Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEKNIK PENYIAPAN SERBUK, PENYIMPANAN DAN PENGEPAKAN


SIMPLISIA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Farmakognosi
Dosen : apt. Nurramadhani A. Sida, S.Farm., M.Pharm.Sc

OLEH :
KELOMPOK : III
KELAS :C
ANGGOTA :
DESI NUR SHOLIHA O1A118009 DEWI LESTARI O1A120151
SRI SUYANDI TAKADJI O1A118038 DEWI RAHMAWATI R O1A120152
DESRI WULANDARI O1A118044 DITA RIZQYAH O1A120153
SRI RAHAYU SALEM O1A118047 DWI SETYA WULANDARI O1A120154
ANDI NADIAH M. O1A120140 DZAKY AULIA RAHMAN O1A120155
ANGGRAENI GUNAWAN O1A120141 EKA MAHARANI O1A120156
ANISA FAUZIA ASRI O1A120142 ELHAMAYASARI O1A120157
ANISA FITRI O1A120143 FACHRUL ALKADRIE O1A120158
ARMIN OGA O1A120144 FARDIANSYAH O1A120160
ASNA RAMADHANI O1A120145 FAUDZIAH MUSTAFA O1A120161
AUGIE ULZANA SHAFIRA O1A120146 FENY EKA SAWITRI O1A120162
AULYA RAHMA O1A120147 FIQA ZULFITRIA Z. O1A120163
AYI TRI HAPSARI O1A120148 IIS FITRIANI M O1A120165
CIKA AUFADILAH O1A120149 INDAR PRASTI O1A120166
CORNELIA ANDIEN O1A120150 IRZA SEZIL UTAMI O1A120167

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami diberi kesehatan dan kekuatan lahir batin dalam
menulis makalah untuk melengkapi dan menambah wawasan pada mata kuliah
Farmakognosi dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Teknik Penyiapan
Serbuk, Penyimpanan dan Pengawetan Simplisia” dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “Teknik Penyiapan


Serbuk, Penyimpanan dan Pengawetan Simplisia” adalah untuk mengetahui
teknik penyiapan serbuk simplisia, untuk mengetahui penyimpanan dan
pengawetan simplisia dan untuk mengetahui identifikasi golongan senyawa kimia
yang bersifat non polar.

Kami juga menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas penulisan yang lebih baik.

Kendari, 27 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teknik Penyiapan Serbuk Simplisa .......................................................................4


2.2 Penyimpanan dan Pengepakan Simplisia .............................................................. 9
2.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Bersifat Non Polar ................................. 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat


julukan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk
berkembang produk herbal yang berkualitas setar dengan obat modern.
Akantetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi
kepentingan masyara sekitar 1200 spesies tanaman obat yang dimanfaatkan dan
diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tanaman obat yang berasal dari
hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain. Sebagai contoh adalah
para peneliti Jepang yang telah mematenkan sekitar 40 senyawa aktif dari
tanaman yang berasal dari Indonesia. Bahkan beberapa obatobatan yang bahan
bakunya dapat ditemukan di Indonesia telah dipatenkan dan diproduksi secara
besar-besaran di negara lain sehingga memberi keuntungan yang besar bagi
negara tersebut.

Dalam memanfaatkan dan mengembangkan tanaman obat, juga harus


diperhatikan pelestarian dan perlindungannya. Pemanfaatan obat tradisional untuk
pemeliharaan kesehatan dan gangguan penyakit hingga saat ini masih sangat
dibutuhkan dan perlu dikembangkan, terutama dengan melonjaknya biaya
pengobatandan harga obat-obatan. Adanya kenyataan bahwa tingkat kebutuhan
masyarakat terhadap pengobatan meningkat, sementara taraf kehidupan sebagian
masyarakat kita masih banyak yang kemampuannya pas-pasan. Maka dari itu,
pengobatan dengan bahan alam yang ekonomis merupakan solusi yang baik untuk
menanggulangi masalah tersebut. Dengan kembali maraknya gerakan kembali ke
alam (back to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat alam/herbal di
dunia semakin meningkat. Gerakan tersebut dilatarbelakangi perubahan
lingkungan, pola hidup manusia, dan perkembangan pola penyakit. Obat yang
berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan
obat-obatan kimia, karena efek obat herbal alami. Dalam tanaman-tanaman
berkhasiat obat yang telah dipelajari dan dipelajari secara ilmiah menunjukan
bahwa tanaman-tanaman tersebut mengandung zat-zat atau senyawa aktif yang
terbukti bermanfaat bagi kesehatan.

Penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat sangat luas, mulai


untuk bahan penyedap hingga bahan baku industri obat-obatan dan kosmetika.
Namun, di dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, sesungguhnya peran
obat-obat alami belum sepenuhnya diakui, walaupun secara empiris manfaat
obatobat alami tersebut telah terbukti. Sebagai salah satu contoh adalah
penggunaan jamu sebagai obat kuat, obat pegal linu, mempertahankan keayuan,
pereda sakit saat datang bulan dan lain lain, menyiratkan penggunaan jamu yang
sangat luas di masyarakat. memang disadari, bahwa produksi jamu belum banyak
produksi oleh hasil-hasil penelitian karena antara lain disebabkan oleh para
produsen jamu pada umumnya masih berpegang teguh teguh pada ramuan yang
diturunkan turun-temurun. Hasil, hingga saat ini obat tradisional masih
merupakan bahan pengobatan alternatif di samping obat modern.

Kandungan fitokimia yang terkandung didalamnya dapat berkhasiat


sebagai obat. Penelitian terhadap tanaman ini kebanyakan tertuju pada uji
fitokimia dan uji aktivasi, tetapi untuk literatur mengenai deskripsi, morfologi dan
uji mutu simplisia tanaman pacar air masih minim bahkan dalam buku Materia
Medika Indonesia pacar air belum diklarifikasi secara detail. Hanya beberapa
artikel dan e-book saja yang membahas tanaman

Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan perhatian yang


lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang terbuka, tetapi
juga permintaan pasar akan bahan baku obat tradisional ini terus meningkat untuk
kebutuhan domestik atau internasional. Hal ini tentunya juga akan berdampak
positif bagi peningkatan pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja baik
dalam usaha tani maupun dalam usaha pengolahannya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana teknik penyiapan pada simplisia?
2. Bagaimana cara penyimpanan dan pengawetan simplisia yang baik?
3. Bagaimana mengidentifikasi golongan senyawa kimia bersifat non polar

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pada makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui teknik penyiapan pada simplisia
2. Untuk mengetahui cara penyimpanan dan pengawetan simplisia yang
baik
3. Untuk mengidentifikasi golongan senyawa kimia bersifat non pola
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik Penyiapan Serbuk Simplisia


Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain
penyederhanaan merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral (Syamsul
dan Supomo, 2020).
Jenis-jenis simplisia,yaitu :
a) Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau tanaman eksudat. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertterpisah dari tanamannya.
b) Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh he wan dan belum berupa zat
kimia murni.
c) Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia murni.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk
memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang
berpengaruh, antara lain: Bahan baku simplisia, proses pembuatan simplisia
termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia, cara penepakan dan
penyimpanan simplisia. Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang
ditetapkan, maka ketiga faktor harus memenuhi persyaratan minimal yang
ditetapkan.
A. Bahan Baku
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati, merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi mutual simplisia. Sebagai sumber
simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan pembohong atau berupa
tanaman budidaya. Tumbuhan pembohong adalah tumbuhan yang tumbu
dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja
ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman
pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman
budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan simplisia
produksi, tanaman penyederhanaan dapat di perkebunan yang luas, dapat
diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari
atau tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan
pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat
(Mayasari dan Melvin, 2018).

B. Sortası basah
Sortası basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada penyederhanaan
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asiseperti tanah.,
kerikil, rumput, batang, daun. akar yang telah rusak. mengandung mikroba
dalam jumlah serta pengotoran lainnya harus dibuang. yang tinggi. oleh.
karena Tanah itu disebabkan bermacam-macam simplisia dari tanah yang
terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal (Mayasari dan Melvin,
2018).

C. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang menempel pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih, misalnya air dari mata udara, udara sumur atau mudah larut di
udara PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang dalam air yang
mengalir. cuci agar dilakukan dalam waktu yang seangkat mungkin. Cara
sortasi dan cuci sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pembelian kotor, maka
jumlah mikroba pada permukaan bahan penyederhanaan dapat bertambah
dan udara yang terdapat pada permukaan bahan tersebut. yang dapat
menipercepat pertumbuhan mikroba. Pada penyederhanaan akar, batang
atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk
mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah
dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan cuci jika cara pengupasannya
dilakukan dengan tepat dan bersih.

D. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan penyederhanaan dilakukan untuk kemudahan
proses pengeringan, bahan pengepakan dan penggilingan, tanaman yang
baru diambil jangan langsung diraja tapi dijemur dalam keadaan utuh
selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau. dengan alat
mesin perajang khusus diperoleh potongan-potongantipis atau pot ongan
dengan ukuran yang diharapkan.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan. semakin cepat
menguap udara, sehingga waktu pengeringan. Akan tetapi bagian yang
terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurang atau gudang zat berkhasiat
yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau Dan rasa
yang diinginkan. Oleh karena itu bahan penyederhanaan seperti
temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya. dihindari
perajangan yang terlalu tipis untuk menc egah berkurangny kadar minyak
atsiri. Selama Penjemuran. perajangan sebelum seharusnya perajangan
jumlah mikroba diperlukan tidak untuk bertambah. mengurangi pewarnaan
akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan
sinar matahari selamat satu hari (Supriningrum dkk., 2021)
E. Pengeringan
Tujuan pengeringan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan dihentikan reaksi enzimatik akan
dicegah Penurunan mutu atau kerusakan simplisia. Udara yang tersisa
dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan
kapang dan jasad renik lainnya enzim tertentu dalam sel, masih dapat
bekerja menguraikan senyawa aktif sewaktu-waktu setelah sel mati dan
selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak lebih disukai
menggu nak alat dari plastik. Bahan simplisia yang mengandung senyawa
aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada
suhu serendah mungkin, misalnya 30⁰ sampai 45° C atau dengan cara
menghilangkan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam
ruang atau lemari, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga
tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap
pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses
pengeringan. Berbagai cara telah dikenal dan digunakan orang. Pada
dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alami dan
buatan (Rivai dkk., 2014).
➢ Pengeringan Alamiah. Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung
dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dengan panas
sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk membebani bagian
tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya,
dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan
sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu
cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara biarkan bagian
yang dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa
kondisi yang dikontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan
cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung pada keadaan iklim.
➢ Pengeringan Buatan. Prinsip pengeringan Buatan Adalah sebagai berikut
"udara dihargai oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin
disel atau listrik, udara panas dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari
yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas
rak-rak Pengeringan". Dengan prinsip ini dapat dibuat suatu alat
Pengeringan yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup
baik. Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia
dengan bersama yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata
dan tepat waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh
keadaan cuaca. Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat
tergantung pada jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya.
Beberapa penyederhanaan yang dapat tahan lama dalam penyimpanan
jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia mungkin
lainnya masih dapat bertahan selama penyimpanan dengan kadar air 10
sampai 12%.

F. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda
asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masil ada dan tertinggal di simplisia
kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk
kemudian disimpan. Seperti seperti halnya pada sortasi awal, sortasi
disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia
bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang besar dan
harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan
benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia
terbungkus (Rivai dkk., 2014).
G. Penyimpanan Dan Pengepakan
Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan
penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai,
dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan
memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan
maupun penyimpanannya. Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak
bereaksi(inert) dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya
reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan sebagainya pada simplisia.
(Saputri dan Ria, 2020).

2.2 Penyimpanan dan Pengepakan Simplisia


Selama penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada
simplisia, kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu,
sehingga simplisia yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan. Oleh
karena itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal yang dapat
menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan,
pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan
pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya. Penyebab utama pada kerusakan
simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Untuk dapat disimpan dalam
waktu lama, simplisia harus dikeringkan terlebih dahulu sampi kering,
sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan kerusakan pada
simplisia (Saputri dan Ria, 2020).
Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai
memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau
ngengat yang temasuk golongan hewan serangga atau insekta. Berbagai jenis
serangga yang dapat menimbulkan kerusakan pada hampir semua jenis
simplisia yang berasal dari tumbuhan dan hewan, biasanya jenis serangga
tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula. Kerusakan pada penyimpanan
simplisia yang perlu mendapatkan perhatian juga ialah kerusakan yang
ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus.
Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan
penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai,
dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan
memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan
maupun penyimpanannya
Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan
isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa,
warna, bau dan sebagainya pada simplisia. Selain itu wadah harus melindungi
simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga serta mempertahankan
senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya
uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk
simplisia yang tidak tahan terhadap sinar, misalnya yang banyak mengandung
vitamin, pigmen atau minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisa
terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastic atau botol yang berwarna
gelap, kaleng dan lain sebagainya.
Penyimpanan simplisia kering, biasanya dilakukan pada suhu kamar
(15 sampai 30 celcius) , tetapi dapat pula dilakukan ditempat sejuk (5 sampai
15 celcius), atau tempat dingin (0 sampai 5 celcius), tergantung dari sifat dan
ketahanan simplisia tersebut. Kelemaban udara di ruang penyimpanan
simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah
terjadinya penyerapan uap air (Saputri dan Ria, 2020).

2.3 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Bersifat Non Polar


➢ Uji Ketidakjenuhan
Derajat ketidakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin. Jumlah
garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan.
Semakin besar bilangan iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya. Uji
ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji
merupakan asam lemak jenuh atau asam lemak tidak jenuh. Uji
Ketidakjenuhan dilakukan dengan cara sampel minyak ditambahkan 10
mL kloroform lalu ditambahkan pereaksi Hubl. Iod Hubl digunakan
sebagai indikator perubahan. Reaksi positif ditandai dengan timbulnya
warna merah muda, lalu warna kembali lagi menjadi warna asal (bening).
Warna yang kembali ke warna asal menandakan bahwa banyak ikatan
rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Warna merah muda hilang
selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi
pereaksi Iod Hubl. (Fitriana dan Adhista, 2019).
➢ Uji Akrolein
Uji akrolein merupakan uji yang bertujuan untuk menunjukkan ada
atau tidaknya akrolein dan gliserol. Ketika lemak dipanaskan dan
terdehidrasi, maka akan ditemukan akrolein yang memiliki bau lemak
terbakar dengan asap putih. Uji akrolein untuk gliserol merupakan uji
terhadap gliserol yang tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol
sehingga terbentuk senyawa akrolein dengan bantuan KHSO4. Apabila
gliserol dicampur dengan KHSO4 dan dipanaskan dengan hati-hati, akan
timbul bau khas yang tajam seperti bau lemak yang terbakar yang
disebabkan oleh terbentuknya akril aldehida. Oleh karena timbulnya bau
yang tajam itu, akrolein mudah diketahui dan reaksi ini telah dijadikan
reaksi untuk menentukan adanya gliserol seperti lemak dan minyak
(Fitriana dan Adhista, 2019).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kemsipulan
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Cara pengemasan simplisia tergantung
pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk
pengemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan
simplisia dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan
pengangkutan maupun penyimpanannya.

3.2 Saran
Saran untuk teman kelompok mohon kerjasamanya dalam pembuatan
makalah ini agar makalah yang dibuat dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR ISI

Mayasari, U., dan Melfin, T.L. 2018. Karakterisasi Simplisia Dan Skrining
Fitokimia Daun Jeruk Kemun (Citrus limon L). KLOROFIL. Vol. 2 (1).

Nurfitriani, Y.A.N., dan Ardhista, S.F. 2019. Uji Lipid pada Minyak Kelapa,
Margarin, dan Gliserol. Jurnal Sainteks. Vol. 16 (1).

Rivai, H., Gusmi, F., dan Humairah, F. 2014. Pembuatan Dan Karakterisasi
Kering Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.). Jurnal
Farmasi Higea. Vol. 6 (1).

Saputri, R.K., dan Ria I.K.P. 2020. Farmakologi. Jakad Media Publishing :
Jakarta.

Spuriningrum, R., Reksi, S., Triswanto, S., Eka, K., dan Rakhmadhan, M. 2021.
Karakterisasi Simplisia Dan Ektrak Kulit Batang Sekilang (Embelia
borneensis Scheff.). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. Vol. 6 (2).

Syamsul, E.S., dan Supomo, S.T. 2020. Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Pidada Merah (Sonneratia
caseolaris L). Jurnal Riset Kimia. Vol. 6 (3).

Anda mungkin juga menyukai