TINJAUAN TEORITIS
1. Hati
1.1. Defenisi Hati
Fungsi hati menjadi penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula
dalam darah. Misalnya pada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati
dapat mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen yang kemudian
disimpan dalam hati (Glikogenesis), lalu pada saat kadar gula darah
menurun, maka cadangan glikogen di hati atau asam amino dapat diubah
menjadi glukosa dan dilepakan ke dalam darah (glukoneogenesis) hingga
pada akhirnya kadar gula darah dipertahankan untuk tetap normal. Hati
juga dapat membantu pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa
dan serta glukosa menjadi lemak.
Bilirubin, yang berasal dari heme pada saat perombakan sel darah merah,
diserap oleh hati daridarah dan dikeluarkan ke empedu. Sebagian besar
dari bilirubin di cairan empedu dimetabolisme di usus oleh bakteri-bakteri
dan dikeluarkan di feses. Dalam proses konjugasi yang berlangsung di
dalam retikulum endoplasma sel hati tersebut, mekanisme yang terjadi
adalah melekatnya asam glukuronat (secara enzimatik) kepada salah satu
atau kedua gugus asam propionat dari bilirubin. Hasil konjugasi (yang kita
sebut sebagai bilirubin terkonjugasi) ini, sebagian besar berada dalam
bentuk diglukuronida sebesar 80%) dan sebagian kecil dalam bentuk mono
glukuronida. Penempelan gugus glukuronida pada gugus propionat terjadi
melalui suatu ikatan ester, sehingga proses yang terjadi disebut proses
esterifikasi. Proses esterifikasi tersebut dikatalisasi oleh suatu enzim yang
disebut bilirubin uridin-difosfat glukuronil transferase (lazimnya disebut
enzim glukuronil transferase saja) yang berlokasi di retikulum
endoplasmik sel hati. Akibat konjugasi tersebut, terjadi perubahan sifat
bilirubin. Perbedaan yang paling mencolok antara bilirubin terkonjugasi
6
dan tidak terkonjugasi adalah sifat kelarutannya dalam air dan lemak.
Bilirubin tidak terkonjugasi bersifat tidak larut dalam air, tapi mempunyai
afinitas tinggi terhadap lemak. Karena sifat inilah, bilirubin tak
terkonjugasi tidak akan diekskresikan ke urin. Sifat yang sebaliknya
terdapat pada bilirubin terkonjugasi. Karena kelarutannya yang tinggi pada
lemak, bilirubin tidak terkonjugasi dapat larut di dalam lapisan lemak dari
membran sel. Peningkatan dari bilirubin tidak terkonjugasi dapat
menimbulkan efek yang sangat tidak kita inginkan, berupa kerusakan
jaringan otak. Hal ini terjadi karena otak merupakan jaringan yang banyak
mengandung lemak.
h. Sebagai fagosit
Sel-sel Kupffer¶s dari hati mampu memakan sel darah merah dan sel darah
putih yang rusak serta bakteri.
i. Mengaktifkan vitamin D
Hepatitis A
Hepatitis B
b. Genetika
9
c. Gangguan imunologis seperti hepatitis autoimun, terjadi perlawanan
terhadap sel-sel hati yang berakibat timbulnya peradangan kronis
d. Kanker, seperti hepatocellular carcinoma, dapat disebabkan oleh
senyawa karsinogen seperti alflatoksin, polivinil klorida, virus dan
lain-lain. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi terjadinya
kanker hati adalah AFP dan PIVKA II
e. Sirosis Hati
2. Urolibin Urin
Peningkatan urobilin pada urine terjadi pada :
Pembentukan tilirubin yang meningkat dalam darah misalnya hemolitik
Gangguan faal hati
Peningkatan Bakteri usus
Penurunan kadar urobilin dalam urine terjadi pada :
Obstruksi saluran emoedu intra/ekstra hepatik
Penurunan bakteri usus
Diarrhea
3. Urobilinogen Feses
Jarang dilakukan pemeriksaan. Bila feses tidak mengandung urobilinogen,
maka akan berwarna putih ( Acholis ). Ini terjadi pada obstruksi total
saluran empedu yang biasanya disebabkan oleh carcinoma pancreas.
Kadarnya meningkat pada : anemia hemolitik, dan menurun pada :
12
Obtruksi saluran empedu. Nilai normal berkisar antara 75 – 350 mg/gram
feses. Pemberian antibiotik yang membunuh kuman penghasil
urobilinogen akan mengganggu hasil.
13
Aspartate Aminotransferase (AST) – enzim ditemukan di hati dan
di beberapa tempat lain di tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut
sebagai SGOT (Serum Glutamic Oxoloacetic Transaminase), dilepaskan
pada kerusakan sel-sel parenkim hati, umumnya meningkat pada infeksi
akut.
SGTP = ALT (alanine transaminase)
Alanine Aminotransferase (ALT) – suatu enzim yang utamanya
ditemukan di hati, paling baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut
sebagai SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase). Enzim ini
berada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel rusak, maka enzim ini akan
dilepaskan ke dalam aliran darah.
Kedua enzyme ini berfungsi untuk mengkatalisa pemindahan
group alfa dari asam amino ke ketoacid. Kadarnya dalam darah akan
meningkat bila terjadi kerusakan dan iritasi sel. SGOT lebih banyak
terdapat di jantung, liver, otot skelet, ginjal, dan sel darah merah. SGPT
lebih banyak terdapat di liver dan sedikit di jantung, otot, skelet, ginjal.
Kerusakan liver ringan maka peningkatan SGTP menonjol, sedangkan
pada kerusakan yang lebih berat, peningkatan SGOT yang lebih menonjol.
Nilai normal : SGOT : <25ZU/L dan SGTP : <29U/L. Kedua enzym ini
akan cepat meningkat pada kerusakan sel liver dan kemudian menurun
dengan cepat pada proses penyembuhan. Biasanya meningkat pada Viral
Hepatitis, nekrosis sel hati oleh karena racun jamur, obat
4. Gamma GT (GGT)
Dapat dijumpai pada : Hepatobiliar, dan endhotel jaringan. Tidak terdapat
di tulang dan Plasenta, Sehingga pada anak yang tumbuh dan kehamilan
kadar dalam darah tidak meningkat. Nilai normal : 6-24 U/L pada pria,
sedangkan pada cholestasis, penyakit liver alkohol, penyakit syaraf, post
myocard infarct, minum obat anti konvulsan, pada alkoholisme: garam
GT lebih peka di banding SGOT/SGPT.
5. Cholinesterase
Terdapat 2 macam jenis
Acethyl cholin esterase terdapat pada jaringan syaraf dan sel darah
merah
Pseodo esterase : terdapat pada darah, liver, usus, Pancreas
Merupakan indikator terjadinya penyembuhan dan prognosa viral
hepatitis. Bila terjadi sirrhosis hepatic dengan penurunan kadar
CHE (cholinesterase) memberikan prognosa yang jelek. Dapat pula
digunakan untuk mendeteksi keracunan organophosate pada
pestisida. Nilai normal : 4300 – 10.500 U/L.
16
Kondisi Bilirubin ALT & AST ALP Albumin PT
Kerusakan hati akut Normal atau meningkat Biasanya sangat meningkat; Normal atau hanya meningkat Normal Biasanya
(infeksi, racun, obat) biasanya setelah peningkatan ALT umumnya lebih tinggi sedikit normal
ALT & AST daripada AST
Penyakit hati kronis Normal atau meningkat Sedikit meningkat Normal atau sedikit meningkat Normal Normal
Hepatitis alkoholik Normal atau meningkat AST biasanya dua kali kadar Normal atau lumayan Normal Normal
ALT meningkat
Sirosis Bisa jadi meningkat tapi AST biasanya lebih tinggi Normal atau meningkat Biasanya menurun Biasanya
hanya pada kondisi yang dari ALT, namun kadarnya memanjan
sudah berlanjut biasanya lebih rendah g
daripada penyakit alkoholik
Obstruksi duktus biliaris, Normal atau meningkat; Normal hingga lumayan Meningkat, sering lebih tinggi Biasanya normal,
kolestasis meningkat pada obstruksi meningkat 4 kali dari nilai normal namun jika Biasanya
penuh berlangsung kronis,
kadar dapat menurun normal
Kanker yang sudah Biasanya normal Normal atau sedikit Biasanya sangat meningkat Normal
menyebar ke hati meningkat Normal
Kanker yang asli berasal Mungkin meningkat, AST lebih tinggi dari ALT, Normal atau meningkat Biasanya menurun Biasanya
dari hati (hepatoselular umumnya jika penyakit namun kadar lebih rendah memanjan
karsinoma) progresif daripada penyakit alkoholik g
Autoimmune Normal atau meningkat Lumayan meningkat Normal atau sedikit Normal atau Normal
meningkat menurun
4
2. Varises Esofagus
2.1. Defenisi Varises Esofagus
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan
pembesaran abnormal pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah.
Esofagus adalah saluran yang menghubungkan antara kerongkongan dan
lambung.
Varises esofagus adalah konisi yang biasanya berhubungan dengan
sirosis dan hipertensi portal dimana vena di esofagus kecil menjadi
distensi serta ruptur akibat dari peningkatan tekanan dalam sistem portal.
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan
pembesaran abnormal pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah.
Varises esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran
tersebut akan mencari jalan lain, yaitu ke pembuluh darah di esofagus,
lambung, atau rektum yang lebih kecil dan lebih mudah pecah.
7
Menyuntik pembuluh darah dengan larutan tertentu agar pembuluh
darah tersebut berhenti berdarah. Pada prosedur ini, perdarahan varises
yang disuntikkan dengan solusi yang menyusut mereka. Pendarahan
biasanya dikendalikan setelah perawatan satu atau dua, namun
komplikasi dapat terjadi, termasuk perforasi kerongkongan dan parut
pada esofagus yang dapat menyebabkan gangguan menelan (disfagia).
c. Obat – obatan
Obat berjudul A octreotide (Sandostatin, Sandostatin LAR sering
digunakan dalam kombinasi dengan terapi endoskopi untuk mengobati
perdarahan dari varises kerongkongan. Octreotide bekerja dengan
mengurangi tekanan di varises. Obat ini biasanya berlangsung selama
lima hari setelah episode perdarahan.
d. Balon tamponade
Prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk menghentikan
pendarahan parah sambil menunggu prosedur yang lebih permanen.
Tabung A dimasukkan melalui hidung dan ke dalam perut dan
kemudian meningkat. Tekanan terhadap pembuluh darah sementara
dapat menghentikan pendarahan.
e. Porto sistemik intra hepatik transjugularis
Shunt Dalam prosedur ini, disebut portosystemic shunt intra hepatik
transjugular (TIPS), tabung kecil yang disebut shunt ditempatkan
antara vena portal dan vena hati, yang membawa darah dari hati
kembali ke jantung. Tabung ini tetap terbuka dengan stent logam.
Dengan menyediakan jalur buatan untuk darah melalui hati, shunt
sering dapat mengontrol perdarahan dari varises kerongkongan. Tapi
TIPS dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius, termasuk gagal
hati dan ensefalopati, yang dapat berkembang ketika racun yang
biasanya akan disaring oleh hati dilewatkan melalui shunt langsung ke
dalam aliran darah. TIPS terutama digunakan ketika semua pengobatan
lain gagal atau sebagai tindakan sementara pada orang menunggu
pencangkokan hati.
8
3. Hepatitis
9
Suatu virus defektif yang ia sendiri tidak dapat menginfeksi hipatosit
untuk menimbulkan hepatitis. Hepatitis D ditularkan seperti hepatitis
B. Antigen & antibody hepatitis D dapat diperiksa pada donor darah.
Hepatitis E diidentifikasikan tahun 1990. Virus ini adalah suatu virus
yang ditularkan melalui ingesti air yang tercemar. Sebagian besar
kasus yang dilaporkan ditemukan di negara yang sedang berkembang.
10
terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi
hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30
hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces
pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau
makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang
prosesnya terkontaminasi.
b. HepatitisB/hepatitis serum
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut
partikel dane. Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen
permukaan yang telah diketahui secara rinci dapat diidentifikasikan dari
sampel darah hasil pemeriksaan lab.hepatitis B memiliki masa tunas yang
lama, antara 1 – 7 bulan dengan awitan rata-rata 1-2 bulan. Sekitar 5-10%
orang dewasa yang terjangkit hepatitis B akan mengalami hepatitis kronis
dan terus mengalami peradangan hati selama lebih dari 6 bulan. Gejalanya
mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah,
rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui
jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan
manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta
imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang
diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan
efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan
risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang
mempunyai banyak pasangan seksual.
11
c. Hepatitis C
d. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik,
yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus
hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan
transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul
sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. agen hepatitis
D ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis Fulminan, kegagalan hati
dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari virus
hepatitis B.
e. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui
ingesti air yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu,
lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh
sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya
12
trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang
terkontaminasi feces.
14
kematian tinggi pada
wanita hamil
4. Sirosis Hepatis
4.1. Defenisi Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis hati akibat tersumbat saluran
empedu serta pus sehingga timbul ajaringan baru yabg berlebihan yang
tidak berhubungan yang di kelilingi oleh jaringan perut.
Sirosis hepatis adalah penyakit yang difus di tandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
peradangan difus dan membran pada hati, diikuti dengan proliferasi
jaringan ikat, degenerasi dan regresi sel-sel hati, sehingga timbul
kekacauan dalam susunan parenkim hati.
15
nodulnya sampai 3 mm. Sirosis mikronodular ada yang berubah menjadi
makronodular
b. Sirosis makronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan
besar nodul lebih dari 3 mm.
c. Sirosis campuran
Umumnya sirosis hepatis adalah jenis campuran ini.
Selain klasifikasi diatas, sirosis hepatis terbagi dalam 3 pola yaitu :
Sirosis laennec/sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi
Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik. Sirosis
jenis ini merupakan 50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis.
Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah
akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel hati (infiltrasi
lemak).Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan
metabolik. Pada kasus sirosis laennec yang sangat lanjut, membagi
parenkim menjadi nodula-nodula halus. Nodula-nodula ini dapat
membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai usaha hati untuk
mengganti sel-sel yang rusak. Hati tampak terdiri dari sarang-sarang
sel-sel degenerasi + regenerasi yang dikemas padat dalam kapsula
fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini sirosis sering disebut sebagai
sirosis nodular halus.Hati akan menciut, keras dan hampir tidak
memiliki parenkim normal pada stadium akhir sirosis, dengan akibat
hipertensi portal dan gagal hati.
Sirosis post nekrotik
Terjadi menyusul nekrosis berbercak pada jaringan hati, menimbulkan
nodula-nodula degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan
dipisah-pisahkan oleh jaringan parut, berselang-seling dengan jaringan
parenkim hati normal. Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepantis
virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan hasil tes HbsAg positif
menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan
peristiwa yang besar peranannya.Beberapa kasus berhubungan dengan
16
intoksikasi bahan kimia industri, dan ataupun obat-obatan seperti fosfat,
kloroform dan karbon tetraklorida/jamur beracun. Sirosis jenis ini
merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer.
Sirosis Billaris
Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya
obstruksi billaris post hepatik. Sifat empedu menyebabkan penumpukan
empedu didalam masa hati dengan akibat kerusakan sel-sel hati,
terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus. Sumber empedu sering
ditemukan dalam kapiler-kapiler, duktulus empedu dan sel-sel hati
seringkali mengandung pigmen hijau.
17
Varises esofagus merupakan pembuluh darah yang berdilatasi,
berkelok-kelok dan biasanya dijumpai pada sub mukosa bagian bawah,
namun varises ini dapat terjadi pada bagian lebih tinggi atau meluas sampai
ke lambung. Keadaaan semacam ini hampir selalu disebabkan oleh hipertensi
portal yang terjadi obstruksi pada saluran vena porta, pada hati yang
mengalami serosis. Peningkatan obstrukisi pada vena porta menyebabkan
darah vena dari traktus intestinal dan limpa akan mencari jalan keluar
melalui kolateral (lintasan baru untuk kembali ke atrium kanan). Akibat yang
ditimbulkan adalah peningkatan tekanan, khusunya adalah pembuluh darah
pada lapisan submukosa esofagus bagian bawah dan lambung bagian atas.
Pembuluh-pembuluh kolateral ini tidak bersifat elastis tapi bersifat rapuh,
berkelok-kelok dan mudah mengalami perdarahan. Penyebab varises lainya
yang lebih jarang ditemukan adalah kelainan sirkulasi dalam vena linealis
atau vena kava superior dan trombosis vena hepatika.
Varises esofagus yang mengalami perdarahan dapat menyebabkan
kematian dan menyebabkan syok haemorargik yang menyebabkan penurunan
perfusi serebral, hepatik serta ginjal. Selanjutnya akan terjadi peningkatan
beban nitrogen akibat perdarahan kedalam traktus gastrointestinal dan
kenaikan kadar amonia serum yang meningkatkan resiko encefalopati.
Kemungkinan terjadinya perdarahan pada varises esofagus harus dicurigai
jika ada hematemisis dan melena, khususnya pada klien yang biasa
mengkonsumsi minuman keras
Vena yang mengalami dilatasi biasanya tidak mengalami gejala
kecuali jika ada peningkatan tekanan porta yang tajam dan mukosa atau
struktur yang menyangga menjadi tipis, sehingga kemungkinan akan timbul
haemorargik masif. Faktor-faktor yang menimbulkan perdarahan bisa jadi
dari mengangkat barang berat, mengejan pada saat defekasi, bersin, batuk
atau muntah, esofagitis, atau iritasi pembuluh darah akibat makan makanan
yang tidak dikunyah dengan baik atau minum cairan yang merangsang.
Salisilat dan setiap obat yang dapat menimbulkan erosi mukosa, serta
mengganggu replikasi sel dapat pula menyebabkan perdarahan.
18
4.4. Manefestasi Klinik Serosis Hepatis
a. Gejala-gejala gastrointestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
muntah dan diare
b. Demam, berat badan turun dan lekas lelah
c. Asites, hidrothoraks dan edema
d. Ikterus, kadang-kadang urine menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatal.
e. Hepatomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila
secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam
bukan karena sebab-sebab lain, dikatakan Sirois dalam keadaan aktif.
f. Hati-hati akan timbulnya prekoma dan koma hepatikum
g. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral di dinding abdomen
dan thoraks, kaput medusa, wasir dan varises esofagus.
20
Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi
kegagalan hati dan hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur
pada fase dini akan dapat dipertahankan keadaan kompensasi dalam
jangka panjang dan kita dapat memperpanjang timbulnya komplikasi
a. Diet rendah protein diet hati III : Protein 1g/kg bb, 55g protein, 200
kalori), bila ada asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg)
atau III (1000-2000 mg). Bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi
kalori (2000-3000) dan tinggi protein (80-125g/hari).
b. Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein
dalam makanan dihentikan (diet hati I )untuk kemudian diberikan
sedikit demi sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian
protein yang melebihi kemampuan klien atau meningginya hasil
metabolisme protein dalam darah viseral dapat mengakibatkan
timbulnya koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup
perlu diperhatikan.
c. Mengatasi infeksi dengan antibiotik, dengan pengunaan obat-obatan
yang jelas tidak hepatotoksik.
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan memberikan asam
aminoesensial berantai cabang dan glukosa.
e. Pemberian robboransia. Vitamin B kompleks
5. Kanker Hati
21
Penyakit hati metastatik (kanker) atau kanker hati sekunder, adalah
kanker yang telah menyebar ke hati, yang berasal dari organ lain seperti usus,
lambung, pankreas, payudara, dan paru-paru. Jadi, istilah kanker hati
sesungguhnya bisa merujuk pada kanker hati metastatik atau kanker
hepatoselular. Seperti bagian tubuh lainnya, sel-sel hati dapat mengalami
perubahan dan menjadi kanker. Sel-sel hati yang bersifat kanker membentuk
kanker hati (hepatoselular karsinoma, HCC). Sel-sel kanker yang berasal dari
bagian tubuh lainnya dan menyebar ke hati, misalnya kanker usus besar yang
sudah menyebar, pada dasarnya tidak dianggap sebagai kanker hati
melainkan dikenal sebagai tumor hati sekunder atau kanker metastasis ke
hati.
Stadium I
Pasien T1N0M0 termasuk dalam satidum I, yakni stadium awal.
Stadium II
Pasien T2N0M0 termasuk dalam stadium II.
Stadium III : Pasien T1N1M0 、 T2N1M0 、 T3N1M0 termasuk dalam
stadium III.
Stadium IVa : Pasien T4M0, tidak terjadi metastase jarak jauh.
Stadium IVb : Pasien T4M1, telah terjadi metastase jarak jauh.
24
Pada sekelompok kecil pasien, kanker hati muncul sebagai rasa sakit
tiba-tiba dalam perut sebagai akibat pecahnya tumor. Ini biasanya merupakan
pertanda buruk dan berhubungan dengan perdarahan tumor dalam perut.
Ketika kanker bertambah besar orang akan melihat satu atau beberapa dari
tanda gejala dibawah ini :
a. Sakit pada daerah hati
Sakit pada daerah kanan atas perut yang berketerusan adalah gejala
penting yang menandakan bahwa tumor hati sebagai tumor titik awal,
yang juga merupakan gejala yang paling umum. Organ hati yang
membesar sangat cepat sehingga menekan selaput pembungkus hati
atau tumor kanker menginvasi ke selaput hati atau selaput perut, dapat
juga menyebabkan rasa sakit atau kembung yang berketerusan. Tumor
menginvasi ke diafragma, sakit bisa saja merambat ke bahu kanan atau
punggung kanan. Tumor yang tumbuh ke kanan belakang dapat
menyebabkan sakit pada pinggang kanan. Ketika nodul tumor kanker
rusak, sel kanker yang mati dan darah yang mengalir ke perut dapat
mengakibatkan sakit yang kuat pada perut, terjadi gejala seperti radang
selaput perut.
b. Hati membengkak
Merupakan gejala yang paling umum pada pasien titik awal kanker hati.
Hati mudah membengkak, mengeras, lapisan luarnya tidak rata, ada
nodul yang tidak sama ukurannya atau besar sekali, bahkan menonjol
dibagian tertentu, ujungnya tidak rapi, sering merasa sakit seperti
tertekan.
c. Penyakit kuning
Terjadi pada sekitar 1/3 pasien kanker hati, kebanyakan terjadi pada
tahap lanjut, dikarenakan oleh kerusakan sel hati dan benjolan tumor
menekan saluran empedu atau penyebab lainnya.
d. Demam
Biasanya suhu tidak terlalu tinggi, namun terkadang melebihi 39 oC,
mungkin demam yang berkelanjutan atau demam tinggi yang tidak
25
beraturan. Disebabkan oleh jaringan kanker dalam jumlah banyak telah
rusak dan diserap oleh badan atau kanker tumor menghimpit saluran
empedu sehingga saluran empedu terkena radang atau koinfeksi.
e. Saluran pencernaan dan gejala pada seluruh tubuh
Berkurangnya nafsu makan, pencernaan yang kurang baik, mual,
muntah, diare, lemas, kurus, seluruh badan tidak bertenaga, kondisi
kesehatan yang buruk.
f. Gejala metastase
Kanker hati bisa menyebar ke paru-paru, tulang, rongga dada, otak, dan
bagian lainnya dan memunculkan gejala yang bersangkutan, misalnya
dengan penyebaran ke paru-paru bisa menimbulkan batuk berdarah,
penyebaran ke rongga dada bisa menimbulkan sakit pada dada dan
muncul cairan pada dada yang bersifat darah; penyebaran tulang bisa
menimbulkan rasa sakit pada bagian tertentu atau patah tulang
patologis; penyebaran tulang belakang atau penghimpitan saraf tulang
sumsum bisa menimbulkan rasa sakit pada bagian tertentu dan lumpuh,
dll; penyebaran otak bisa menimbulkan sakit kepala, muntah dan gejala
lainnya pada saraf.
g. Gejala lainnya
Karena metabolisme tumor kanker yang tidak normal dapat
menimbulkan cairan endokrin atau gejala lainnya yang berhubungan
dengan metabolisme, juga disebut sebagai gejala pendamping kanker.
Yang sering ditemui seperti berikut :
Gula darah rendah yang bersifat spontan
Terjadi pada 10% - 30% pasien, karena sel hati dapat
menjadikan cairan endokrin insulin atau zat dalam insulin
menjadi tidak normal, atau jaringan kanker hati menghabiskan
terlalau banyak glukosa. Apabila parah bisa mengakibatkan
pingsan, shock bahkan meninggal.
Sel darah merah bertambah banyak
26
Terjadi pada 2% - 10%, kemungkinan disebabkan oleh
bertambahnya erythropoietin (zat penambah sel darah merah).
Lainnya
Kebanyakan terdapat gejala seperti kolesterol tinggi dan kalsium
tinggi dalam darah, sindroma karsinoid, kematangan dini dan
sindroma sekresi gonadotropin, penyakit kulit porfiria, gejala
ketidak-normalan fibrinogen dan gejala lainnya dapat saja
bersintesis dengan protein abnormal pada jaringan kanker hati,
endokrin ektopik, dan terkait dengan gangguan porfirin.
28
melalui arteri hepatic langsung pada tumor. Teorinya, obat-obatan dapat
diantar ke tumor-tumor tanpa membuat penderita keracunan obat.
Namun, dalam kenyataannya obat-obatan kemoterapi bisa mengalir
ke seluruh tubuh. Akibatnya, kemoterapi intra-arteri justru dapat
menyebabkan efek samping yang sistematis. Metode perawatan ini
juga bisa menimbulkan efek samping regional, misalnya peradangan
kantung empedu, borok pada usus dan lambung, dan peradangan
pancreas. Bahkan, penderita kanker hati dalam stadium lanjut bisa
menderita gagal hati setelah melakukan perawatan ini.
Seorang ahli radiologi biasanya melakukan prosedur melalui arteri
hepatic. Dia akan bekerja sama dengan ahli kanker yang menentukan
jumlah kemoterapi yang diterima penderita pada setiap sesi perawatan.
Beberapa penderita mungkin menjalani sesi-sesi yang berulang pada
interval 6-12 minggu.
Prosedur ini dilakukan dengan bantuan pencitraan sinar X. Sebuah
kateter dimasukkan ke dalam arteri femoral pada selangkangan dan
disusupkan ke dalam aorta (arteri utama tubuh). Dari aorta, kateter
didorong masuk ke dalam arteri hepatic. Setelah cabang-cabang dari
arteri hepatic yang memberi makan pada kanker hati diindentifikasi,
maka obat-obatan kemoterapi pun diinfuskan. Seluruh prosedur ini
memakan waktu 1-2 jam, kemudian kateter dikeluarkan.
Umumnya, tes-tes hati meningkat atau memburuk selama 2-3hari
setelah prosedur kemoterapi melalui arteri hepatic dilakukan.
Peningkatan tes-tes hati ini sebenarnya disebabkan oleh kematian sel-
sel tumor dan beberapa sel bukan tumor. Setelah kemoterapi melalui
arteri hepatic dilakukan, penderita juga bisa mengalami sakit perut dan
demam ringan. Ini menandakan bahwa suatu komplikasi yang lebih
serius telah berkembang.
c. Proton Beam Therapy
Proton Beam Therapy adalah teknik terapi yang mampu menyampaikan
dosis-dosis radiasi tinggi pada suatu area local yang ditentukan. Terapi
29
ini juga digunakan dalam perawatan tumor-tumor ganas lainnya.
Sayangnya, belum ada bukti tentang kemanjuran metode perawatan ini
untuk kanker hati.
d. Pengobatan tradisional China
Pengobatan tradisional China berfungsi untuk
menyeimbangkan secara menyeluruh, menguatkan fungsi anti kanker,
dengan metode konsumsi (oral), terus menerus perfusi arteri obat herbal
China dan penyerapan atomisasi obat herbal China, tidak hanya dapat
memperbaiki gejala yang timbul, seperti rasa sakit pada liver, radang,
distensi abdomen, asites dan lainnya, namun juga berfungsi untuk
mengontrol pertumbuhan kanker, tidak menimbulkan efek samping
beracun.
e. Biopsy Hati
Jaringan kanker hati dapat diambil sampelnya dengan
menggunakan jarum yang sangat tipis. Teknik ini disebut penyedotan
jarum halus. Sedangkan, ketika jarum yang lebih besar digunakan untuk
mendapatkan suatu inti jaringan, maka tekniknya disebut biopsy.
Para ahli radiologi biasanya menggunakan CT Scan untuk mengarahkan
penempatan jarum ataupun melakukan biopsy dan penyedotan jarum
halus. Resiko yang paling umum dari biopsy adalah perdarahan,
terutama karena kanker hati adalah tumor yang mengandung pembuluh-
pembuluh darah.
Prosedur penyedotan bersifat lebih aman dibandingkan biopsy
karena memiliki resiko perdarahan yang lebih kecil. Namun, tetap saja
penyedotan jarum halus memerlukan seorang ahli patologi dengan
keterampilan yang tinggi. Jika seorang penderita mempunyai faktor
resiko kanker hati, misalnya sirosis, hepatitis B kronis, atau hepatisis C
kronis, dan tingkat darah AFP yang naik secara signifikan, maka dokter
biasanya menyimpulkan tanpa melakukan biopsy bahwa orang tersebut
mempunyai kanker hati
30
5.6.2. Manajemen Bedah
a. Operasi
Tindakan operasi dilakukan pada penderita yang memiliki tumor
kurang dari lima cm dan terbatas pada hati. Syarat lainnya untuk
tindakan operasi adalah tidak ada invasi dari pembuluh-pembuluh darah
terhadap hati.
b. Liver Resection
Liver resection bertujuan mengangkat semua tumor dan jaringan hati
disekelilingnya tanpa meninggalkan segala tumor di belakangnya.
Tindakan ini hanya bisa dilakukan terhadap penderita yang memiliki
tumor-tumor kecil ukuran tiga cm atau kurang, fungsi hati yang
sempurna, dan tanpa sirosis. Namun, karena syarat-syarat itu pula maka
tidak banyak penderita kanker hati yang dapat menjalani penyayatan
hati. Kekhawatiran terbesar dari liver resection adalah bahwa setelah
operasi, penderita dapat mengalami gagal hati. Gagal hati juga bisa
terjadi jika bagian yang tertinggal dari hati itu tidak memadai untuk
menyediakan dukungan yang perlu untuk hidup.
.
c.Ilmuwan Iran untuk pertama kalinya di Timur Tengah telah menggunakan
metode radio farmaka untuk menyembuhkan kanker hati ganas. Para
peneliti di rumah sakit Shahid Rajaei, Tehran, Iran menggunakan
metode angiografi dan menyuntikkan partikel radio aktif
ke tumor pembuluh darah.
Serta menghancurkan jaringan kanker. Metode baru tersebut, tidak saja
menurunkan risiko pasian penyakit hepatitis pada lever, tetapi juga
menurunkan kerusakan hati, kata para peneliti.
d. Pengobatan karakteristik kanker hati
Terapi transplantsi sitem sel. Sumsum tulang diambil dari tubuh
pasien ,melalui pemisahan stem sel di luar tubuh, dimurnikan,
dikembangkan, berhasil mengkultur sel yang baru, normal, yang lebih
31
muda, dengan mereinfusion suspensi stem sel ke dalam liver yang sakit,
stem sel tinggal di liver, berdiferensiasi menjadi sel-sel liver,
menggantikan sel normal ataupun abnormal yang telah mati, membuat
fungsi liver kembali normal. Pasien kanker liver yang tidak cocok untuk
melakukan operasi, kemoterapi dan radioterapi dapat menerapkan terapi
trasplantasi stem sel.
e. Transplantasi Hati
6. Transplantasi Hati
6.1. Defenisi Transplantasi Hati
Transplantasi hati adalah pilihan terbaik untuk penderita yang
mempunyai tumor-tumor dengan ukuran kurang dari lima cm yang juga
mempunyai tanda-tanda kegagalan hati. Transplantasi hati pada penderita
yang memiliki tumor-tumor berukuran kurang dari tiga cm, namun tidak
memiliki keterlibatan dengan pembuluh-pembuluh darah bisa berjalan
dengan baik.
Setelah transplantasi penderita ini mempunyai resiko kekambuhan
kanker hati kurang dari 10 persen. Disisi lain, penderita yang mempunyai
tumor-tumor berukuran lebih dari lima cm atau dengan keterlibatan
pembuluh-pembuluh darah beresiko sangat tinggi untuk mengalami
kekambuhan kanker hati. Transplantasi hati mungkin dilakukan segera
setelah kesehatan umum check-up pasien termasuk fungsi jantung dan
paru-paru yang dinilai. Operasi ini adalah besar dan memerlukan anestesi
umum. Untuk anestesi umum diberikan orang perlu tetap pada perut
kosong dan fungsi jantung dan paru-paru perlu dinilai.
Kriteria Donor
Penting bagi calon pendonor untuk memahami seluruh aspek
proses pendonoran, serta faktor risiko menjadi pendonor hidup.
33
Surat Persetujuan Untuk Pendonor Hiduproses persetujuan
mencakup tapi tidak terbatas pada
34
Pengungkapan bahwa Pusat Transplantasi akan melaporkan
informasi tindak lanjut pendonor hidup setidaknya selama dua
tahun setelah transplantasi hati, jika diperlukan.
c. Split
Split sumbangan melibatkan transplantasi hati dari individu
yang baru saja mati untuk dua penerima. Hal ini dimungkinkan jika
penerima cocok berikutnya orang dewasa dan anak-anak. Hati
sumbangan akan dibagi menjadi lobes kiri dan kanan. Dewasa
biasanya menerima lobus benar lebih besar dan anak akan
menerima lobus kecil kiri. Seperti hidup donor transplantasi,
bagian ditransplantasikan hati tumbuh kembali ke ukuran asli oleh
regenerasi. Metode ini menguntungkan dua orang pada satu waktu.
36
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Pusing
Sakit kepala
Getaran
Otot kram dan nyeri
Pertumbuhan rambut peningkatan pada kulit
Takrolimus dapat menyebabkan:
Insomni
Tekanan darah tinggi
Getaran
Diare
Kebingungan
Kecemasan
Serangan
Rambut rontok
Ruam kulit dan rasa gatal
Di samping obat ini berinteraksi dengan obat-obatan dan rempah-rempah,
dan perawatan harus diambil. Meskipun efek samping, dosis obat-obatan
tidak dapat dikurangi atau mereka tidak dapat dihentikan tanpa nasihat
medis. Semua immunosuppressants mengurangi kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan orang mungkin beresiko infeksi serius.
37
c. Diet
Pasien yang dianjurkan untuk makan makanan yang sehat,
menghindari alkohol dan merokok setelah operasi. Nutrisi penting untuk
penyembuhan luka dan cepat kembali ke fungsi normal. Berat badan, gula
darah tinggi atau kolesterol harus dihindari dan dikoreksi sedini mungkin
karena ini mungkin merusak hati baru. Bantuan konsultan diet mungkin
penting untuk merancang rencana nutrisi.
Penanganan makanan yang aman sangat penting untuk semua orang
khususnya bagi pasien transplantasi hati. Pasien ini berada pada risiko
yang lebih tinggi dari infeksi yang bertalian dengan makanan. Semua
makanan harus benar-benar dicuci dan dimasak sebelum konsumsi. Pasien
yang dianjurkan untuk menghindari daging mentah atau matang, ikan
(sushi, tiram), unggas, atau telur.
Makanan kaleng atau tinned harus digunakan sesuai dengan tanggal.
Semua susu, keju, dan jus buah yang dikonsumsi harus dipasteurisasi.
Makanan harus disimpan sesuai kebutuhan suhu dan kondisi dan tangan
dicuci sebelum setiap makan dan sebelum dan setelah menyiapkan
makanan dan terutama setelah menyentuh daging mentah, ikan atau
unggas.
d. Latihan
Latihan teratur membantu kegiatan normal kembali cepat setelah
operasi besar. Latihan awalnya Namun, harus diawasi dan seperti yang
ditentukan untuk mencegah komplikasi tertunda penyembuhan kerusakan
suture. Latihan mungkin mulai dengan bantuan terapis fisik.
e. Kembali ke kegiatan normal
Kebanyakan orang mungkin kembali ke pekerjaan, sekolah, atau
kegiatan normal dalam waktu 2-3 bulan setelah operasi. Hal ini sering
membantu untuk kembali pada paruh dan meningkatkan jam perlahan-
lahan sebagai kenaikan tingkat energi. Sebagian besar pasien dapat
38
melanjutkan mengemudi dalam 4-6 minggu setelah transplantasi tetapi ini
tergantung pada kesehatan umum pasien. Kebanyakan orang bisa memiliki
kehidupan seks normal setelah transplantasi hati. Menunggu biasa 6-8
minggu sebelum melanjutkan aktivitas seksual dianjurkan karena mungkin
ada stres pada otot-otot perut. Pasien ini adalah pada risiko yang lebih
tinggi menular seksual dan yang disarankan hubungan monogami,
menggunakan kondom lateks dan tindakan pencegahan lainnya.
Disarankan bahwa perempuan menghindari kehamilan tahun
pertama setelah transplantasi. Metode kontrasepsi penghalang
menggunakan kondom lateks dengan spermicidal jeli atau krim
dianjurkan. Pil atau metode kontrasepsi hormon harus didiskusikan dengan
dokter ini dapat merusak hati
Perjalanan harus dilakukan setidaknya 6-12 bulan setelah operasi
terutama jika itu suatu tempat jauh. Vaksinasi, obat-obatan dll penting
sebelum mempertimbangkan liburan. Banyak pusat-pusat menyarankan
bahwa pasien memakai kalung Medic-tanda atau gelang sehingga mereka
dapat diidentifikasi sebagai penerima transplantasi jika terjadi kecelakaan
dan/atau jika perawatan darurat yang diperlukan.
f. Skrining
Kelompok yang beresiko untuk mengidap kanker hati
didefinisikan dengan baik dan skrining ditargetkan pada kelompok ini.
Tujuannya adalah mencoba mendeteksi kanker pada tahap dini ketika
operasi masih mungkin untuk peyembuhan. Berdasarkan pedoman
Departemen Kesehatan Singapura, pasien dengan hepatitis-B
atau pembawa hepatitis-C atau diketahui memiliki liver sirosis akan
mendapat manfaat dari test AFP an pemeriksaan USG secara teratur. Tes
ini biasanya dilakukan dengan jangka 6 bulan interval tergantung
dari tingkat keparahan kerusakan hati, seperti sirosis.
39