Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGERTIAN HATI
Hati merupakan organ terbesar kedua dan kelenjar terbesar di
dalam tubuh. Organ ini memiliki berat sekitar 1,5 kg dan terletak di rongga
abdomen, di bawah diafragma (Junqueira & Carneiro, 2007).
Hepar atau hati merupakan organ atau kelenjar terbesar di dalam
tubuh (Wibowo & Paryana, 2009), memiliki berat sekitar 1-2,3 kg (Waugh
& Grant, 2011) atau sekitar 2,5% dari berat badan (Moore & Dalley,
2006). Hepar memiliki struktur yang halus, lunak dan lentur, serta terletak
di bagian atas rongga abdomen yang menempati bagian terbesar regio
hipokondrium (Waugh & Grant, 2011; Snell, 2012). Sebagian besar hepar
terletak di bawah arcus costalis kanan dan diaphragma setengah bagian
kanan, memisahkan hepar dari pleura, paru-paru, perikardium dan jantung
(Moore & Dalley, 2006). Hepar merupakan organ yang mudah diraba
dengan melakukan palpasi dinding abdomen di bawah arcus costalis
kanan, yaitu dengan memeriksa pada waktu inspirasi dalam sehingga tepi
bawah hepar dapat teraba (Wibowo & Paryana, 2009).
Hepar merupakan organ tubuh yang rentan mengalami kerusakan.
Hal ini terjadi karena hepar mempunyai peran penting dalam proses
metabolisme, konjugasi dan detoksifikasi, sehingga pemaparan berbagai
bahan toksik akan memperparah kerusakan hepar (Underwood, 2000).
Kerusakan hepar dapat disebabkan oleh peradangan yang sebagian besar
merupakan akibat infeksi virus, paparan alkohol, keracunan obat-obatan
atau bahan kimia (Yenny et al., 2010).
B. FUNGSI HATI
Hepar sebagai kelenjar terbesar di dalam tubuh mempunyai fungsi
yang sangat bervariasi. Tiga fungsi dasar hepar adalah membentuk dan
mensekresikan empedu ke dalam saluran intestinal; berperan pada
berbagai metabolisme yang berhubungan dengan karbohidrat, lipid dan
protein; menyaring darah, menyingkirkan bakteri dan benda asing yang
masuk ke dalam darah (Snell, 2012).
Hepar mensekresi cairan empedu sekitar 500 sampai 1000 mL
setiap hari (Price & Wilson, 2012). Cairan empedu dialirkan ke dalam
saluran empedu yang terdiri dari pigmen empedu dan asam empedu.
Bilirubin dan biliverdin merupakan pigmen empedu yang memberi warna
tertentu pada feses, sedangkan asam empedu yang dibentuk dari kolesterol
membantu pencernaan lipid (Wibowo & Paryana, 2009). Pengeluaran
empedu dari hepar dan vesica biliaris terutama diatur oleh hormon. Aliran
empedu meningkat jika kolesistokinin dikeluarkan oleh sel enteroendokrin
mukosa yang dirangsang ketika lemak makanan dalam kimus masuk ke
duodenum. Hormon ini menyebabkan konstraksi otot polos di dinding
vesica biliaris dan relaksasi sfingter, sehingga empedu dapat masuk ke
duodenum (Eroschenko, 2012)
Hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Fungsi Pembentukan dan Eksresi Empedu
Hati mengekskresikan empedu sebanyak satu liter per hari ke dalam
usus halus. Unsur utama empedu adalah air 97%, elektrolit dan garam
empedu.
b. Fungsi Metabolik
Fungsinya terdapat dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
c. Fungsi Pertahanan Tubuh
Hati sebagai fagositosis dan imunitas, yang berperan dalam hal ini sel–
sel Kupffer, merupakan saringan penting bagi bakteri dan bahan–
bahan asing melalui proses fagositosis.
d. Fungsi Vaskular
Fungsi hati sebagai hemodinamik, hati merupakan organ yang penting
untuk mempertahankan aliran darah, hati menerima 25% darah dari
cardiac output, aliran darah hati yang normal sekitar 1500 cc/menit. e)
e. Fungsi detoksifikasi hati
Mekanisme detoksifikasi pada hati dapat dibagi menjadi dua fase :
 Reaksi fase I melibatkan modifikasi kimia substansi tersebut
lewat reaksi oksidasi, reduksi, hidroksilasi, deaminasi atau
metilasi dll. Reaksi semacam ini biasanya membuat substansi
ini tidak aktif
 Reaksi fase II mengubah substansi tak-aktif yang larut-lemak
menjadi derivatnya yang larut-air (glukuronid,sulfat, asetil,
taurin atau glisin) dan dapat diekspresikan ke dalam getah
empedu atau urine (Marya, 2013).

C. PENGERTIAN HEPATIC FAILURE


Kelainan fungsi hati ini dapat menganggu kemampuan tubuh
manusia untuk memecah sel darah merah dari toksin atau racun yang
terkandung didalamnya.
hepatic failure yang merupakan salah satu resiko penyakit yang
timbul dari kelainan fungsi hati. Seperti organ apapun, istilah “Failure”
atau biasa di sebut dengan kegagalan adalah ketidakmampuan organ untuk
mempertahankan homeostasis. Gagal hati adalah sindrom klinis yang
ditandai dengan ikterus, asites, ensefalopati hepatik, dan perdarahan yang
kecenderungan karena gangguan fungsi hati; sindrom dapat disebabkan
oleh kondisi seperti hepatitis virus, hepatitis autoimun, cedera hati akibat
obat, metabolisme penyakit, dan gangguan peredaran darah. (Sugawara,
Nakayama , & Mochida, 2012).

D. TERAPI DIET

a. Mengurangi jumlah protein yang dimakan


Cara ini dilakukan untuk membantu membatasi penumpukan produk
limbah beracun di hati, tetapi jangan pula membatasi protein terlalu
banyak karena bisa berakibat pada kekurangan asam amino tertentu
yang dibutuhkan tubuh
b. Meningkatkan asupan karbohidrat yang sebanding dengan jumlah
protein yang dimakan
Konsumsi lah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks,
karbohidrat kompleks cenderung memiliki indeks glikemik rendah
yang dicerna lebih lambat dan tidak menyababkan lonjakan gula ke
seluruh tubuh. Sehingga dapat membantu meningkatkan sensitivitas
insulin dan menurunkan kolestrol pada darah
c. Membatasi asupan garam
Pasalnya garam bisa memperburuk penumpukan cairan dan
pembengkakan dihati
d. Hindari lemak jahat
Bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jahat akan
menyebabkan penyakit hati dengan luka pada jaringan
e. Berhenti konsumsi alkohol
Alkohol adalah zat yang berbahaya dan hati akan menggunakan
banyak energi untuk mengeluarkan alkohol dalam darah, hal tersebut
akan membuat hati bekerja lebih keras sehingga memungkinkan
terjadinya kerusakan hati yang lebih parah

E. TERAPI FARMAKOLOGI
Golongan obat yang digunakan antara lain adalah aminoglikosida,
antiamuba, antimalaria, antivirus, diuretik, kolagogum, koletitolitik dan
hepatik protektor dan multivitamin dengan mineral.
1. Aminoglikosida

Antibiotik digunakan pada kasus abses hati yang


disebabkan oleh infeksi bakteri. Preparat ini diberikan tiga
kali sehari secara teratur selama tidak lebih dari tujuh hari,
atau sesuai anjuran dokter. Gagal pengobatan maka
efeknya berkembang ke arah resistensi bakteri terhadap
preparat tersebut. Antibiotik kombinasi biasanya digunakan
untuk mencegah ketidakaktifan obat yang disebabkan
enzim yang dihasilkan bakteri. Obat tersebut biasanya
mempunyai derajat keaktifan antibakterial, tapi umumnya
digunakan untuk melawan degradasi dari enzim tersebut.
2. Antiamuba

Antiamuba sepert dehydroemetine,


diiodohydroxyquinoline, diloxanide furoate, emetine,
etofamide, metronidazole, secnidazole, teclozan,
tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang digunakan
untuk amubiasis. Dengan terapi ini maka risiko terjadinya
abses hati karena amuba dapat diminimalkan.
3. Antimalaria

Antimalaria, misalnya klorokuin, dapat juga digunakan


untuk mengobati amubiasis. Obat ini mencegah
perkembangan abses hati yang disebabkan oleh amuba.
4. Antivirus

Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk


penderita hepatitis B. Virus hepatitis B membawa
informasi genetik DNA. Obat ini mempengaruhi proses
replikasi DNA dan membatasi kemampuan virus hepatitis
B berproliferasi. Lamivudine merupakan analog nukleosida
deoxycytidine dan bekerja dengan menghambat
pembentukan DNA virus hepatitis B. Pengobatan dengan
lamivudine akan menghasilkan HBV DNA yang menjadi
negatif pada hampir semua pasien yang diobati dalam
waktu 1 bulan. Lamivudine akan meningkatkan angka
serokonversi nkan fungsi hati yang optimal, dan menekan
ikan per oral sekali sehari, sehingga memudahkan
penggunaannya dan meningkatkan keteraturan yang apat
pengobatan Interferon dan Ribavirin, karena beratnya
memudahkan timbulnya anemia. Anemia bisa diantisipasi
berian eritropoetin atau transfusi darah. Neviral dapat ahli
Amerika (DHHS April 2005), Nevirapine walaupun dapat
HBeAg, mempertaha terjadinya proses nekrosis-inflamasi.
Lamivudine juga mengurangi kemungkinan terjadinya
fibrosis dan sirosis serta dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya kanker hati. Profil keamanan lamivudine sangat
memuaskan, dimana profil keamanannya sebanding dengan
plasebo. Lamivudine diber pasien dalam pengobatan. Oleh
karenanya penggunaan lamivudine adalah rasional untuk
terapi pada pasien dengan hepatitis B kronis aktif.
5. Diuretik

Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, dapat membantu


mengatasi edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau
tanpa asites. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien
dengan gangguan keseimbangan elektrolit atau gangguan
ginjal berat karena menyebabkan ekskresi elektrolit. Obat
diuretik lain yang digunakan dalam pengobatan penyakit
hati selain Spironolactone adalah Furosemide yang efektif
untuk pasien yang gagal memberikan tanggapan terhadap
Spironolactone. Obat lain seperti Thiazide atau Metolazone
dapat bermanfaat pada keadaan tertentu
6. Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector.

Golongan ini digunakan untuk melindungi hati dari kerusakan yang


lebih berat akibat hepatitis dan kondisi lain. Kolagogum misalnya
calcium pantothenate, L-ornithine-L-aspartate, lactulose, metadoxine,
phosphatidyl choline, silymarin dan ursodeoxycholic acid dapat
digunakan pada kelainan yang disebabkan karena kongesti atau
insufisiensi empedu, misalnya konstipasi biliari yang keras, ikterus
dan hepatitis ringan dengan menstimulsi aliran empedu dari hati.
Namun demikian, jangan gunakan obat ini pada kasus hepatitis viral
akut atau kelainan hati yang sangat toksik

7. Multivitamin dengan mineral

Golongan ini digunakan sebagai terapi penunjang pada


pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya. Biasanya
penyakit hati menimbulkan gejala- gejala seperti lemah,
malaise, dan lain-lain, sehingga pasien memerlukan
suplemen vitamin dan mineral. Hati memainkan peranan
penting dalam beberapa langkah metabolisme vitamin.
Vitamin terdiri dari vitamin- vitamin yang larut dalam
lemak (fat-soluble) seperti vitamin A, D, E dan K atau
yang larut dalam air (water-soluble) seperti vitamin C dan
B- kompleks.
Golongan ini digunakan sebagai terapi penunjang
pada pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya. Biasanya
penyakit hati menimbulkan gejala- gejala seperti lemah,
malaise, dan lain-lain, sehingga pasien memerlukan
suplemen vitamin dan mineral. Hati memainkan peranan
penting dalam beberapa langkah metabolisme vitamin.
Vitamin terdiri dari vitamin- vitamin yang larut dalam
lemak (fat-soluble) seperti vitamin A, D, E dan K atau
yang larut dalam air (water-soluble) seperti vitamin C dan
B- kompleks.
Asupan vitamin A dalam jumlah cukup dapat
membantu mencegah penumpukan jaringan sel yang
mengeras, yang merupakan karakteristik penyakit hati.
Tetapi penggunaan vitamin yang larut lemak ini untuk
jangka panjang dan dengan dosis berlebihan dapat
menyebabkan pembengkakan hati dan penyakit hati.

Vitamin E dapat mencegah kerusakan pada hati dan


sirosis, menurut percobaan dengan memberi suplemen
vitamin E pada tikus dalam jumlah yang meningkatkan
konsentrasi vitamin E hati. Tikus-tikus itu kemudian diberi
karbon tetraklorida untuk mengetes apakah perawatan
dengan vitamin E yang dilakukan sebelumnya dapat
melindungi mereka baik dari kerusakan hati akut atau
kronis dan sirosis. Suplemen vitamin E meningkatkan
kandungan vitamin dalam tiga bagian hati dan mengurangi
kerusakan oksidatif pada sel-sel hati, tetapi tidak memiliki
dampak perlindungan apapun pada infiltrasi lemak hati.
Sirosis juga tampak dapat dicegah dalam kelompok tikus
yang diberi suplemen vitamin E. Tampaknya vitamin E
memberi cukup perlindungan terhadap nekrosis akibat
karbon tetraklorida dan sirosis, mungkin dengan
mengurangi penyebaran proses oksidasi lipid dan
mengurangi jangkauan kerusakan oksidatif hati.

Anda mungkin juga menyukai