Anda di halaman 1dari 27

Bedah Kasus

Kelompok 1
Anggota kelompok
Ade Lia Puspita 221030790489
Eka Aura Pangastuti 221030790483
Intan Risty Anggun T. 221030790485
Quin Hemas Maheswari 221030790492
Raihan Sayyid Zaky H. 221030790482
Vika Khairunnisa 221030790484
Windi Astuti 221030790505
Nyonya A usia 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut, mual, muntah 5
kali, pada konjungtiva didapatkan ikterik, kulit, dan kuku berwarna kuning. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium di dapatkan hasil SGPT 150, SGOT 250, Albumin 0,8,
ureum 300, kreatinin 5, EGFR 9,8 ml/menit, HB 9, terapi yang diperoleh :
- ceftriaxone injeksi 2 dd 1 gram - natrium bikarbonat tab 3 dd 1
- paracetamol injeksi 3 dd 1 gram - omeprazole injeksi 3 dd 40 mg
- amlodipine tab 2 dd 10 mg - ondancentron injeksi 3 dd 8 mg
- candestartan tab 2 dd 16 mg - posofit tab 3 dd 1
- adalat oros tab 1 dd 30 mg
- levofloxacin IV 1 dd 750 mg
- curcuma tab 3 dd 1
DX : liver injury, CKD st V on HD, Hiponatremia
01
Mekanisme Kerja
Dari masing-masing obat
1. Ceftriaxone injeksi
Memiliki mekanisme kerja dengan cara membunuh bakteri dengan menginhibisi sintesis
dinding sel bakteri.
2. Paracetamol injeksi
Bekerja dengan cara mengurangi zat prostaglandin yaitu zat yang menyebabkan peradangan.
Ketika kadar prostaglandin di dalam tubuh berkurang, maka peradangan seperti demam dan
nyeri pun akan berkurang.
3. Amlodipin tab
Bekerja dengan cara menghambat influks kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah
dan sel miokardium, sehingga menurunkan resistensi vascular perifer.
4. Candestartan tab
Bekerja dengan cara menghambat pengikatan angiotensin II ke reseptor AT1 pada jaringan
tubuh. Hal ini mengakibatkan pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi
lancar dan tekanan darah akan menurun.
5. Adalat oros
Bekerja dengan cara merelaksasi otot otot jantung dan pembuluh darah.
6. Levofloxacin
Bekerja dengan cara melalui hambatan DNA gyrase, suatu enzim topoisomerase tipe II.
7. Curcuma
Bekerja dengan cara menghambat sitokin berlebihan di dalam tubuh.
8. Natrium bikarbonat
Bekerja pada tubuh sebagai alkalizer sistemik. Dengan meningkatkan plasma bikarbonat
pada darah, senyawa ini menyangga konsentrasi ion hydrogen berlebih sehingga
meningkatkan pH darah.
9. Omeprazole injeksi
Bekerja dengan cara menghambat pompa proton yang berperan besar dalam produksi asam
lambung, obat ini dapat mengurangi gejala iritasi di dinding lambung.
10. Ondancentron injeksi
Bekerja dengan cara menghambat reseptor serotonin di saluran cerna dan system
persafan pusat, senyawa kimia alami yang merangsang timbulnya mual dan muntah.
11. Posafit
Bekerja dengan cara menghasilkan asam amino, protein, Albumin, Vitamin A Dan
B6 yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka
02
Dosis maksimal
Dari masing-masing obat
1. Cefriaxone injeksi
Dewasa : IM/IV 1-2 g sehari (atau dalam 2 dosis terbagi), maksimum 4 g sehari. Anak-anak : IM/IV 50
mg/kg 1 x sehari
2. Paracetamol injeksi

3. Amlodipine tab
Dosis awal: 5 mg 1 kali/hari, dapat ditingkatkan hingga maksimum 10 mg. Pasien
lemah, lansia, atau insufisiensi hati: awal 2,5 mg 1 kali/hari. Angina stabil kronik /angina
vasospastik: 5-10 mg.
4. Candestartan tab
Dosis awal 4 mg/hari. Dosis dinaikkan sesuai dengan respon pengobatan sampai
maksimum 16 mg/hari.
5. Adalat oros tab
6. Levofloxacin
7. Omeprazole injeksi
8. Natrium bikarbonat
Asidosis metebolik kronis: 325–2.000 mg, 1–4 kali sehari.Alkalinisasi urine untuk
mencegah terjadinya batu ginjal akibat asam urat: dosis awal 4.000 mg, lalu 1.000–
2.000 mg setiap 4 jam. Dosis maksimal 16.000 mg sehari.Sakit maag: 1.000–5.000
mg, setiap 4–6 jam
9. Curcuma
10. Ondancentron injeksi
11. Posafit
03
Pedoman terapi
Pengendalian atau penanggulangan penyakit hati yang terbaik adalah dengan terapi
pencegahan agar tidak terjadi penularan maupun infeksi terapi penyakit hati dapat
berupa :

Terapi tanpa obat 01

Terapi dengan obat 02

Terapi dengan vaksinasi 03

Terapi transplantasi hati 04


Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat dengan penderita penyakit hati adalah dengan cara diet seimbang, dengan
jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan dan aktivitas. Pada
keadaan tertentu dibutuhkan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan
aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit, menjalankan pola hidup yang teratur dan
berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Tujuan terapi diet pada penderita penyakit hati adalah
menghindari kerusakan hati yg permanen, meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati
dengan keluarnya protein yg memadai, memperhatiakan simpanan nutrisi di dalam tubuh,
mengurangi gejala yg ketidak nyamanan yang diakibatkan penyakit ini dan pada penderita sirosis
hati, mencegah komplikasi asetis, varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut ke
komplikasi hepatik hebat. Selain diet yang seimbang, terapi tanpa obat ini harus disertai dengan
terapi non farmakologi lainnya seperti segera beristirahat bila merasa lelah dan
menghindari alkohol.
Terapi dengan obat

Terapi tanpa obat tidak menjamin kesembuhan, untuk itu dilakukan cara
lain dengan menggunakan obat-obatan. Golongan obat yang digunakan
antara lain adalah aminoglikosida, antiamoeba, antimalaria, antivirus,
diuretik, kolagogum, kolektitolitik, dan hepatik protektor, serta
multivitamin dengan mineral
1. Aminoglikosida
Antibiotik digunakan pada kasus abses hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang
diberikan tiga kali sehari secara teratur selama tidak lebih dari 7 hari atau
sesuai anjuran dokter.

2. Antiamoeba
Antiamoeba adalah preparat yang digunakan untuk amubiasis. Dengan terapi ini maka
resiko terjadinya abses hati karena amoeba dapat diminimalkan.

3. Antimalaria
Antimalaria, misalnya kloroquin dapat juga digunakan untuk mengobati amubiasis.
Obat ini mencegah perkembangan abses hati yang disebabkan oleh amuba.
4. Antivirus
5. Diuretik
Diuretik tertentu, seperti spironolactone, dapat membantu mengatasi edema yang
menyertai sirosis hati dengan atau tanpa asites. Obat ini tidak boleh diberikan pada
pasien dengan gangguan keseimbangan elektrolit atau gangguan ginjal berat karena
menyebabkan ekskresi elektrolit. Obat diuretik lain yang digunakan dalam
pengobatan penyakit hati yaitu furosemid yang efektif untuk pasien yang gagal
memberikan tanggapan terhadap spironolactone. Obat lain seperti thiazide atau
metolazone dapat bermanfaat pada keadaan tertentu.
6. Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector
Golongan ini digunakan untuk melindungi hati dari kerusakan yang lebih berat
akibat hepatitis dan kondisi lain. Kolagogum misanya calcium pantothenate,
lactulose, metadoxine, phosphatidyl choline, silymarin, ursodeoxycholic acid dapat
digunakan pada kelainan yang disebabkan karena kongesti atau insufisiensi empedu,
misalnya konstipasi biliari yang keras, ikterus dan hepatitis ringan, dengan
menstimulasi aliran empedu dari hati. Namun demikian, jangan gunakan obat ini
pada kasus hepatitis viral akut atau kelainan hati yang sangat toksik.
7. Multivitamin dengan mineral
Golongan ini digunakan sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis dan penyakit hati
lainnya. Biasanya penyakit hati menimbulkan gejala-gejala seperti lemah, malaise, dan lain-
lain, sehingga pasien memerlukan suplemen vitamin dan mineral. Hati memainkan peranan
penting dalam beberapa langkah metabolisme vitamin. Vitamin terdiri dari vitamin yang
larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K atau yang larut dalam air seperti vitamin C
dan B- kompleks.

Kekurangan vitamin-vitamin yang larut dalam air dapat terjadi pada pasien dengan penyakit
hati tahap lanjut, tetapi hal ini biasanya terjadi karena masukan makanan dan gizi yang
kurang atau tidak layak. Penyimpanan vitamin B12 biasanya jauh melebihi kebutuhan tubuh;
defisiensi jarang terjadi karena penyakit hati atau gagal hati. Tetapi ketika masukan gizi
makanan menurun, biasanya tubuh juga kekurangan tiamin dan folat. Suplemen oral cukup
untuk mengembalikan tiamin dan folat ke level normal.
Produksi bilirubin dalam jumlah normal sangat penting.
Bilirubin di dalam saluran cerna atau usus dibutuhkan untuk
penyerapan vitamin larut lemak ke dalam tubuh. Bilirubin
bekerja sebagai deterjen, memecah-pecah dan melarutkan
vitamin-vitamin ini agar mereka dapat diserap tubuh dengan
baik. Jika produksi bilirubin buruk, suplemen oral vitamin-
vitamin A, D, E, K mungkin tidak akan cukup untuk
mengembalikan level vitamin ke level normal. Penggunaan
larutan serupa deterjen dari vitamin E cair meningkatkan
penyerapan vitamin E pada pasien dengan penyakit hati tahap
lanjut. Larutan yang sama juga dapat memperbaiki penyerapan
vitamin A, D, dan K jika vitamin K diminum secara bersamaan
dengan vitamin E.
Asupan vitamin A dalam jumlah cukup dapat membantu mencegah penumpukan
jaringan sel yang mengeras, tetapi penggunaan vitamin yang larut lemak ini untuk
jangka panjang dan dengan dosis berlebihan dapat menyebabkan pembengkakan hati
dan penyakit hati.

Vitamin E dapat mencegah kerusakan pada hati dan sirosis. Suplemen vitamin E
meningkatkan kandungan vitamin dalam tiga bagian hati dan mengurangi kerusakan
oksidatif pada sel-sel hati, tetapi tidak memiliki dampak perlindungan apapun pada
infiltrasi lemak hati.
Terapi vaksinasi

Interferon mempunyai sistem imun alamiah tubuh dan bertugas untuk melawan virus.
Obat ini bermanfaat dalam menangani hepatitis B, C dan D. Imunoglobulin hepatitis
B dapat membantu mencegah berulangnyahepatitis B setelah transplantasi hati.
Interferon adalah glikoprotein yang diproduksi oleh sel-sel tertentu dan T-limfosit
selama infeksi virus. Ada 3 tipe interferon manusia, yaituinterferon α, interferon β
dan interferon γ; yang sejak tahun 1985 telah diperoleh murni dengan jalan teknik
rekombinan DNA. Pada proses ini, sepotong DNA dari leukosit yang mengandung
gen interferon, dimasukkan ke dalam plasmid kuman E.coli. Dengan demikian,
kuman ini mampu memperbanyak DNA tersebut dan mensintesa interferon.
Ada juga vaksin HBV orisinil pada tahun 1982 yang berasal dari
pembawa HBV, kini telah digantikan dengan vaksin mutakhir hasil
rekayasa genetika dari ragi rekombinan. Vaksin mengandung partikel-
partikel HBsAg yang tidak menular. Tiga injeksi serial akan
menghasilkan antibodi terhadap HBsAg pada 95% kasus yang
divaksinasi namun tidak memiliki efek terhadap individu pembawa.
Terapi transplantasi hati
Transplantasi hati dewasa ini merupakan terapi yang diterima untuk kegagalan hati
fulminan yang tak dapat pulih dan untuk komplikasi komplikasi penyakit hati kronis
tahap akhir. Para pasien dan kegagalan hati fulminan dipertimbangkan untuk
transplantasi bila terdapat tanda-tanda ensefalopati lanjut, koagulapati mencolok atau
hipoglikemia. Pada pasien dengan penyakit hati kronis dipertimbangkan untuk
transplantasi bila terdapat komplikasi-komplikasi yang meliputi asites refrakter,
peritonitis bakterial spontan, ensefalopati, pendarahan varises atau gangguan parah
pada fungsi sintesis dengan koagulopati atau hipoalbuminemia
Ada dua tipe utama transplantasi :
 Homotransplantasi auksilaris, dimana sebuah hati ditranslantasikan di tempat lain dari
hati yang sudah ada dibiarkan tetap ditempatnya
 Transplantasi ortotropik, dimana sebuah hati baru diletakkan pada tempat hati yang
sama

Masa bertahan hidup 1 tahun adalah 60 - 70% bagi orang dewasa dan 80% pada anak-
anak. Transplantasi untuk gagal hati akut pada mereka yang diperkirakan tidak memiliki
kemungkinan untuk dapat bertahan hidup misalnya pada gagal hati fu;minan akibat
hepatitis non A, non B, hepatitis halotan atau keracunan parasetamol yang disertai dengan
koagulopati berat atau bilirubin >100μmol/L, jika dilakukan sebelum terjadinya edema
serebral, memiliki prognosis yang baik.
THANKS
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourwebsite.com

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai