstrak Daun Seledri 5% x 100 mL = 5 g
100 𝑚𝐿

10 𝑔
Sodium Lauryl Sulfate 10% x 100 mL = 10 g
100 𝑚𝐿

2𝑔
Hydroksipropyl Methil Cellulosa 2% x 100 mL = 2 g
100𝑚𝐿

15 𝑚𝐿
Propilenglikol 15% x 100 mL = 15 mL
100 𝑚𝐿

0,3 g
Metil paraben 0,3 % x 100 mL = 0,3 g
100 𝑚𝐿

0,5 g
Mentho 0,5 % x 100 mL = 0, 5 g
100 𝑚𝐿

Aquadest = 100 – ( 5+10+2+15+0,3+0,5)

= 100 – 32, 8

= 67,2 mL

Formula 2
10 𝑔
Ekstrak Daun Seledri 10% x 100 mL = 10 g
100 𝑚𝐿

10 𝑔
Sodium Lauryl Sulfate 10% x 100 mL = 10 g
100 𝑚𝐿

2𝑔
Hydroksipropyl Methil Cellulosa 2% x 100 ml = 2 g
100𝑚𝑙

15 𝑚𝐿
Propilenglikol 15% x 100 mL = 15 mL
100 𝑚𝐿

0,3 g
Metil paraben 0,3 % x 100 mL = 0,3 g
100 𝑚𝐿

0,5 g
Mentho 0,5 % x 100 mL = 0, 5 g
100 𝑚𝐿

Aquadest = 100– ( 10+10+2+15+0,3+0,5)


37

= 100 – 37, 8

= 62, 2 mL

Formula 3
15 𝑔
Ekstrak Daun Seledri 15% x 100 mL = 15 g
100 𝑚𝐿

10 𝑔
Sodium Lauryl Sulfate 10% x 100 mL = 10 g
100 𝑚𝐿

2𝑔
Hydroksipropyl Methil Cellulosa 2% x 100 mL = 2 g
100𝑚𝐿

15 𝑚𝐿
Propilenglikol 15% x 100 mL = 15 mL
100 𝑚𝐿

0,3 g
Metil paraben 0,3 % x 100 mL = 0,3 g
100 𝑚𝐿

0,5 g
Mentho 0,5 % x 100 mL = 0, 5 g
100 𝑚𝐿

Aquadest = 100 – ( 15+10+2+15+0,3+0,5)

= 100 – 42, 8

= 57, 2 mL

Anda mungkin juga menyukai