Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI
PEMBUATAN SIMPLISIA

Dosen Pengampu :
Apt. Ayu Werawati, S.Si, M.Fram.
Disusun Oleh :
Iga Mawarni 221030790496
Lidia Novia 221030790499
Nadin Maharani 221030790501
Pitri Handayani 221030790513
Salsa Diva Aidy 221030790493
Siti Yulina Sari 221030790540
Syallommitha Sarah Vinna 221030790269
Kelompok 2
03FKKP010

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


S1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS
TANGERANG SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridha-Nya yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan judul
“PEMBUATAN SIMPLISIA”. Maksud dari penyusunan laporan ini ialah untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh Ibu Dosen Pengampu penulis yaitu Apt.Ayu Werawati,
S.Si, M.Fram sebagai tugas laporan awal praktikum salah satu mata kuliah Praktikum
Farmakognosi.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan prakikum ini masih banyak kekuranganya baik
dari struktur pembuatan maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran.
Penulis sampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada diri penulis dapat berusaha
menyelesaikan proses pembuatan laporan praktikum ini.

Demikian jurnal pendahuluan praktikum penulis, semoga bermanfaat bagi para pembaca
maupun penulis lainnya.

Tanggerang Selatan, 22 September 2023

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

BAB II.............................................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................4

2.1 Teori Dasar......................................................................................................................4

BAB III.........................................................................................................................................12

METODE PENELITIAN............................................................................................................12

3.1 Alat dan Bahan..............................................................................................................12

A. Alat.....................................................................................................................................12

B. Bahan.................................................................................................................................12

3.2 Prosedur Kerja..............................................................................................................12

BAB IV..........................................................................................................................................14

HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................14

4.1 Hasil Percobaan.............................................................................................................14

4.2 Pembahasan...................................................................................................................24

BAB V...........................................................................................................................................27

KESIMPULAN............................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................28

LAMPIRAN.................................................................................................................................30

LAMPIRAN.................................................................................................................................31

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat memahami prinsip pembuatan simplisia
2. Agar mahasiswa dapat melakukan pembuatan simplisia
1.2 Prinsip
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali
diperguakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dinyatakan lain berupa bahan yang telah di keringkan. Simplisia adalah bahan alamiah
yang dipergunakan sebagai obat tradisional dan belum mengalami pengolahan apapun
juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia dibagi atau
dibedakan menjadi tiga golongan / macam, yakni : simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan (mineral) (Depkes RI, 2000).
Dalam percobaan pembuatan simplisia jahe dan daun sambiloto, simplisisa dibuat
dari sampel jahe dan sampel daun sambiloto dengan menggunakan metode yang telah
ditentukan. Pembuatan simplisia jahe dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan
penyimpanan, penggilingan, pengayakan, penyimpanan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
A. Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Pengeringan dapat dilakukan dengan
penjemuran di bawah sinar matahari, diangin-angin, atau menggunakan oven, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan dengan oven tidak lebih dari 60° (Farmakope
Herbal Indonesia Edisi II Tahun 2017).
B. Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian
tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa murni.
Simplisia Nabati ialah Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura
Folium dan Piperis nigri Fructus. Simplisia nabati sering berasal dan berupa
seluruh bagian tumbuhan, tetapi sering berupa bagian atau organ tumbuhan
seperti akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan sebagainya.
Di samping itu, terdapat eksudat seperti gom, lateks, tragakanta, oleoresin, dan
sebagainya (Farmakope Herbal Indonesia Edisi II Tahun 2017).

2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
Simplisia hewani merupakan simplisia atau bahan yang berasal dari hewan
meliputi kulit, daging ataupun tulang, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris
asselli) dan madu (Mel depuratum).

4
3. Simplisia Mineral
Simplisia mineral berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau
telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh
serbuk seng dan serbuk tembaga (Dep.Kes RI, 1989).
C. Klasifikasi Bahan :
1. Rimpang jahe
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Viridiplantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber Mil
Spesies : Zingiber officinale Roscoe
Tanaman jahe berasal dari Cina dan yang dikenal sebagai sebuah negara
India dimana jahe digunakan sebagai obat (Abdo et al., 2021). Bangsa Romawi
dan Yunani menerima jahe dari para pedagang Arab yang membawanya dari
India (Akroum, 2020). Sedangkan jahe diperkenalkan ke Jamaika sekitar tahun
1952, yang kemudian masuk ke Karibia.
Jahe (Zingiber officinale Rose) mempunyai banyak nama di seluruh
Indonesia. Daerah yang berada di Pulau Sumatra mengenalnya dengan nama halia
(Aceh), beuing (Gayo), bahing (Karo), alia (Melayu), pege (Toba), sipode
(Mandailing), lahya (Komering) lahia (Nias), sipodeh (Minangkabau), page
(Lubu), dan jahi (Lampung). Nama jahe mungkin berasal dari pulau Jawa karena
memiliki kemiripan seperti jahe dalam bahasa funda, jae (Jawa), jhai (Madura).
dan ja Kangean) (John et al., 2022).
Tanaman ini merupakan tumbuhan terna tahunan yang berbatang semu. Jahe
mengandung minyak atsiri yang terdiri atas resin n-nonylaldehyde, caprylate,
citral, d-camphene, cineol, chavicol d-B-phellandrene, geraniol, metal heptenone,
linalool, d-borneol, zingiberene, zingiberol dan pati. Senyawa yang menyebabkan
rasa pedas adalah oleoresin dengan kandungan 3 -4 %. Oleoresin dapat diekstrak

5
dengan alcohol, aseton dan ester. Komponen utama oleoresin adalah gingerol,
shogaol dan resin (Rukmana, 2004).
Jahe putih (Zingiber officinale var. amarum) termasuk Famili Zingiberaceae
yang merupakan tanaman herba menahun, berakar serabut, dan termasuk kelas
monokotil atau berkeping satu (Balfas, 2017). Jahe tumbuh subur di ketinggian
10-1500 m dpl, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500-950 m dpl. Suhu yang
diperlukan untuk pertumbuhan jahe optimal adalah 25- 30°C (Novpriansyah,
2015).
Tanaman jahe merupakan tema tahunan, hidup merumpun, berkembang
biak, dan menghasilkan bentuk rimpang beragam (Wang et al., 2021).
Karakteristik morfologi tumbuhan yang bisa diamati antara lain bagian-bagian
daun dan bentuknya, tipe daun, tataletak daun, bentuk batang, arah tumbuh
batang, percabangan batang, sistem perakaran serta bentuk akar (Waryanto,
2019). Berbatang semu, dan berdiri tegak dengan ketinggian mencapai 0,75 m.
Tanaman jahe antara lain memiliki akar serabut. Tanaman jahe beruas-ruas yang
menyalar di bawah tanah (Rismunandar, 2018). Batang jahe berupa umbi untuk
menyimpan cadangan makanan (rhizoma) (Salem et al., 2021). Daun tanaman
jahe panjang dengan tulang daun sejajar (Savio, Selvan, Senthil, et al., 2021).
Tanaman jahe memiliki khasiat sebagai anti oksidan, anti inflamasi, anti
bakteri dan karminatif. Tanaman ini termasuk salah satu komoditi unggulan
dalam menggalakkan komoditi non migas, sehingga mendapat perhatian untuk
dikembangkan di Indonesia (Savio, Selvan, Murugesan, et al., 2021). Jahe
berkhasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan yang berisiko terhadap kanker
usus besar dan sembelit, menyembuhkan penyakit flu, meredakan mual-mual
pada wanita yang sedang hamil, mengurangi rasa sakit saat siklus menstruasi,
mengurangi risiko serangan kanker colorectal, dan membantu meningkatkan
kesehatan jantung (Melati, 2015). Jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var.
rubrum) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaat
jahe merah yaitu sebagai bahan obat herbal pencegahan COVID-19 (Lian &
Rama, 2021).

6
2. Sambiloto
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Viridiplantae
Infra kingdom : Streptophyta
Super divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super ordo : Asteranae
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis Wall. ex Nees
Spesies : Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall ex Nees

Sambiloto dikenal sebagai "King of Bitters" bukan tumbuhan asli Indonesia,


tetapi diduga berasal dari India. Menurut data spesimen yang ada di Herbarium
Bogoriense di Bogor, sambiloto sudah ada di Indonesia sejak 1893. Di India,
sambiloto adalah tumbuhan liar yang digunakan untuk mengobati penyakit
disentri, diare, atau malaria.
Daun sambiloto dengan nama latin andrograpis paniculata dikenal dengan
berbagai nama lokal atau nama daerah, diantaranya: Ki oray, ki peurat, takilo
(Sunda); bidara, sadilata, sambilata, takila (Jawa); pepaitan (Sumatra); chuan xin
lian, yi jian xi, lan he lian (China); xuyen tam lien, cong cong (Vietnam); kirata,
mahatitka (India/Pakistan); creat, green chiretta, halviva, kariyat (Inggris).
(Azzamy, 2017).
Tanaman sambiloto merupakan tanaman terna semusim dengan tinggi 50-90
cm. Memiliki batang yang disertai dengan banyak cabang berbentuk segi empat
dengan nodus yang membesar. Bentuk daun tunggal dengan tangkainya yang
pendek, letaknya berhadapan bersilang, berbentuk lanset, pangkal dan ujungnya
meruncing namun tepinya rata. Berwarna hijau tua pada permukaan atas, hijau
muda pada bagian bawah. Panjang daun 2-8cm dengan lebar 1-3 cm. Bunga

7
berbentuk tabung, berukuran kecil, warnanya putih bernoda ungu. Perbungaan
rasemosa yang bercabang membentuk malai dan keluar dari ujung batang. Buah
berbentuk jorong, mempunyai panjang sekitar 1,5cm dan lebar 0,5 cm, pangkal
dan ujungnya tajam. Bila sudah masak akan pecah menjadi 4 keping. (Azzamy,
2017).
Kandungan lain dari sambiloto berupa tanin, saponin dan alkaloid yang juga
memiliki khasiat - khasiat dalam pengobatan tradisional maupun modern.
Sambiloto dapat digunakan sebagai obat modern bagi beberapa penyakit seperti
flu, sinusitis, bronkitis, faringotonsilitis, infeksi saluran kemih dan diare akut
(Dalimunthe, 2009). Daun sambiloto juga digunakan sebagai obat tradisional
seperti pengobatan disentri basiler, kolitus, batuk, dispepsia, demam, hepatitis,
malaria, luka, tuberkulosis, gigitan ular berbisa, cacar air dan luka bakar (Yanti
dan Mitika, 2017).
D. Tahapan pembuatan simplisia nabati adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Bahan Baku
Senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
a. Bagian tanaman yang digunakan.
b. Umur tanaman yang digunakan.
c. Waktu panen.
d. Lingkungan tempat tumbuh.
Pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai berikut :
a. Biji
Diambil saat buah mulai mengering atau sebelum pecah.
b. Buah
Dilakukan saat menjelang masak, setelah masak, dengan cara melihat
perubahan warna atau bentuk dari buah.
c. Bunga
Pada saat mendekati penyerbukan, pada saat bunga masih kuncup atau saat
bunga sudah mulai mekar
d. Daun atau herba

8
Panen daun dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal,
dimana saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.
e. Kulit batang
Pengambilan dilakukan saat tumbuhan telah cukup umurnya, tidak
mengganggu pertumbuhan.
f. Umbi lapis
Pada saat pertumbuhan dan perkembangan suda mencapai besar maksimum
dan pada bagian diatas berhenti.
g. Rimpang
Saat musim kering dapat dilakukan pengambilan.
h. Akar
Panen dilakukan saat proses pertumbuhan berhenti.

2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar
suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang,
daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena
itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah
mikroba awal.

3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya
air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat
yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam
waktu yang sesingkat mungkin.

4. Perajangan atau pengubahan bentuk

9
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan
alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki. 3 Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin
cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi
irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat
berkhasiat yang mudah menguap.

5. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan
mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar
tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara
pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300˚C sampai
90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C.

6. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang
masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum
sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Serbuk dari simplisia memiliki
beberapa persyaratan yaitu: 1. Kadar air. Tidak lebih dari 10 %. 2. Angka
lempeng total. Tidak lebih dari 10 3. Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari
10 4. Mikroba patogen. Negatif. 5. Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj. Untuk
penggunaan bahan tambahan seperti pengawet, serbuk dengan bahan baku

10
simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet. Wadah dan penyimpanan untuk
serbuk simplisia ialah dalam wadah tertutup baik; disimpan pada suhu kamar,
ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari.

7. Pengemasan dan Penyimpanan


Pengemasan dilakukan dengan bahan atau wadah yang tidak mengandung
bahan berbahaya atau toksik jika digunakan sebagai tempat penyimpanan
simplisia. Selanjutnya dikemasan diberi lebel yang bertuliskan nama bahan dan
bagian tanaman yang digunakan untuk meminimalisir kerusakan atau berubahnya
mutu simplisia.

8. Penggilingan
Dilakukan penggilingan untuk membuat tekstur simplisia menjadi serbuk jika
simplisia yang digunakan akan dibuat serbuk.

9. Pengayakan
Tujuan pengayakan yaitu untuk memisahkan simplisia yang telah digiling
apabila ada ukuran yang belum rata agar menjadi bentuk granul yang lebih
seragam.

10. Penyimpanan
Simplisia ditempatkan ditempat yang kering, tidak lembab dan terhindar dari
sinar matahari langsung. Selanjutnya pada kemasan diberi label bertuliskan nama
bahan dan bagian tanaman yang digunakan.

11
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Pisau
2. Talenan
3. Nampan atau tampah
4. Bak cuci
5. Kain bersih
6. Saringan
7. Blender
8. Wadah
9. Plot plastik
10. Kertas perkamen

B. Bahan
1. Rimpang jahe
2. Daun sambiloto

3.2 Prosedur Kerja


1. Pengambilan bahan baku, dilakukan dengan panen bahan baku yang akan digunakan.
Contoh akan menggunakan bahan baku daun sambiloto, panen dilakukan dengan
memetik langsung daun dari pohonnya dengan mengambil daunnya saja
2. Bahan disortasi basah, dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan
tumbuhan lain atau bagian tumbuhan lain dan bagian tumbuhan yang rusak.
3. Cuci dengan air mengalir hingga bersih, biarkan hingga tiris.

12
4. Ubah bentuk meliputi perajangan (rimpang, daun, herba), pengupasan (buah,
bijibijian yang besar), pemotongan (akar, batang, ranting).
5. Keringkan dengan cara yang sesuai berdasarkan jenis bagian tumbuhan dan
kandungan zat aktifnya.
6. Lakukan sortasi kering pada simplisia yang sudah dikeringkan.
7. Kemas dan simpan simplisia yang sudah dikeringkan pada tempat atau wadah yang
tidak mengandung bahan berbahaya atau toksik jika digunakan sebagai tempat
penyimpanan simplisia.
8. Lakukan penggilingan menggunakan blender
9. Lakukan pengayakan agar serbuk simplisia menjadi lebih seragam
10. Simpan simplisia pada tempat yang kering, tidak lembab dan terhindar dari sinar
matahari langsung

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


No Sampel Keterangan

Rimpang Jahe
Organoleptis:
(Zingiber officinale Roscoe)
a) Warna : Kuning
b) Bau : Khas, Aromatis
1.
c) Bentuk : Serbuk
d) Rasa : Khas rempah (pedas)

Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata)
Organoleptis:
e) Warna : Hijau tua
f) Bau : Khas, Aromatis
2.
g) Bentuk : Serbuk
h) Rasa : Sangat pahit

14
Pembuatan Simplisia Jahe

No Proses Gambar Keterangan


1. Pengumpulan Pengumpulan bahan baku
Bahan Baku jahe dilakukan dengan
pembelian jahe di pasar

2. Sortasi Basah Melakukan pembersihan


jahe dari kotoran seperti
debu dan tanah yang
menempel

15
3. Pencucian Jahe dicuci dengan
menggunakan air keran
mengalir yang diletakkan
di dalam baskom sambal
dibersihkan dari kotoran
yang menempel

4. Pengubahan Perubahan bentuk


Bentuk dilakukan dengan
perajangan menggunakan
pisau sehingga diperoleh
irisan tipis

5. Pengeringan Jahe dikeringkan dibawah


sinar matahari langsung
yang berlangsung selama
2-3 hari, pengeringan
dilakukan untuk
mengurangi kadar air yang
terdapat didalam jahe

16
6. Sortasi kering Dilakukan sortasi kering
dengan memisahkan debu-
debu yang masuk ke dalam
wadah saat proses
pengeringan

7. Pengemasan dan Jahe dikemas sementara di


Penyimpanan dalam wadah kering

17
8. Penggilingan Jahe yang sudah kering,
dilakukan penggilingan
dengan menggunakan
bantuan blender untuk
membuat bentuk jahe
menjadi serbuk halus

9. Pengayakan Dilakukan pengayakan


dengan menggunakan
bantuan saringan untuk
mendapatkan serbuk jahe
yang sudah digiling lebih
seragam

18
10. Penyimpanan Penyimpanan simplisia
jahe ditempatkan pada
wadah yang berupa pot
plastik kering

Pembuatan Simplisia Daun Sambiloto

No Proses Gambar Keterangan

19
1. Pengumpulan Pengumpulan bahan baku
Bahan Baku daun sambiloto dilakukan
dengan memetik langsung
di kebun

2. Sortasi Basah Melakukan pembersihan


daun sambiloto,
dibersihkan langsung
dengan menggunakan
tangan

20
3. Pencucian Daun sambiloto dicuci
dengan menggunakan air
keran mengalir yang
diletakkan di dalam
baskom sambal
dibersihkan dari kotoran
yang menempel

4. Pengubahan Perubahan bentuk


Bentuk dilakukan dengan
pengambilan daun dari
batangnya

21
5. Pengeringan Daun sambiloto
dikeringkan dibawah sinar
matahari langsung yang
berlangsung selama 2-3
hari, pengeringan
dilakukan untuk
mengurangi kadar air yang
terdapat didalam daun
sambiloto

6. Sortasi kering Dilakukan sortasi kering


dengan memisahkan debu-
debu yang masuk ke dalam
wadah saat proses
pengeringan

22
7. Pengemasan dan Daun sambiloto dikemas
Penyimpanan sementara di dalam wadah
kering

8. Penggilingan Daun sambiloto yang


sudah kering, dilakukan
penggilingan dengan
menggunakan bantuan
blender untuk membuat
bentuk daun sambiloto
menjadi serbuk halus

23
9. Pengayakan Dilakukan pengayakan
dengan menggunakan
bantuan saringan untuk
mendapatkan serbuk daun
sambiloto yang sudah
digiling lebih seragam

10. Penyimpanan Penyimpanan simplisia


daun sambiloto
ditempatkan pada wadah
yang berupa pot plastik
kering

4.2 Pembahasan
Menurut Depkes RI, 2000 simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain
berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah di keringkan. Simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional dan belum mengalami
pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan.

24
Simplisia dibagi atau dibedakan menjadi tiga golongan macam, yakni : simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelican.
Pada praktikum kali ini telah dilakukan pembuatan simplisia. Sampel yang
digunakan yaitu Rimpang Jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan Herba Sambiloto
(Andrographis paniculate).
Pada percobaan percobaan pertama dilakukan pembuatan simplisa menggunakan
rimpang jahe. Tanaman ini merupakan tumbuhan terna tahunan yang berbatang semu.
rimpang jahe berkhasiat sebagai obat perangsang selaput lendir, obat peluruh keringat,
obat rematik, sakit kepala, mulas, batuk keringm penyakit kulit, luka, cacingan, luka lecet
karena duri, radang tenggorokan, sengatan binatang, selesma lambung, tonikum,
penghangat tubuh, penambah nafsu makan, pencahar, penguat lambung dan peluruh
angin.
Pada pembuatan simplisia jahe, alat dan bahan yang digunakan antara lain pisau,
talenan, nampan atau tampah, bak cuci, kain bersih, saringan, blender, wadah, plot
plastik, kertas perkamen dan rimpang jahe. Proses pembuatannya yaitu pertama-tama
dilakukan pengumpulan bahan baku jahe, pengumpulan dilakukan dengan pembelian jahe
di pasar. Selanjutnya melakukan sortasi basah, sortasi basah dilakukan dengan
pembersihan jahe dari kotoran seperti debu dan tanah yang menempel. Jahe dicuci
dengan menggunakan air keran mengalir yang diletakkan di dalam baskom sambal
dibersihkan dari kotoran yang menempel. Kemudian dilakukan pengubahan bentuk,
perubahan bentuk dilakukan dengan pengambilan daun dari batangnya. Jahe dikeringkan
dibawah sinar matahari langsung yang berlangsung selama 2-3 hari, pengeringan
dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat didalam jahe. Dilakukan sortasi
kering dengan memisahkan debu-debu yang masuk ke dalam wadah saat proses
pengeringan. Dilakukan sortasi kering dengan memisahkan debu-debu yang masuk ke
dalam wadah saat proses pengeringan. Jahe dikemas sementara di dalam wadah kering,
tidak lembab dan tidak berbau. Jahe yang sudah kering, dilakukan penggilingan dengan
menggunakan bantuan blender untuk membuat bentuk jahe menjadi serbuk halus.
Dilakukan pengayakan dengan menggunakan bantuan saringan untuk mendapatkan
serbuk jahe yang sudah digiling lebih seragam. Penyimpanan simplisia jahe ditempatkan
pada wadah yang berupa pot plastik kering.

25
Setelah dilakukan pembuatan simplisia, didapatkan hasil yaitu berwarna kuning,
memiliki bau khas (aromatis) yaitu bau jahe yang sangat kuat, berbentuk serbuk atau
granul dan memiliki rasa khas rempah atau rasa pedas yang kuat saat dirasakan.
Pada percobaan percobaan pertama dilakukan pembuatan simplisa menggunakan
herba sambiloto atau daun sambiloto. Sambiloto dapat digunakan sebagai obat modern
bagi beberapa penyakit seperti flu, sinusitis, bronkitis, faringotonsilitis, infeksi saluran
kemih dan diare akut.
Pada pembuatan simplisia daun sambiloto atau herba sambiloto, alat dan bahan
yang digunakan antara lain pisau, talenan, nampan atau tampah, bak cuci, kain bersih,
saringan, blender, wadah, plot plastik, kertas perkamen dan rimpang jahe. Proses
pembuatannya yaitu pertama-tama dilakukan pengumpulan bahan baku daun sambiloto,
pengumpulan dilakukan dengan memetik langsung di kebun. Selanjutnya melakukan
sortasi basah, sortasi basah dilakukan dengan Melakukan pembersihan daun sambiloto,
dibersihkan langsung dengan menggunakan tangan. Daun sambiloto dicuci dengan
menggunakan air keran mengalir yang diletakkan di dalam baskom sambal dibersihkan
dari kotoran yang menempel. Kemudian dilakukan pengubahan bentuk, perubahan
bentuk dilakukan dengan pengambilan daun dari batangnya. Daun sambiloto dikeringkan
dibawah sinar matahari langsung yang berlangsung selama 2-3 hari, pengeringan
dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat didalam jahe. Dilakukan sortasi
kering dengan memisahkan debu-debu yang masuk ke dalam wadah saat proses
pengeringan. Dilakukan sortasi kering dengan memisahkan debu-debu yang masuk ke
dalam wadah saat proses pengeringan. Daun sambiloto dikemas sementara di dalam
wadah kering, tidak lembab dan tidak berbau. Daun sambiloto yang sudah kering,
dilakukan penggilingan dengan menggunakan bantuan blender untuk membuat bentuk
jahe menjadi serbuk halus. Dilakukan pengayakan dengan menggunakan bantuan
saringan untuk mendapatkan serbuk jahe yang sudah digiling lebih seragam.
Penyimpanan simplisia daun sambiloto atau herba sambiloto ditempatkan pada wadah
yang berupa pot plastik kering.
Setelah dilakukan pembuatan simplisia, didapatkan hasil yaitu berwarna hijau tua,
memiliki bau khas (aromatis) yaitu daun sambiloto yang sangat menusuk, berbentuk
serbuk atau granul dan memiliki rasa sangat pahit saat dirasakan.

26
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum, Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan


sebagai obat yang belummengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan, simplisia biasa digunakan untuk ekstraksi zat ilimiah dari suatu
bahan, Tahapan proses pembuatan simplisia meliputi pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, pencucian, pengeringan, pengayakan atau penghalusan dan penyimpanan. Hasil
yang didapatkan dari proses pembuatan simplisia jahe yaitu berwarna kuning, memiliki
bau khas (aromatis), berbentuk serbuk dan memiliki rasa khas rempah (pedas). Pada
simplisia daun sambiloto yaitu berwarna hijau tua, memiliki bau khas aromatis,
berbantuk serbuk dan memiliki rasa sangat pahit.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdo, M., El-sayed, S. A. E., & Igarashi, I (2021). Parasitology International


Evaluation of the inhibitory effect of Zingiber officinale rhizome on
Babesia and Theileria parasites. Parasitology International, 102431.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

Akroum $. (2020). Activité antimicrobienne des extraits de Rosmarinus officinalis et


Zingiber officinale sur les espèces du genre Candida et pneumoniae. sur
Streptococcus Annales Pharmaceutiques Francaises, 6-13.

Sugiarti, L., & Setyawati, T. (2017). Karakteristik Mutu Simplisia Rimpang Jahe Di
PJ. Cap Klanceng Kudus. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Masyarakat Cendekia Utama, 6(1).

Murugesan, S, Venkateswaran, MR. Jayabal, S., & Periyasamy, S (2020). South


African Journal of Botany Evaluation of the antioxidant and anti-arthritic
potential of Zingiber of fi cinale Rose by in vitro and in silico analysis
130.

Sugiarti, L., & Setyawati, T. (2017). Karakteristik Mutu Simplisia Rimpang Jahe Di
PJ. Cap Klanceng Kudus. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Masyarakat Cendekia Utama, 6(1).

Ratnani, R. D., Hartati, I., Anas, Y., & D_Khilyati, D. D. (2017). Standardisasi
spesifik dan non spesifik ekstraksi hidrotropi andrographolid dari

28
sambiloto (Andrographis paniculata). Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi
Klinik, 147-155.

Wang, Y., Chinnathambi, A., Nasif, O., & Ali, S. (2021). Green synthesis and
chemical characterization of a novel anti-human pancreatic cancer
supplement by silver nanoparticles containing Zingiber officinale leaf
aqueous extract. Arabian Journal of Chemistry 14(4). 103081.

John, O., Ronald, B., Gbenga, A., Stephen, A., Sunday, O., Dayo, O., Oluwaseyi, F.,
Leviticus, A., Olubunmi, O., Joseph, E., Dorcas, T., Toluwanimi, A., &
Joshua, O. (2022). Phytomedicine Plus Localised streptozotocin-induced
structural and cognitive changes in the hippocampal cornu ammonis
1( CA-1) neurons and mitigating effects of Zingiber officinale.
Phytomedicine Plus, 2(1), 100162.

29
LAMPIRAN

Gambar 1 pembelian jahe Gambar 2 sortasi basah Gambar 3 pencucian

Gambar 4 perajangan Gambar 5 pengeringan Gambar 6 sortasi kering

Gambar 7 penyimpanan Gambar 8 penghalusan Gambar 9 penyimpanan

sementara

30
LAMPIRAN

Gambar 1 Pengambilan daun Gambar 2 sortasi basah Gambar 3 pencucian

Gambar 4 penyusunan Gambar 5 pengeringan Gambar 6 sortasi kering

Gambar 7 penyimpanan Gambar 8 penghalusan Gambar 9 penyimpanan

sementara

31

Anda mungkin juga menyukai