Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

APLIKASI FISIOTERAPI MVT PADA LEVER

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

Nur Chaerani R021201005


Annisa’ Rezky Ramadhina R021201025
Siti Ummu Jamilah R021201037
Davia Cheryl L. R021201038
Wahyu Warhana Manga R021201046
Nurul Fadhilah Haris R021201049

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
A. Definisi MVT
Manual Visceral Technique adalah bentuk soft tissue manipulation yang dilakukan
secara lembut, membantu organ interna ke arah fungsi yang lebih baik, rileksasi tonus,
memperbaiki dan meningkatkan gerak organ interna serta jaringan ikat (otot, membrane,
fascia dan osseus) disekitarnya yang secara fisiologis terganggu.
Visceral Manipulation diterapkan setelah menilai gerak mobilitas dan gerak
motilitas organ interna di deteksi terganggu dan kaitannya dengan tanda-tanda dan gejala
dengan metode khusus nan lembut (Barral, 2004).
B. Anatomi dan Fisiologi Organ Lever
1. Anatomi

Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
abdomen kuadran kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung empedu.
Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati
memiliki berat antara 1,2 - 1,8 kg dan terbagi dalam dua belahan utama, lobus kanan
dan lobus kiri. Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam. Sirkulasi vena
porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memegang peranan penting dalam
fisiologi hati, terutama dalam hal metabolisme karbohidrat, protein dan asam lemak.
Hati terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah
diafragma. Hati secara luas dilindungi beberapa costa. Batas atas hati berada sejajar
dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari Costa
IX dextra ke Costa VIII sinistra. Hati terbagi dalam dua belahan utama, lobus kanan
dan lobus kiri. Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma.
Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, yang bernama fisura
tranversus. Permukaannya dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang masuk-keluar
hati. Selanjutnya hati dibagi menjadi empat belahan (kanan, kiri, kaudata dan
kuadrata). Setiap belahan atau lobus terdiri atas lobulus.
Hati mempunyai dua jenis persediaan, yaitu yang datang melalui arteri hepatica
dan yang melalui vena porta. Arteri hepatica, yang keluar dari aorta dan memberikan
80% darahnya kepada hati. Sedangkan Vena porta yang terbentuk dari vena lienalis
dan vena mesenterika superior, mengantarkan 20% darahnya ke hati. Di dalam hati,
vena porta membawa darah yang kaya dengan bahan makanan dari saluran cerna, dan
arteri hepatica membawa darah yang kaya oksigen dari sistem arteri.
Untuk persyarafan, Hepar diurus oleh sistem simpatis dan parasimpatis.
Saraf-saraf itu mencapai hepar melalui flexus hepaticus, sebagian besar melalui
flexus coeliaci, yang juga menerima cabang-cabang dari nervus vagus kanan dan kiri
serta dari nervus phrenicus kanan.
2. Fisiologi

Lever atau yang biasa disebut hepar melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut:
a) Tempat pembentukan cairan empedu

Setiap hari, hati menghasilkan cairan empedu. Empedu memiliki peran yang
vital dalam mengabsorpsi lemak di usus halus. Setelah digunakan untuk
membantu penyerapan lemak, empedu akan diserap kembali di bagian ileum dan
kemudian kembali ke hati. Empedu dapat dipulihkan setelah mengalami
penggabungan kimia dan sebagian kecil dari cairan empedu tersebut akan
berubah menjadi zat yang bernama bilirubin.
b) Pusat metabolisme nutrisi seperti protein, lemak, dan karbohidrat.
Proses penguraian lemak yang terjadi di dalam hati adalah proses yang terjadi
dalam tubuh yang melibatkan penguraian dan pengubahan kolesterol, trigliserida,
dan fosfolipid. Lipoprotein diubah menjadi gliserol dan asam lemak. Salah satu
komponen dari sistem penyusun protein di dalam hepar adalah metabolisme
protein. Albumin dan faktor pembekuan terdiri dari beberapa faktor yaitu faktor I,
faktor II, faktor V, faktor VII, faktor VIII, faktor IX, dan faktor X. Selain
melakukan metabolisme protein yang telah disebutkan sebelumnya, tubuh juga
melaksanakan degradasi asam amino dengan cara deaminasi atau penghilangan
gugus NH2.
c) Menyimpan vitamin, zat besi, dan glikogen
Fungsi hepar yang lain adalah sebagai tempat penyimpanan vitamin A, D, E, K,
dan vitamin B12. Sedangkan mineral yang disimpan di hepar antara lain tembaga
dan besi.
d) Pusat detoksifikasi zat yang beracun di dalam tubuh
Hepar juga berperan dalam detoksifikasi racun dan obat-obatan yang masuk ke
dalam tubuh, serta memetabolisme karbohidrat dan protein juga menonaktifkan
hormon aldosteron, glukokortikoid, dan estrogen hormon testosteron dan hormon
progesterone. Bila terdapat zat toksik, maka akan terjadi trasnformasi zat-zat
berbahaya dan akhirnya akan diekskresi lewat ginjal. Proses yang dialami adalah
proses oksidasi, reduksi, hidrolisis dan konjugasi. Pertama adalah jalur oksidasi
yang memerlukan enzim sitokrom P-450. Selanjutnya akan mengalami proses
konjugasi glukoronide, sulfat ataupun glutation yang semuanya merupakan zat
yang hidrofilik.
e) Mempertahankan Glukosa dalam Kondisi Normal
Hepar memiliki fungsi untuk mempertahankan kadar glukosa darah selalu dalam
kondisi normal. Hepar juga menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen.

3. Patofisiologi Pada Lever


a) Hepatitis

Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati.


Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan
obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis terdiri dari beberapa
jenis : hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Hepatitis A, B dan C adalah yang
paling banyak ditemukan. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa
akut (hepatitis A), kronik (hepatitis B dan C) ataupun kemudian menjadi
kanker hati (hepatitis B dan C).

b) Sirosis Liver

Setelah terjadi peradangan dan bengkak, hati mencoba memperbaiki dengan


membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut "fibrosis" yang
membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakan berjalan,
semakin banyak parut terbentuk dan mulai menyatu, dalam tahap selanjutnya
disebut "sirosis". Pada sirosis, area hati yang rusak dapat menjadi permanen
dan menjadi sikatriks. Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan
hati yang rusak dan hati mulai menciut, serta menjadi keras. Sirosis hati dapat
terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang berkelanjutan, alkohol,
perlemakan hati atau penyakit lain yang menyebabkan sumbatan saluran
empedu. Sirosis tidak dapat disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk
mengobati komplikasi yang terjadi seperti muntah dan keluar darah pada
feses, mata kuning serta koma hepatikum. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi adanya sirosis hati adalah pemeriksaan enzim SGOT-SGPT, waktu
protrombin dan protein (Albumin–Globulin) Elektroforesis (rasio
Albumin-Globulin terbalik).

c) Kolestasis
Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan produksi dan/atau
pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan
gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya
penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol di hati. Adanya kelebihan
bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen empedu pada kulit,
membran mukosa dan bola mata (pada lapisan sklera) disebut jaundice. Pada
keadaan ini kulit penderita terlihat kuning, warna urin menjadi lebih gelap,
sedangkan feses lebih terang. Biasanya gejala tersebut timbul bila kadar
bilirubin total dalam darah melebihi 3 mg/dl. Pemeriksaan yang dilakukan
untuk kolestasis dan jaundice yaitu terhadap Alkali Fosfatase, Gamma GT,
Bilirubin Total dan Bilirubin Direk
d) Abses Lever
Abses lever dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Kondisi ini
disebabkan karena bakteri berkembang biak dengan cepat, menimbulkan
gejala demam dan menggigil. Abses yang diakibatkan karena amubiasis
prosesnya 12 berkembang lebih lambat. Abses lever, khususnya yang
disebabkan karena bakteri, sering kali berakibat fatal.

4. Pemeriksaan Penunjang pada Liver

Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi adanya kelainan
atau penyakit hati, membantu menegakkan diagnosis, memperkirakan beratnya
penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit, menilai hasil pengobatan,
membantu mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta menilai prognosis
penyakit dan disfungsi hati. Jenis uji fungsi hati dapat dibagi menjadi 3 besar yaitu
penilaian fungsi hati, mengukur aktivitas enzim, dan mencari etiologi penyakit.Pada
penilaian fungsi hati diperiksa fungsi sintesis hati, ekskresi, dan detoksifikasi. Contoh
pemeriksaan lab untuk uji fungsi hati antara lain;
a. BILIRUBIN

Normal = 0.1 – 1.0 mg/dL

b. SERUM GLUTAMAT PIRUVAT TRANSAMINASE (SGPT) ATAU


ALANINE TRANSAMINASE (ALT)

Normal = 7 - 55 U/L

c. ALBUMIN

Normal = 3.5 - 5.0 g/dL

d. SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE (SGOT) ATAU


ASPARTAT AMINOTRANSFERASE (AST)

Normal = 8 - 48 U/L

e. GAMMA-GLUTAMYL TRANSFERASE

Normal = 0 – 30 U/L

f. ALKALI FOSFATASE

Normal = 45 - 115 U/L

5. Indikasi & Kontraindikasi

❖ Indikasi
➢ PENURUNAN AKTIVITAS METABOLIK

Dengan pemberian MVT dapat membantu mengembalikan fungsi hepar


yaitu memproses secara metabolis ketiga kategori utama nutrient
(karbohidrat,protein, dan lemak) setelah zat-zat ini diserap dari saluran
cerna.

➢ PENURUNAN PERTAHANAN TUBUH

Ddengan pemberian MVT dapat membantu sekresi hormone atau


komponen sistem imun yang terdapat dihati sehingga dapat meningkatkan
pertahanan tubuh

➢ BILIARY STATIS

Diharapkan akan membantu Meningkatkan penyaluran garam empedu


dimana garam empedu membantu proses penyerapan lemak di usus.
❖ Kontraindikasi
➢ INFLAMASI AKUT

Efek Merugikan Inflamasi akut pada jaringan yang terbatas dan tidak
dapat meluas, menghasilkan peningkatan tekanan jeringan yang dapat
merusak fungsi secara langsung atau dapat mempengaruhi peredaran
daraah dan menyebabkan cedera iskemik.

➢ KARSINOMA HEPATOSELULER / TUMOR HATI

Karsinoma hepatoseluler (KHS) adalah salah satu jenis keganasan hati


primer yang paling sering ditemukan dan banyak menyebabkan kematian.
Dua jenis virus yang dapat dikatakan menjadi penyebab dari tumor ini
adalah virus hepatitis B (HBV) dan virus hepatitis C (HCV).

➢ HEPATITIS

Hepatitis adalah Virus yang menyebabkan kerusakan hati dapat menyebar


melalui darah atau urin, makanan atau air yang terkontaminasi, atau
bersentuhan dekat dengan orang yang terinfeksi.

6. Palpasi

Palpasi pada liver dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah ada


pembesaran pada hepar dan rasa nyeri(sakit) karena peregangan organ.

- Prosedur Pemeriksaan:
1. Letakkan tangan kanan anda pada perut sisi kanan lateral otot rektus dengan ujung
jari tangan tepat di bawah daerah pekak hati .
2. Arah jari bisa ke arah kranial. M
3. Minta penderita menarik nafas dalam. Raba tepi hepar yang menyentuh jari anda.

7. Perkusi

- Prosedur Pemeriksaan:
1. Perkusi ringan dinding dada di linea medioklavikularis kanan dari cranial ke
caudal (mulai dari daerah sonor ke daerah redup).
2. Beri tanda batas peralihan ke redup
3. Perkusi ringan perut di linea medioklavikularis kanan di bawah level umbilikus ke
arah cranial.
4. Beri tanda yang merupakan batas bawah hati.
5. Ukur panjang antara 2 tanda tersebut yang merupakan ”liver spans” (lebar hati).

8. MVT PADA LIVER


A. Direct Frontal plane : Posisi Awal Pasien duduk. Praktisi berdiri di belakang
pasien.Prosedur Letakkan tangan kiri melintang di atas bahu kiri pasien ke dinding
perut di bagian lateral dari lengkung rusuk kanan, di samping garis
medioklavikular. Lalu, masukkan tangan kanan di bawah ketiak kanan pasien dan
letakkan di sebelah tangan kiri. Bawa pasien ke posisi kifotik. Untuk tujuan ini,
geser kedua tangan secara bersamaan ke arah posterior, jauh di bawah hati. Urutan
Pengujian Selanjutnya, gerakkan tangan Anda ke arah bawah hati, kontakkan, dan
evaluasi jaringan hati untuk kekakuan, rasa sakit, dan keberaturan
permukaannya.Hatinya seharusnya lembut, halus, dan tidak peka terhadap tekanan
untuk memungkinkan Anda melanjutkan dengan perawatan. Di bawah keadaan
apa pun, tidak boleh terjadi reaksi berlebihan. Sekarang tekan jaringan hati dan
angkat hati ke atas secara diagonal di bawah diafragma. Lepaskan tekanan dengan
tiba-tiba sehingga hati turun kembali, dan evaluasi kecepatan turunnya: jika
turunnya lambat, lebih lambat seperti madu, ini merupakan indikasi elastisitas
yang rendah pada ligamen segitiga kanan. Ligamen ini harus memiliki cukup
elastisitas untuk memungkinkan hati melakukan gerakan dalam bidang frontal
tanpa gangguan.
B. Direct Sagital plane : Posisi Awal Pasien duduk. Praktisi berdiri di belakang
pasien. Prosedur Masukkan tangan kanan di bawah ketiak kanan pasien dan
letakkan di dinding perut di bawah lengkung rusuk kanan, di samping garis
medioklavikular. Masukkan tangan kiri melalui atas bahu kiri pasien dan letakkan
secara medial, bersebelahan dengan tangan kanan, sehingga jari-jari kedua tangan
berada bersebelahan di bawah seluruh lengkung rusuk kanan. Bawa pasien ke
dalam posisi kifotik. Untuk tujuan ini, geser kedua tangan secara bersamaan ke
arah posterior jauh di bawah hati dan akhirnya arahkan kedua tangan secara
kranial sehingga hati berakhir berada di telapak tangan. Urutan Pengujian Mulai
dari ujung jari, inisiasi gerakan miring hati ke arah anterior. Lepaskan tekanan
anterior ini tiba-tiba dan biarkan hati jatuh ke arah posterior. Di sini, lagi-lagi,
evaluasi kecepatan jatuhnya. Jika hati turun perlahan, ini menunjukkan elastisitas
yang rendah pada ligamen koroner. Ligamen ini harus memiliki cukup elastisitas
untuk memungkinkan hati melakukan gerakan dalam bidang sagital tanpa
gangguan.
C. Indirect frontal plane with arm leaver : Posisi Awal Pasien berbaring dengan posisi
miring ke kiri, kaki ditekuk. Praktisi berdiri di belakang pasien. Prosedur
Letakkan tangan bagian bawah di lengkung rusuk kanan secara ventrolateral di
atas hati, dengan ujung jari menghadap ke depan. Tangan bagian atas
menggenggam tangan kanan pasien dan membimbingnya ke arah abduksi sampai
gerakan mencapai lengkung rusuk. Tangan bagian bawah menjadi titik tetap.
Tangan bagian atas memobilisasi hati dalam bidang frontal dengan meningkatkan
abduksi lengan. Pada akhir gerakan, pertahankan posisi, mulai getaran, atau
mobilisasi dalam rebound kecil dengan tangan bagian bawah. Dengan cara ini,
Anda meningkatkan mobilitas di permukaan geser antara hati dan diafragma.
Variasi Sebagai alternatif, Anda dapat menukar titik tetap dan titik bergerak, atau
menggunakan kedua tangan sebagai titik bergerak. Anda juga dapat memilih
posisi berbaring tengkurap sebagai posisi awal.
D. Indirect frontal plane with long leg leaver Posisi Awal Pasien berada dalam posisi
terlentang, kaki ditekuk. Praktisi berdiri di sisi kiri pasien. Prosedur Letakkan
tangan bagian atas dengan telapak tangan di bawah lengkung rusuk kanan dan
gunakan untuk mendorong ke arah kranial-lateral. Tangan bagian bawah
menggenggam lutut kanan pasien. Tangan bagian atas memobilisasi hati ke arah
kranial-lateral, sementara tangan bagian bawah menarik kedua lutut ke kiri sampai
gerakan mencapai tangan bagian atas. Pada akhir gerakan, terapkan tarikan yang
kontinu atau intermiten pada struktur-struktur tersebut. Kedua tangan adalah titik
bergerak. Efek mobilisasi ini berpengaruh pada permukaan geser hati dengan
sendi visceral kaudal mereka. Variasi Anda juga dapat menjadikan satu tangan
sebagai titik tetap dan yang lainnya sebagai titik bergerak.
DAFTAR PUSTAKA

Hall, J. E. (2010). Guyton and hall textbook of medical physiology E-book. Elsevier Health
Sciences.
Hebgen, E. U. (2011). Visceral manipulation in osteopathy. Thieme.
Kandung, Suryani, I., Sari, L.D., Peni, Sutomo, Palpasi, & Pearce. (nd).
Pemeriksaan Fisik Perut Dan Kandung Kemih . SlidePlayer
Azmi, F. (2022). ANATOMI DAN HISTOLOGI HEPAR.

Anda mungkin juga menyukai