OLEH :
KELOMPOK : III
KELAS :C
ANGGOTA :
DESI NUR SHOLIHA O1A118009 DEWI LESTARI O1A120151
SRI SUYANDI TAKADJI O1A118038 DEWI RAHMAWATI R O1A120152
DESRI WULANDARI O1A118044 DITA RIZQYAH O1A120153
SRI RAHAYU SALEM O1A118047 DWI SETYA WULANDARI O1A120154
ANDI NADIAH M. O1A120140 DZAKY AULIA RAHMAN O1A120155
ANGGRAENI GUNAWAN O1A120141 EKA MAHARANI O1A120156
ANISA FAUZIA ASRI O1A120142 ELHAMAYASARI O1A120157
ANISA FITRI O1A120143 FACHRUL ALKADRIE O1A120158
ARMIN OGA O1A120144 FARDIANSYAH O1A120160
ASNA RAMADHANI O1A120145 FAUDZIAH MUSTAFA O1A120161
AUGIE ULZANA SHAFIRA O1A120146 FENY EKA SAWITRI O1A120162
AULYA RAHMA O1A120147 FIQA ZULFITRIA Z. O1A120163
AYI TRI HAPSARI O1A120148 IIS FITRIANI M O1A120165
CIKA AUFADILAH O1A120149 INDAR PRASTI O1A120166
CORNELIA ANDIEN O1A120150 IRZA SEZIL UTAMI O1A120167
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami diberi kesehatan dan kekuatan lahir batin dalam
menulis makalah untuk melengkapi dan menambah wawasan pada mata kuliah
Farmakognosi dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Teknik Penyiapan
Serbuk, Penyimpanan dan Pengawetan Simplisia” dengan tepat waktu.
Kami juga menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas penulisan yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
B. Sortası basah
Sortası basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada penyederhanaan
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asiseperti tanah.,
kerikil, rumput, batang, daun. akar yang telah rusak. mengandung mikroba
dalam jumlah serta pengotoran lainnya harus dibuang. yang tinggi. oleh.
karena Tanah itu disebabkan bermacam-macam simplisia dari tanah yang
terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal (Mayasari dan Melvin,
2018).
C. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang menempel pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih, misalnya air dari mata udara, udara sumur atau mudah larut di
udara PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang dalam air yang
mengalir. cuci agar dilakukan dalam waktu yang seangkat mungkin. Cara
sortasi dan cuci sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pembelian kotor, maka
jumlah mikroba pada permukaan bahan penyederhanaan dapat bertambah
dan udara yang terdapat pada permukaan bahan tersebut. yang dapat
menipercepat pertumbuhan mikroba. Pada penyederhanaan akar, batang
atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk
mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah
dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan cuci jika cara pengupasannya
dilakukan dengan tepat dan bersih.
D. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan penyederhanaan dilakukan untuk kemudahan
proses pengeringan, bahan pengepakan dan penggilingan, tanaman yang
baru diambil jangan langsung diraja tapi dijemur dalam keadaan utuh
selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau. dengan alat
mesin perajang khusus diperoleh potongan-potongantipis atau pot ongan
dengan ukuran yang diharapkan.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan. semakin cepat
menguap udara, sehingga waktu pengeringan. Akan tetapi bagian yang
terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurang atau gudang zat berkhasiat
yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau Dan rasa
yang diinginkan. Oleh karena itu bahan penyederhanaan seperti
temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya. dihindari
perajangan yang terlalu tipis untuk menc egah berkurangny kadar minyak
atsiri. Selama Penjemuran. perajangan sebelum seharusnya perajangan
jumlah mikroba diperlukan tidak untuk bertambah. mengurangi pewarnaan
akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan
sinar matahari selamat satu hari (Supriningrum dkk., 2021)
E. Pengeringan
Tujuan pengeringan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan dihentikan reaksi enzimatik akan
dicegah Penurunan mutu atau kerusakan simplisia. Udara yang tersisa
dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan
kapang dan jasad renik lainnya enzim tertentu dalam sel, masih dapat
bekerja menguraikan senyawa aktif sewaktu-waktu setelah sel mati dan
selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak lebih disukai
menggu nak alat dari plastik. Bahan simplisia yang mengandung senyawa
aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada
suhu serendah mungkin, misalnya 30⁰ sampai 45° C atau dengan cara
menghilangkan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam
ruang atau lemari, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga
tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap
pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses
pengeringan. Berbagai cara telah dikenal dan digunakan orang. Pada
dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alami dan
buatan (Rivai dkk., 2014).
➢ Pengeringan Alamiah. Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung
dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dengan panas
sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk membebani bagian
tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya,
dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan
sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu
cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara biarkan bagian
yang dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa
kondisi yang dikontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan
cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung pada keadaan iklim.
➢ Pengeringan Buatan. Prinsip pengeringan Buatan Adalah sebagai berikut
"udara dihargai oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin
disel atau listrik, udara panas dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari
yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas
rak-rak Pengeringan". Dengan prinsip ini dapat dibuat suatu alat
Pengeringan yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup
baik. Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia
dengan bersama yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata
dan tepat waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh
keadaan cuaca. Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat
tergantung pada jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya.
Beberapa penyederhanaan yang dapat tahan lama dalam penyimpanan
jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia mungkin
lainnya masih dapat bertahan selama penyimpanan dengan kadar air 10
sampai 12%.
F. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda
asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masil ada dan tertinggal di simplisia
kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk
kemudian disimpan. Seperti seperti halnya pada sortasi awal, sortasi
disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia
bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang besar dan
harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan
benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia
terbungkus (Rivai dkk., 2014).
G. Penyimpanan Dan Pengepakan
Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan
penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai,
dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan
memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan
maupun penyimpanannya. Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak
bereaksi(inert) dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya
reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan sebagainya pada simplisia.
(Saputri dan Ria, 2020).
PENUTUP
3.1 Kemsipulan
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Cara pengemasan simplisia tergantung
pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk
pengemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan
simplisia dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan
pengangkutan maupun penyimpanannya.
3.2 Saran
Saran untuk teman kelompok mohon kerjasamanya dalam pembuatan
makalah ini agar makalah yang dibuat dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Mayasari, U., dan Melfin, T.L. 2018. Karakterisasi Simplisia Dan Skrining
Fitokimia Daun Jeruk Kemun (Citrus limon L). KLOROFIL. Vol. 2 (1).
Nurfitriani, Y.A.N., dan Ardhista, S.F. 2019. Uji Lipid pada Minyak Kelapa,
Margarin, dan Gliserol. Jurnal Sainteks. Vol. 16 (1).
Rivai, H., Gusmi, F., dan Humairah, F. 2014. Pembuatan Dan Karakterisasi
Kering Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.). Jurnal
Farmasi Higea. Vol. 6 (1).
Saputri, R.K., dan Ria I.K.P. 2020. Farmakologi. Jakad Media Publishing :
Jakarta.
Spuriningrum, R., Reksi, S., Triswanto, S., Eka, K., dan Rakhmadhan, M. 2021.
Karakterisasi Simplisia Dan Ektrak Kulit Batang Sekilang (Embelia
borneensis Scheff.). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. Vol. 6 (2).
Syamsul, E.S., dan Supomo, S.T. 2020. Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Pidada Merah (Sonneratia
caseolaris L). Jurnal Riset Kimia. Vol. 6 (3).